Ruang makan rumah makan Belanga terlihat redup karena beberapa lampu sengaja dimatikan Di tengah ruangan hanya ada satu lilin menyala di atas meja, tempat Sanjaya baru saja selesai menyantap hidangan terakhir.
“Aku selalu saja menikmati masakanmu.” Kata Sanjaya memuji Danang yang datang menghampiri dengan sepiring kecil klapertart di tangannya.
Danang hanya tersenyum sambil meletakan klapertart yang dibawanya ke hadapan tamunya. Sanjaya segera menyendok desert yang yang diberikan dan menyuapkannya ke mulut. Rasa lembut kelapa muda langsung terasa di mulutnya.
“Hmm, kelapa dari Minahasa?” Tanya Sanjaya.
“Sengaja aku pesan untuk tamu seistimewa anda.” Jawab Danang.
Sanjaya menunjuk kursi di hadapannya. Danang menangkap maksud Sanjaya lalu duduk di kursi yang di tunjuk tadi.
Sanjaya masih menyuap beberapa sendok klapertat lalu menatap Danang dalam.
Ia sedang menilaiku, dalam hati Danang berkata.
Jadi orang yang membunuhku sudah mati? Tanya Sanjaya.
Danang menganggukan kepalanya. “Tapi jasadnya masih aku tinggalkan di dalam mobil.”
Sanjaya melambaikan tangannya, menganggap itu bukan suatu masalah besar.
“Kamu tenang saja, nanti biar anak buahku yang mengurusnya.” Sanjaya berusaha membuat Danang nyaman.
“Heran, kenapa ada orang yang mau membunuhku” Tanya Sanjaya pertanyaan yang lebih ditujukan ke diri sendiri.
Danang hanya terdiam.
Sanjaya mencondongkan wajahnya ke arah Danang.