The Last Dinner

Hari Basuki
Chapter #9

Broken

Di bawah keremangan sore, sebuah mobil terparkir di pinggir jalan, hanya berjarak beberapa ratus meter dari Belanga,. Dari dalam mobil si pembunuh memperhatikan mobil hotel yang disewa John keluar dari parkiran rumah makan Belanga. Ia menunggu sampai mobil itu berbelok di tikungan jalan, menghilang dari pandangan.

Sudah saatnya, pikir si pembunuh. Ia sudah menyelesaikan dua dari tiga target orang yang harus dibunuhnya. Target pertama, Si Tikus sesuai dengan rencana berhasil di bunuh di dalam mobilnya sendiri. Target ke dua, Jonas. Walau tidak berjalan sesuai dengan rencana bahkan membuat dirinya terluka tetapi ia berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Dan sekarang target terakhir, target yang tersulit. Entah mengapa pihak yang menyewanya ingin kematian target terakhirnya ini harus berbeda dengan target lainnya.

Harus terlihat alami, ia ingat betul pesan yang tertulis di tablet nya. Suatu permintaan yang sedikit sulit. Tapi ia sudah merencanakannya dengan matang.

Sejenak si pembunuh memeriksa pistol berperedam miliknya. Walaupun pembunuhan harus terlihat alami tapi ia harus siap dengan kemungkinan terburuk. Si pembunuh lalu menyelipkan pistolnya ke dalam tas kecil dengan kancing magnet di sampingnya.

Saatnya beraksi. Dengan keyakinan penuh ia memutar kunci, terdengar deru mesin halus. Si pembunuh menjalankan mobilnya menuju rumah makan Belanga.

Si pembunuh dengan sengaja memarkir mobilnya di tempat yang sudut tergelap lapangan parkir lalu turun sambil menggendong tas kecil. Melangkah dengan tenang, si pembunuh menghampiri pintu utama. Dilihatnya papan tanda bertuliskan TUTUP dengan tambahan tulisan berbahasa asing di bawahnya. Tanpa mempedulikan tanda yang terpasang, ia mendorong pintu dan melangkah ke dalam.

Danang sedang sibuk di dapur ketika lonceng sapi yang tergantung di atas pintu utama bergoyang hingga mengeluarkan bunyi gemerincing.

Siapa yang datang? Pikir Danang bergegas keluar dari dapur sambil menebak.

Danang terkejut. Dari semua tebakan yang ada di kepalanya, sama sekali ia tak menduga kalau yang datang itu adalah sosok orang yang berada di hadapannya sekarang.

Kinaya? Suara Danang menggema di tengah kesunyian

Danang? Kinaya memandang Danang, sama terkejutnya. Senyumnya terkembang.

“Bagaimana kamu bisa datang kemari?”

“Aku tadi kebetulan lewat dan kulihat ada rumah makan ini. Jadi aku mampir kemari untuk makan.” Jawab Kinaya seakan mencari alibi.

Danang segera menarik sebuah kursi yang terdekat dari Kinaya. “Duduk dulu.” Terasa ada nada riang dalam ucapannya.

“Bagaimana dengan mobil mu? Beres?”

Lihat selengkapnya