Arken Kazavroa perlahan membuka matanya, ia melihat dengan buram, seseorang berada di hadapannya, seorang wanita. Dia mengira itu Alexa, wanita itu membelai rambutnya.
"..."
Arken terkesiap ketika menyadari satu hal, wanita yang di sampingnya adalah si duyung cantik Mistrange, Murrissey. Dia ingin langsung pergi tapi tak bisa. Bukan karena tidak mampu, tanpa diduga ia justru merasa sangat nyaman dengan kehadiran sosok Murrissey, duyung itu juga tampak lebih muda dari yang sebelumnya, membelai rambut acaknya dengan lembut.
“Ssshhhh… tenanglah.” gumamnya, seraya menyentuhkan jari telunjuk ke bibir Arken.
“Kenapa kau di sini? Di mana ini?” tanya Arken. Tidak merasa marah.
“Kita berada di tempat yang jauh… tapi tenanglah. Ah, kau bisa memanggilku Ssey.”
“Ssey?”
Duyung itu mengangguk, “Ya… aku datang ke tempat ini untuk memberitahumu sesuatu Arken…”
“Apa itu?”
Kali ini Arken bisa memandang Murrissey dengan jelas. Lalu duyung itu berpindah ke samping. Mereka berdua sekarang duduk bersebelahan, dan Murrissey menggelayut manja di lengannya.
Arken merasa tak bisa pergi dari sisi duyung Murrissey. Bukan, bukan tak bisa. Arken tak ingin pergi dari Ssey, suasananya begitu mendukung, bahkan mereka masih bisa merasakan hangatnya mentari, dan sejuknya semilir angin. Udara terasa segar dan tidak ada beban yang dirasakan Arken. Tenang... tenang dan nyaman sekali.
“Dengarkan aku Arken. Percuma saja kau menyimpan perasaan itu…” tutur Murrissey lembut, meletakkan kepalanya di bahu Arken. Ia bertingkah sangat manja dan sarat perhatian.
“Apa maksudmu?”
“Gadis itu… gadis yang kau cintai itu, cintanya tak sebanding dengan cintamu…”
“Kau membicarakan Alexa?”
Tiba-tiba keadaan sekitar menjadi kabur, dan angin yang datang berembus kencang. Tapi itu hanya sebentar saja, keadaan kembali tenang.
“Ssshhhhh... jangan menyebut namanya di sini… ini adalah dunia kita Arken…”
“Aku tak mengerti maksudmu Ssey."
“Jangan menyebut nama orang lain di sini, atau aku akan menghilang darimu…”
“Begitukah?” cetus Arken, ia belum ingin Murrissey pergi dari sisinya. Ia merasa ingin terus dan selalu berada di dekat Murrissey.
“Hmmh… gadis itu, dia mungkin memang tertarik padamu Arken… tapi dia punya ketertarikan yang lebih besar pada orang lain…"
"..."
"Kau tak akan bisa memilikinya. Ikutlah bersamaku, tinggalkan dia… kau bisa menjadi orang yang lebih kuat dari yang sekarang. Aku bisa memberimu kekuatanku, dan kita akan memiliki Parandore di bawah kaki kita…”
“Pada siapa dia tertarik?” Arken masih bertanya.
“Kau tidak perlu tahu…”
“Katakan padaku, Ssey. Pada siapa dia tertarik?” Arken memelas.
“Pada pria seusiamu yang jauh lebih memikat…” beber Murrissey lebih lembut.
“Kau juga berpikir dia lebih memikat? Entah siapapun itu…”
“Tentu saja. Tapi aku berada di sini untukmu Arken…” Murrissey bertingkah semakin manja, ia terus menempel pada bahu dan lengan Arken.
"Benarkah begitu?" Arken setengah melamun, hatinya terasa sangat pedih.
Arken terdiam, Murrissey semakin mendekatkan tubuhnya pada Arken. Rambut pirangnya tergerai diembus angin.
“Siapa?” Arken kembali bertanya.
“Jangan ditanya… aku tak bisa menyebut nama orang lain selain kita berdua. Ikutlah bersamaku Arken. Jangan biarkan hatimu terluka karena orang yang tak peduli denganmu… jangan biarkan hati dan pikiranmu terbelenggu cintanya. Cinta semu yang kau bangun sendiri tanpa turun tangannya…”
“Apakah dia…”
“Dia tidak mencintaimu… kau hanyalah orang yang ditugaskan sang raja untuk melindungi putrinya, maka ia pun menganggapmu hanya sebatas itu…”
“Itu tidak benar. Dia menganggapku sahabatnya, bahkan mungkin lebih.” Arken menunduk ketika mengucapkan kata sahabat, karena hatinya lebih sakit lagi kali ini.
“Dari mana kau mendapat keyakinan seperti itu Arken?”
“Kami telah tumbuh besar bersama.”