Arken dan Saveriaz berlari menghampiri si kembar.
“Kalian tidak apa-apa?” tanya Saveriaz. Kedua putri mengangguk.
“Itu tadi mengerikan…” gumam Alexa.
"Lalu ini bagaimana?” Axella menanyakan langkah mereka selanjutnya.
Balkee memerintahkan semua Suku Zorian untuk bubar dan kembali ke aktivitas masing-masing, sedangkan Zephyroo mengajak mereka berenam ke pondoknya. Saat berjalan kembali ke pondok itu, terlihat tatapan tidak senang dari warga suku kepada mereka, dan hal itu membuat perut mereka sakit karena tak enak hati dengan keadaan ini.
Begitu sampai di dalam pondok,
“Apa yang terjadi? Kenapa kalungnya belum lepas? Kenapa kami harus ke Gunung Haiuurt?” Axella menanyai Zephyroo.
"Kami tidak tahu, hanya Azooure dan Elon’atea yang tahu, kami tidak bisa menarik kesimpulan apapun.”
"Selanjutnya apa? Apa kami hanya menunggu di sini?” timpal Arken.
"Iya, untuk sementara…” ujar Balkee.
Tok, tok, tok...
Sesorang yang mengetuk pintu, Balkee mempersilakan masuk si gadis yang dikutuk itu, Elon’atea. Ia masuk dengan langkah yang anggun, tidak terlihat terburu-buru.
“Azooure terluka cukup parah.” jelasnya di hadapan para tamu, Zeph dan Balkee.
"Apa yang terjadi padanya?” tanya Alexa khawatir.
“Kekuatan kalung itu sangat hebat. Tahukah kalian tentang kalung itu?”
Semua tampak bingung dengan kegelisahan yang menjadi-jadi.
“Apa yang terjadi pada Azooure?” Axella mengulangi pertanyaan saudarinya.
“Lebih baik tak kukatakan tentang keadaannya. Kalung yang menjadi kunci itu hanya bisa dilepas di tempat ia dibuat. Menurut Azooure itu adalah batu alam Gunung Haiuurt. Jadi di sanalah kalian bisa melepaskannya. Hancurkan segera! Aku hanya bertugas menyampaikan pesan. Azooure berharap kalian menuruti kata-katanya dan jangan ragu untuk menghancurkannya, apapun yang terjadi nanti.”
"Gunung Haiuurt?” tanya Cain.
"Itu cukup jauh... atau sangat jauh dari sini, saat ini.” Aracales menerawang.
Elon’atea tidak menanggapi, ia menatap Alexa dan Axella bergantian, seakan tidak ingin salah menentukan.
“Kenapa harus berteka-teki? Katakan saja yang sebenarnya sehingga kami lebih mudah mengambil tindakan…”
"Kau pikir kau lebih bijak dari Azooure? Kau pikir kau bisa segera mengambil tindakan terbaik setelah mengetahui semuanya?” tanya gadis itu yang langsung membuat Arken bungkam.
Ia meminta Alexa untuk ikut dengannya menemui Azooure. Mereka berdua keluar dari pondok itu. Di tengah jalan, Elon’atea memperingatkan Alexa untuk berhati-hati. Elon’atea merasa akan ada pengkhianat di antara mereka. Belum tentu orang yang kelihatannya dapat dipercaya, akan menemani perjuangannya hingga akhir. Alexa ingin menanyakan siapa yang dicurigai Elon’atea tapi pasti ia tak akan menjawabnya.
“Kenapa Azooure ingin menemuiku Elon’atea?”
“Ada yang ingin beliau sampaikan.”
“Hanya padaku?” Alexa meyakinkan.
"Hanya padamu.”
“Pernahkan kau keluar dari pemukiman ini?” tanya Alexa, hal itu membuat Elon’atea menghentikan langkahnya, ia berbalik pada Alexa.
"Untuk saat ini, berhentilah bertanya padaku putri… tidak semua hal harus kau ketahui.”
Alexa menelan ludahnya, ia merasa sangat malu sampai diperingatkan seperti itu. Mereka berdua terus berjalan, Elon’atea tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti atau menuju kediaman Azooure. Mereka terus naik ke atas hingga sampai ke sebuah jembatan yang menggantung di atas jurang yang tak terlalu dalam. Alexa melihat Azooure berada di tengah jembatan gantung itu. Elon’atea mempersilakannya mendekat, kemudian undur diri. Sedikit ragu Alexa melangkah...
“Azooure..."
Azooure menoleh pada Alexa.
"Jadi, kau sudah bertemu putraku ya?” tanyanya ramah.
"Putra anda? Siapa?”
"Claizh Flou.”