Claizh Flou berbalik pada Alexa, Arken mencoba berontak. Alexa melihat sosok yang berbeda dalam diri Claizh. Bukan lagi pria tenang dan ramah yang merindukan kedua orang tuanya, tapi lebih seperti monster pembantai yang sama sekali tak punya hati, monster keji.
“Malam ini kalian harus hadir dalam acara pernikahan dan penobatanku sebagai raja baru di Parandore.” katanya, seolah benar-benar lupa akan apa yang baru saja terjadi beberapa detik yang lalu, lupa pada apa yang ia lakukan pada duyung itu.
Para Lluma dan monster tertawa-tawa. Claizh mendekati Alexa lagi, ia membuat pagar sihir yang menyelubungi ketiga orang lainnya... Axella, Saveriaz, dan Arken.
“Calon pengantinku.” Claizh mencium tangan Alexa, tapi Alexa mengibaskannya.
“Aku tak mau menikah denganmu Claizh!” Alexa berkata tegas. Hatinya terkoyak-koyak memandang pria itu. Ia merasa sangat kecewa dan tertipu. Segala kebaikan dan perhatian yang diberikan Claizh padanya hanyalah kebohongan belaka.
“Ini bukan penawaran Alexa, ini lebih seperti... perintah.”
“Aku tak akan pernah menikah denganmu! Tak peduli apapun yang akan kau lakukan padaku!”
“Jangan keras kepala...” Claizh memegang tongkat dan mahkota kerajaan. Melihatnya sekilas lalu meletakkannya kembali di meja di dekat singgasana raja.
“Kau! Kau sama sekali tak pantas!” Alexa begitu marah ketika Claizh menyentuh mahkota yang selama ini dipakai ayahnya.
“Kalau kau menolak, aku terpaksa harus membunuh orang-orang penting dalam hidupmu, Alexa...” ancam Claizh.
Alexa terbelalak, ia melihat saudarinya, Saveriaz, dan Arken. Kemudian ia teringat pada ayahnya, Bibi Flauretta, Paman Yaesha, Mortana, Jovy dan yang lainnya.
“Lepaskan mereka!!! Di mana ayahku?!”
Claizh memandangnya dengan senyum menjijikkan.
“Orang tua itu ada di tempat aman. Kau tak perlu mengkhawatirkannya, aku memperlakukan mereka dengan cukup baik.”
“Katakan padaku! Di mana kau menyembunyikannya?” Alexa menggeram marah.
“Kau lebih menarik saat sedang marah. Kurasa gaun itu akan cocok untukmu...” kata Claizh, tak menghiraukan pertanyaan Alexa. Dua orang Lluma membawakan sebuah gaun megah yang indah dari sutra emas dan taburan ratusan berlian. Gaun itu akan menampakkan pundak indah Alexa dan bentuk pinggul yang sempurna.
“Alexa! Jangan!” teriak Arken, masih berusaha menerobos pagar sihir yang diciptakan Claizh, tapi pagar itu tak goyah.
Alexa menoleh pada Arken. Dadanya terasa lebih sesak dari sebelumnya. Matanya juga terasa panas, tak kuasa melihat Arken yang ia tahu mencintainya, dan ia pun mungkin juga memiliki perasaan yang sama, namun samar. Ia sangat menyesal sempat memiliki hati pada Claizh, rasanya sungguh putus asa.
“Mari kita coba gaunnya...” ajak Claizh.
“Aku tak sudi!”
“Kau ingat apa yang baru saja kukatakan kan?” tanya Claizh dengan nada mengancam.
“Sangat jelas.” Alexa mengepalkan tangannya.
“Kalau begitu jangan berani melawanku jika kau tak ingin berakhir seperti Murrissey.”