Mereka berempat keluar dari rumah dan membiarkan Cain dan Cales mempersiapkan apa yang mereka perlukan. Desa Kecil di Ujung Selatan, tak satu pun dari mereka berempat pernah mendatangi tempat ini, meskipun masih dalam kekuasaan Kerajaan Parandore.
Di desa kecil ini rumah-rumah dibangun dengan tumpukkan batu dan kayu, jarak antar rumah cukup dekat satu sama lain, dengan beberapa sumur di sana-sini. Sejauh mata memandang, jalanannya masih berupa tanah yang lembap, mungkin baru saja hujan.
Ada satu rumah yang berbeda dari bangunan lain. Keseluruhan dindingnya tersusun dari batu-batu sungai, dan di kanan pintunya ada sumur yang pembatasnya lebih pendek dari sumur lain. Sumur itu tertutup oleh kayu tebal dan rantai.
Ketika mereka melihat sekitar, terlihat penduduk yang ketakutan dan buru-buru masuk rumah, beberapa menatap penuh kecurigaan dan tuntutan. Bahkan ada seorang wanita tua yang mengisyaratkan agar mereka segera pergi. Tapi empat sekawan itu tak begitu mempedulikan.
“Kenapa mereka?” tanya Arken.
“Entahlah…” jawab Axella.
“Tak kusangka Parandore benar-benar luas…” Alexa terpana sendiri dengan ucapannya.
“Iya. Benar, maksudku bagaimana bisa kerajaan kita memiliki desa-desa yang berjarak beberapa hari berkuda?”
“Tidakkah kalian tahu?” Saveriaz mulai lagi, membuat teman-temannya penasaran dengan pertanyaan yang sengaja dilontarkannya.
“Tahu apa?” si kembar menyahut bersamaan.
“Bagaimana desa-desa dan sebuah kota kecil bisa menjadi bagian Parandore, padahal Interleda saja cukup untuk membuatnya menjadi sebuah kerajaan.” ujar Saveriaz.
Axella pun memaksa Saveriaz untuk duduk di undakan batu di depan rumah Cain dan Aracales, begitu pula yang lain, mereka memandang Saveriaz yang pasti segera menceritakan kelanjutan pernyataannya. Arken hanya diam saja. Ia sudah tahu betul bagaimana tabiat Saveriaz, pria itu memang selalu membuat penasaran.
Tapi meski begitu tanpa diminta menjelaskan pun ia akan segera menceritakannya, ia sendiri tak tahan menyimpan sebuah informasi atau lebih tepatnya sejarah Parandore pada Arken dan kedua putri. Entahlah bagaimana ia bisa tahu banyak tentang kisah-kisah itu sementara si kembar belum mengetahuinya. Mungkin karena keluarga Selvij bisa dianggap keluarga penulis sejarah, keluarga mereka punya jalinan kerjasama yang kuat dengan Lerontaqia, mereka mencatatkan apapun yang berhubungan dengan Parandore.
“Kami tak ingin menunggu lebih lama.” rengek Axella.
“Cepat ceritakan sebelum Cain dan Cales datang…” pinta Alexa.
“Baiklah. Jadi… dulunya nama Interleda belum ada. Entahlah berapa ratus tahun yang lalu. Parandore hanyalah Parandore. Tanpa Sankalia, Lerontaqia, Mistrange, Attermode, Rockaress, bahkan Wilayah tak Terjamah. Dulunya wilayah-wilayah itu tak bernama. Mistrange yang dulu lebih ganas lagi, monster-monsternya sering menyerang pemukiman penduduk. Dan ada beberapa masalah besar lain selain monster, yaitu bangsa Sacab dari Perairan tak Bertuan. Mereka sering sekali membuat onar, mencuri, membunuh, bahkan melakukan hal-hal keji lainnya.
Raja Parandore kala itu hanya memiliki satu sekutu, Azooure dari suku Zorian. Mereka bekerjasama menumpas kejahatan di Parandore dan desa-desa lainnya. Aku tak tahu siapa nama raja saat itu, yang jelas dia juga dari keluarga Zalleire. Azooure mengatur desa monster dengan susah payah, ia harus menggunakan sihir yang besar untuk membuat para monster tetap di wilayahnya, tapi tentu saja, tidak semua yang berada di Mistrange itu jahat.
Ada juga penyihir-penyihir baik yang disebut Phantaon yang mau membantu Azooure dan Raja Parandore dengan tangan terbuka, mereka tentunya lebih menyukai kedamaian. Kemudian masih ada masalah dari kerajaan lainnya, seperti Kerajaan Beku “Whiterland” yang ingin menguasai tanah-tanah tanpa nama dan mengambil alih kekayaan Parandore.”
Saveriaz mengambil napas sejenak, ia mendapati wajah tidak sabar Axella, sehingga dengan cepat melanjutkan ceritanya.
“Kerajaan Whiterland tidak memiliki tanah subur seperti Parandore, masyarakat mereka bertahan hidup dengan berburu dan menangkap ikan. Tanah yang mereka miliki membeku oleh dinginnya udara. Mereka berharap akan mendapat kehidupan yang lebih baik dengan merebut kekuasaan Parandore. Mereka adalah orang-orang besar yang sangat kuat, tapi jumlah mereka tak seberapa dibandingkan penduduk Interleda saja. Mereka ternyata cukup cerdas, tidak menyerang Parandore melainkan menyerang desa-desa kecil lain yang saat itu belum masuk kekuasaan Parandore.
Banyak kepala keluarga yang dipaksa takluk oleh orang-orang besar yang disebut Whiterbreath itu. Hingga akhirnya para tetua masing-masing desa mengajukan diri untuk bergabung dengan Parandore. Mereka pun meminta bantuan pasukan Parandore untuk mengusir Whiterbreath kembali ke tanah beku mereka di Whiterland. Tak ada yang mendengar kabar mereka setelah itu.”
Saveriaz sejenak mengingat-ingat,
“Raja Parandore sempat kebingungan karena jarak tempuh desa-desa itu dari Parandore cukup jauh. Tapi atas saran Azooure, raja bersedia menaungi desa-desa yang akhirnya diberi nama itu. Dan Parandore membuat nama Interleda menjadi ibu kota kerajaan.” Saveriaz menarik napas lebih panjang, “Sebuah tulisan lama yang tersimpan di Rockaress menyatakan,
Dan bangsawan Zalleire menjadikan Parandore lebih berjaya, dengan tangannya dibantu manusia penjaga hutan, Parandore melebarkan kekuasaan hingga sejauh wilayah tak terjamah.
Nama-nama baru telah diberikan untuk mengenang mereka yang turut berjasa atas kejayaan Parandore.
Interleda untuk mengenang Ratu Leda yang segenap jiwa raganya mendukung raja memimpin Parandore.
Lerontaqia untuk mengabadikan Lerontare Wood yang dengan telaten mengumpulkan tulisan-tulisan penting dari berbagai wilayah.
Sankalia untuk Tuan Muda Kal yang dengan gagah berani membantu ayahnya, sang raja, untuk mengamankan Parandore.
Attermode untuk gadis Atterish yang menawan hati setiap orang dengan kedermawanannya memberikan selimut-selimut hangat untuk mereka yang tak berumah.
Rockaress untuk Pangeran Aresdil Selvij dari negeri seberang yang tanpa lelah membantu raja mempertahankan wilayah barat Parandore di masa ini, nama keluarga Selvij akan selalu menjadi nama keluarga yang terhormat di Parandore, berdampingan dengan Zalleire.