Sebuah mobil sport putih melintas di jalan sebuah perumahan mewah. Jonas mengemudi dengan gelisah. Penampilannya yang terlihat santai dengan kalung emas melilit di leher dengan bandul perak bermotif daun ganja, kaca mata ray-ban dan kemeja motif bunga tidak bisa menutupi pikirannya yang kacau. Sesekali ia mengusap wajahnya yang berkeringat. Ac mobil sudah dipasang dengan suhu serendah mungkin tapi masalah yang memenuhi kepala membuat kabin mobilnya seperti oven pemanggang kue. Kematian Bagas sungguh tidak terduga. Situasi genting seperti saat ini memaksa ia untuk datang bertemu dengan orang yang paling di takutinya, Sang Pemimpin.
Tidak biasanya Sang Pemimpin minta ditemui di rumahnya sendiri, pikirnya.
Tidak lama kemudian mobil itu berbelok memasuki jalan yang menuju ke sebuah rumah mewah bergaya eropa yang hampir tidak terlihat dari luar karena tembok tinggi yang memagarinya.
Sebuah gerbang besi yang dijaga seorang lelaki kekar membatasi area rumah itu dengan dunia luar. Jonas menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang. Penjaga gerbang datang mendekat bersamaan dengan Jonas menekan tombol pengatur di sampingnya. Jendela mobil turun perlahan secara otomatis.
Ini adalah kunjungan pertama Jonas ke rumah Sang Pemimpin. Biasanya segala urusan yang berhubungan dengan dia di lakukan di tempat tertentu yang sangat terjaga privasinya. Itupun sangat jarang terjadi. Bagas dan dirinya sudah dikenal oleh pihak keamanan negara. Berhubungan dengan mereka bukanlah hal yang baik untuk orang yang menjaga reputasinya di mata masyarakat. Nama baik, itulah yang paling dijaga oleh Sang Pemimpin.
Penjaga gerbang menatap Jonas dengan mata seperti elang, mempertegas raut wajahnya yang keras. “Maaf, sepertinya anda tersasar, silahkan anda putar balik.” Penjaga gerbang berkata dengan tegas.
“Saya sudah ada janji bertemu dengan bos mu.”
Penjaga gerbang diam sejenak sambil memperhatikan penampilan Jonas. Bos memang mempunyai banyak kenalan dan kebanyakan dari mereka adalah orang terhormat yang selalu rapih dalam menjaga penampilan. Sementara orang ini, meskipun penampilannya terlalu santai, mungkin adalah salah satu kenalan bos. Jika ia salah menilai orang, pemecatan adalah konsekuensinya dan ia tidak mau menanggung resiko itu.
“Nama anda?” Penjaga gerbang melunakan sikapnya.
“Jonas!” Jonas menjawab pendek.
“Oke, tunggu sebentar.”
Jonas memperhatikan penjaga gerbang berbicara lewat handy talkie. Pembicaraan singkat. Ia lalu kembali mendatangi Jonas. Kali ini dengan lebih ramah.
“Anda sudah di tunggu, silahkan masuk.” Penjaga gerbang kembali ke tempatnya..
Gerbang terbuka perlahan setelah penjaga gerbang memencet tombol yang tersembunyi di balik tembok. Mobil Jonas perlahan melintasi pintu gerbang besi, meninggalkan penjaga gerbang sendirian sambil bersyukur tadi tidak memaksa Jonas untuk pergi.
Jonas mengemudikan mobilnya dengan perlahan, melintasi taman luas yang tertata apik. Setelah beberapa saat ia menghentikan mobilnya di teras depan rumah mewah berukuran besar lalu turun. Dua orang penjaga telah siap menyambutnya. Jonas mengenali salah satunya yang bertubuh tinggi besar, mirip raksasa.
Desmon adalah pengawal kepercayaan Sang Pemimpin. Badan tegap dan bahu yang bidang membuat dirinya seperti banteng aduan yang siap menerjang apa saja. Kemeja yang dikenakan tidak dapat menyembunyikan otot-otot yang menyembul di baliknya, seakan siap merobek pakaiannya kapan saja ia bergerak. Tidak aneh jika Sang Pemimpin mempercayakan keamanan dirinya pada si raksasa.
Meskipun bertubuh tinggi besar tapi Desmon mampu bergerak lincah. Jonas pernah menyaksikan sendiri ketika Desmon berkelahi dengan beberapa pengawal saingan Sang Pemimpin. Perkelahian yang tidak seimbang. Mereka yang menjadi lawannya merupakan para juara perkelahian bebas dan sering meng-K.O lawan-lawanya di atas ring. Tapi meski dikeroyok, Desmon tetap tenang dan dengan tanpa rasa takut menghadapi serangan mereka. Gerakan yang lincah membuat Desmon sulit dipukul dan pada akhirnya ia berhasil merobohkan mereka semua. Satu diantara mereka bahkan mati seketika dengan tengkorak pecah terkena kepalan tinju Desmon. Jonas tanpa sadar merinding mengingat kejadian itu.
“Pak Jonas, tolong kunci mobil anda.” Teman Desmon berkata sambil menjulurkan tangannya. Jonas tersadar dan memberikan kunci mobilnya dengan enggan.