Seorang lelaki berkumis tipis berdiri di pinggir jalan, ia bergegas menyebrang saat lalu lalang kendaraan yang melintas di depannya menyepi kemudian dengan langkah sedikit terseret memasuki sebuah toko serba ada besar yang berada di pinggir jalan.
Seperti kebanyakan toko serba ada lainnya, toko ini memberi kebebasan kepada pembelinya untuk memilih barang yang dibutuhkan. Deretan rak yang berjajar rapi membentuk lorong jalan yang cukup luas dan nyaman bagi orang yang berlalu lalang sambil mendorong keranjang belanja. Berbagai macam barang yang dijual disusun rapi di atas rak secara berkelompok berdasarkan kegunaannya.
Di salah satu sudut terlihat sosok lelaki berkumis tipis berbaur dengan pembeli lainnya. Perlahan dia mendorong keranjang belanja lalu berbelok, masuk ke lorong yang memuat peralatan medis. Tangannya dengan cekatan mengambil beberapa botol alkohol, kain perban, plester dan beberapa barang lainnya kemudian dimasukannya ke dalam keranjang belanja. Ia lalu pindah ke lorong tempat peralatan pertukangan. Lampu belajar, gunting besar dan kecil, pisau cutter serta kompor portable lengkap dengan tabung gasnya. Semua dimasukan ke dalam keranjang belanja, bergabung dengan barang lainnya. Lengkap sudah, lelaki berkumis tipis memandang barang-barang yang ada di dalam keranjang belanja lalu dengan santai menuju meja kasir.
Seorang gadis dengan polesan kosmetik seperlunya berdiri di belakang meja kasir, menyambutnya dengan tersenyum. Senyuman manis yang sudah dilatihnya berulang-ulang selama training yang diikutinya saat seleksi penerimaan pegawai di toko tempatnya bekerja sekarang.
“Selamat siang bapak, selamat berbelanja di toko kami.” Gadis menyapa dengan kalimat yang sudah terprogram.
Lelaki berkumis tipis membalas senyum gadis itu sambil memindahkan barang belanjaan ke meja kasir. Dengan cekatan sang kasir memindai semua barang satu persatu.
“Anda ingin membayar dengan kartu atau tun…”