The Kingdom of Parandore

G. Cha
Chapter #30

Upacara & Api

Upacara pernikahan dimulai. Sebuah acara sangat singkat yang dipimpin oleh penyihir laki-laki tua bungkuk berambut hijau gelap. Yang terjadi di acara itu hanya seperti si penyihir merapalkan mantra yang merupakan ikrar pernikahan bangsa monster, kemudian diikuti sorakan serempak satu kali oleh para monster dan penyihir. Claizh tersenyum penuh kemenangan dan ia mencium pengantinnya.

Hening.

Ingin sekali Alexa memalingkan mukanya dari Claizh, tapi ia tidak mampu. Bibir Claizh menyentuh bibir Alexa, dingin dan memuakkan. Kalau saja dia bisa muntah saat ini, pasti dia akan muntah. Selain karena tidak ingin, tubuhnya juga dikendalikan oleh Claizh. Ciuman itu berlangsung sedikit lama dari yang seharusnya.

BLAAAMMM!!!

Tiba-tiba saja api berkobar di penjuru ruangan. Semua tersentak dari keheningan. Api-api kecil yang menjadi penerang ruangan itu makin membesar. Beberapa musuh terlihat panik.

“Padamkan api itu!” seru Claizh pada para monster.

Di sudut lain, Arken berdiri dengan kemarahan memancar di kedua matanya. Tangannya mengepal kuat di sisi tubuh.

Wajahnya berubah kemerahan menahan amarah yang dari tadi dipendamnya. Perlahan penjara sihir yang memenjarakan Arken dan yang lain menghilang dari pandangan.

Claizh yang menyadari itu hanya menyunggingkan senyum licik dari bibirnya. Dari situasi itu, Alexa mengambil kesempatan untuk melepaskan diri dari Claizh dan berlari ke arah Arken. Gadis itu memeluknya dari depan, membuat api-api yang berkobar perlahan mengecil kembali.

“Penyihir api? Seorang Phantaon elemen api dalam rombongan? Wah… wah…” Claizh menimbang-nimbang kekuatan yang mungkin dimiliki lawannya, “Tak bisa kupercaya. Bagaimana mungkin seorang anak penjual kain sepertimu memiliki kekuatan itu?”

Arken maju ke depan, “Tak perlu banyak tanya! Sebaiknya kau mulai percaya dari sekarang.”

Claizh dan Arken saling menyerang. Perang pun pecah seketika, semua saling melawan. Alexa dan yang lainnya bahu-membahu melawan Lluma dan monster.

Bibi Flauretta dan pelayan dapur yang lain menarik beberapa Lluma ke dapur istana, menghajar dan menghujani mereka dengan berbagai adonan serta alat dapur. Neaty, tukang bersih-bersih yang dikutuk menjadi kadal menggigit hidung seorang Lluma, dan dari belakang, pelayan yang lain memukulkan wajan super besar di kepala Lluma itu, hingga dia terpuruk ke lantai.

Penyihir-penyihir buruk rupa itu mengutuk kesana-kemari, serampangan. Membuat kulit Remelina dan beberapa pelayan jadi berbercak kemerah-merahan seperti digigit ratusan serangga.

Selanjutnya Bibi Flauretta membuka almari penyimpanan, mengeluarkan seluruh perlengkapan dapur yang terbuat dari perak. Sihir penyihir itu mental begitu mengenai perak. Seorang pelayan laki-laki melemparkan pisau perak dan langsung mengenai kepala penyihir berkulit abu-abu, akibatnya kepala penyihir itu meleleh menjijikkan seperti sup panas kental yang tumpah dari kuali.

Bibi Flauretta yang gemuk segera membagikan peralatan perak itu pada seluruh anak buahnya, setelah menghabisi para Lluma yang menyerang mereka, Bibi Flauretta keluar untuk membantu yang lain, ia tak bisa berlari cepat tapi ia punya tenaga yang kuat untuk ukuran seorang wanita paruh baya.

*****

Paman Mortana dan Paman Yaesha bersama pasukan kecilnya bergabung untuk melawan Cain dan Monster Mistrange. Lawan mereka adalah Ramildewt, semacam zombie berkepala tengkorak dengan tubuh penuh lumut dan berbau sangat busuk. Ketika monster ini ditumbangkan, ia akan bangkit lagi dan lagi. Satu-satunya cara untuk mengalahkan Ramildewt adalah dengan melepaskan tengkorak dari tubuhnya. Tapi, masalahnya adalah para Ramildewt itu sangat licin, dalam arti yang sesungguhnya. Ada semacam cairan yang memenuhi kepala Ramildewt sehingga tengkoraknya sulit untuk dicengkeram.

Sementara Jovy dan Saveriaz melawan Aracales dan Cheeltusk, monster kerdil dengan tampang mengerikan dan taring besar untuk mencabik daging. Cheeltusk-cheeltusk itu cukup lincah, menghindari sabetan pedang Saveriaz dan tombak yang dipegang Jovy. Jovy terlihat sangat keren dengan rambut pendek sebahu, wajah tirus muram, tombak dan pakaian perawatnya. Matanya dengan kejam mengikuti pergerakan Cheeltusk dan menusukkan tombak itu ke pantat Cheeltusk terdekat seperti jarum. Makhluk itu menggeliat dan mencoba meraih Jovy, tapi Saveriaz dengan gesit menebaskan pedang pada kedua tangan Cheeltusk tersebut.

Alexa dan Axella juga tak kalah seru. Mereka melawan Lluma yang kekuatan sihirnya tak mampu menembus pertahanan si kembar. Alexa cukup lihai dengan belati kecil di tangannya, dan Axella menggunakan apapun yang ada di dekatnya. Semua benda bisa dijadikan senjata. Tubuh mereka lumayan lincah untuk meloncat dan bergulung, hanya saja Alexa agak kerepotan dengan gaun pernikahannya.

Maka dengan kesal ia memotong bagian bawah gaunnya dengan belati agar ia bisa lebih leluasa bergerak. Lluma yang hanya mengandalkan sihir itu tak berdaya di hadapan Alexa dan Axella. Tapi mereka berdua kelelahan juga melawan kumpulan penyihir-penyihir buruk rupa yang terus berdatangan itu.

Orang-orang yang dikirimkan Noquen Lan dari Sankalia juga sudah sampai di istana Parandore, mereka langsung menghajar para monster yang berkeliaran di pelataran istana. Mereka melawan duyung-duyung yang beberapa terlihat cantik, tapi tentu saja mereka tak peduli.

Orang-orang ini adalah pasukan istimewa yang bisa melihat wujud asli dari para makhluk ghaib yang menyamar, jadi cukup jelas seperti apa wajah duyung-duyung pemakan daging itu di mata mereka. Mereka menghancurkan, menebas, merobek leher-leher duyung yang mulai bernyanyi.

Para monster dan duyung pemakan daging yang berada di jalur Sankalia-Interleda juga sudah mulai berdatangan. Jumlah mereka tak sebanyak saat berada di jalur itu, beberapa dari mereka juga mati melawan pasukan pertama yang dikirim Noquen Lan.

*****

Sementara duel tunggal antara Arken dan Claizh juga masih berlangsung. Mereka berdua sama-sama memiliki kekuatan terpendam.

“Apa kau merasa marah karena aku tadi menciumnya, Arken?” tanya Claizh di tengah pertempuran.

“Kau tak layak mendapatkannya!”

Claizh tertawa, “Kau sungguh mencintainya?” Sihir mereka beradu.

“...”

“Kau tahu? Rasa bibirnya begitu lembut, hangat, dan sedikit manis…”

“…”

Lihat selengkapnya