Duapuluh tahun yang lalu.
Yaesha Flou masih belum menjadi seorang panglima seperti saat ini, dulunya ia hanyalah anggota pasukan penjagaan istana, ia juga menjadi tangan kanan panglima tempur divisi III ketika harus melindungi warga Lerontaqia yang diserang oleh persekongkolan pemberontak Mistrange dan Wilayah tak Terjamah.
Suatu hari Yaesha diperintahkan secara langsung oleh raja untuk menyerahkan surat pada seorang Azooure bernama Nimaya, ia adalah Azooure agung yang telah memerintah lebih dari setengah abad.
Yaesha berangkat seorang diri menaiki kuda kerajaan. Ketika akhirnya ia sampai di wilayah Hutan Wanzoo, ia tak sengaja bertemu seorang gadis yang sangat cantik dengan rambut putih sebahu, kulit pucat dengan rona kemerahan di pipinya, dialah Fellycith, putri tunggal Azooure Nimaya, yang akan segera diangkat menjadi Azooure selanjutnya.
Yaesha begitu terpesona dengan Fellycith, begitu pun sebaliknya, gadis itu tertarik pada sosok Yaesha muda yang terlihat tangguh dan berwibawa. Usai urusan kerajaan, beberapa bulan kemudian Yaesha kembali menemui kekasih hatinya. Awalnya mereka melakukan pertemuan sembunyi-sembunyi sebab bukan hal yang lazim bagi Suku Zorian menjalin kasih dengan orang luar, hingga suatu hari ia memutuskan untuk menemui Sang Azooure sendiri untuk meminta restu.
*****
Fellycith dan Yaesha mengahadap Azooure Nimaya. Mengharapkan restu yang akan membawa mereka pada kebersamaan dalam pernikahan. Namun tak disangka ibunya itu menolak memberikan restun. Azooure Nimaya adalah wanita berambut putih dengan tanda lahir bulan sabit di pipi kanannya, sosok seorang ibu dan pemimpin yang tegas dan selalu memikirkan satu-dua langkah ke depan.
"Itu adalah hal yang tidak mungkin putriku.” tegas Azooure Nimaya.
“Kenapa ibu?” Fellycith meratap sedih.
“Dia bukan berasal dari suku kita, dan itu menyalahi aturan. Kau lahir dan besar di sini Fellycith. Di dalam lingkungan Suku Zorian, tentunya kau paham dengan apa yang kumaksudkan.”
"Tapi… pasti ada jalan kan ibu? Kumohon, aku sangat mencintainya.” Fellycith berlutut memohon pada Sang Azooure. Begitu pula Yaesha Flou.
“Cinta? Padanya? Hah! Jangan membuatku tertawa Fellycith. Apa kau pikir hidup di dunia ini hanya butuh cinta? Kalian tidak akan bisa bersama selamanya, atau setidaknya sampai kalian tua dan salah satu dari kalian mati."
"..." Fellycith semakin menunduk.
"Kalian pikir, kalian siap untuk itu? Ketika kalian benar-benar berhasrat satu sama lain, benar-benar tergantung satu sama lain, apa kalian siap untuk berpisah dan hidup sendiri-sendiri???” tekan Azooure Nimaya.
“Ibu… aku… kami…” Fellycith gagap.
“Pertanyaanku apakah kalian siap?”
“Tentu.“ Fellycith menunduk lebih dalam, “Aku bersedia melakukan apapun untuk bisa bersamanya ibu… meski itu untuk waktu yang terbatas.”
Fellycith tidak memandang Yaesha ketika ia mengatakan ini. Yaesha hanya terlihat heran dengan perbincangan ibu dan anak itu, yang seakan mengatakan mereka bersama untuk berpisah.
Azooure Nimaya memperhatikan putri semata wayangnya lalu beralih pada Yaesha, tapi kemudian ia membuang muka dan pergi dari pondok meninggalkan mereka berdua.
“Apakah memang tidak bisa?” bisik Yaesha.
"…” Fellycith memandang Yaesha hampa, ia ingin mengutarakan sesuatu namun mengurungkannya. Akhirnya mereka berdua hanya duduk diam di ruangan Azooure Nimaya.
*****
Cukup lama ibu Fellycith pergi, ini hampir hari ketiga. Tak ada yang tahu kemana perginya, bahkan orang-orang kepercayaan ibunya juga tidak tahu. Yaesha dan Fellycith bahkan tidak berani meninggalkan ruangan itu, untuk kebutuhan sehari-hari telah disiapkan oleh pembantu rumah tangga yang bernama Kuila.
Yaesha menggenggam tangan Fellycith, tak tahu sampai kapan mereka harus berada di ruangan itu. Ia mulai merasa cemas, sedih, penasaran, dan marah. Semua perasaan itu bercampur jadi satu dalam benak Yaesha. Ia bahkan sempat berpikir untuk kabur bersama kekasihnya, namun itu hanya akan memperburuk keadaan dan bukan sikap yang dijunjung tinggi oleh orang seperti Yaesha.
Selain itu kelihatannya penjagaan di luar rumah itu juga cukup ketat. Terlihat beberapa warga suku menjaga pintu secara bergantian pagi, sore, dan malam. Apa ini artinya dia harus menyerah mendapatkan Fellycith?
Ia tak banyak mengobrol dengan Fellycith selama Azooure Nimaya pergi. Yaesha lebih berfokus pada harapannya untuk mendapatkan restu sang Azooure, tetapi tak ayal, harapan dan semangatnya surut juga ketika sampai pada hari ke-tiga mereka masih berada di dalam tempat tinggal Azooure Nimaya, dan belum ada tanda-tanda ibu dari gadis yang dicintainya ini akan kembali.
*****
Yaesha menghela napas panjang, tepat saat itu Sang Azooure masuk kembali, sepertinya ia datang dari air terjun, seluruh tubuh dan pakaiannya basah, membuat wajahnya yang putih bersih jadi sedikit berkilauan. Ia menyerahkan sebuah Kristal pada putrinya. Kristal itu tidak mulus, bentuknya seperti gabungan dari banyak pecahan Kristal, warnanya secara keseluruhan adalah putih dengan kilau pelangi. Fellycith menerimanya dengan bingung.
"Apa ini bu?”