The Last Dinner

Hari Basuki
Chapter #3

Menunggu Godot

Danang memperhatikan meja makan yang baru selesai ditatanya. Piring putih lengkap dengan garpu dan pisau di sampingnya, serbet yang terlipat rapih dan sebatang lilin panjang di tengah meja. Keningnya mengerut. Seperti ada yang kurang, pikirnya. Ia lalu menggeser sedikit tempat lilin ke tengah meja dan menaruh vas bunga yang diambilnya dari ruang tamu. Ia kemudian mengambil jarak, memperhatikan dengan saksama. Senyum puas mengembang di wajah, sempurna.

Pertemuannya pertama kali dengan Tania adalah salah satu momen penting dalam hidupnya yang penting untuk dirayakan selain hari ulang tahun dan pernikahan mereka. Makan malam yang romantis adalah cara yang tepat untuk merayakannya.

Semua direncanakan dengan matang. Hari ini ia sengaja menutup rumah makan miliknya lebih cepat dari biasa. Berkutat seharian di dapur menyiapkan makanan favorit Tania. Salad buah dicampur sayuran serta taburan kismis sebagai pembuka kemudian disambung ribeye steak yang dipanggang setengah matang dan ditutup dengan cake coklat yang dilumuri es krim. Tentunya sambil menikmati sebotol anggur Cabernet Sauvignon. Ini semua akan membuatnya terkejut, pikirnya. Danang lalu mengambil telepon genggamnya, menghubungi Tania. Tidak perlu waktu lama untuk menunggu teleponnya dijawab.

“Halo, sayang. Bagaimana pasien hari ini?”

“Tidak banyak. Baru beberapa menit lalu pasien terakhirku pergi. Bagaimana dengan mu?” Terdengar suara Tania dari seberang.

“Hari ini rumah makan aku tutup lebih cepat, entah kenapa kepalaku sedikit pusing.” Danang membuat suaranya seakan sedang sakit. Pancingannya berhasil.

“Pusing?” suara Tania terdengar khawatir. “Kamu sakit sayang?”

“Aku tidak apa-apa, mungkin hanya kurang istirahat saja.”

“Oke, jangan pergi kemana-mana dulu. Sebentar lagi aku pulang. Tunggu aku”

“Baik, aku..” tapi Tania sudah menutup teleponnya.

Danang tersenyum.

___________

Malam itu Danang duduk di sofa, gelisah menunggu. Melirik jam di tangannya, pukul 7.16 malam. Tidak biasanya dia telat selama ini. Ia tahu benar kalau istrinya terbiasa tepat waktu. Pasien yang datang tiba-tiba saja yang bisa mencegahnya pulang, tapi Tania selalu memberitahunya. Entah melalui telepon atau mengirim pesan.

Sempat terlintas niat untuk menelepon, tapi dibatalkannya. Danang tidak mau kalau sampai Tania curiga dan merusak kejutan yang telah ia siapkan. Bunyi bel mengejutkan Danang dari lamunannya. Tidak biasanya rumah mereka kedatangan tamu. Tapi seketika itu juga ia tersenyum.

Jangan-jangan dia sengaja mengerjai ku, tebak Danang. Salah satu sisi yang membuat Danang jatuh cinta kepada Tania adalah kejahilan yang dilakukannya.

Pernah suatu hari di tengah malam, saat menyalakan lampu kamar mandi dirinya kaget setengah mati melihat sesosok tengkorak duduk di toilet duduknya. Ketika itu jantungnya benar-benar serasa berhenti saking kagetnya dan dengan panik membangunkan Tania.

“Happy Halloween!” hanya itu yang terucap dari mulutnya lalu kembali tidur, tanpa rasa bersalah. Ternyata sosok yang ada di kamar mandi mereka adalah model tengkorak yang sengaja di taruh Tania untuk mengagetkannya.

Lihat selengkapnya