(Stream "No Song Without You" by Honne for a Better Reading Experience)
__________________________________________________
Victoria
Siang itu, aku menyuruh ketiga temanku tadi kembali dulu ke kelas mereka masing-masing, karena makanan pesananku masih dibuat, sedangkan kelas sudah mau dimulai. Kalau memang aku harus telat, ya tidak apa-apa, toh ini juga pesananku. Tapi, kan kasihan kalau temanku nanti harus telat dan menerima peringatan ringan. Jadi, kusuruh mereka kembali dulu saja sebagai antisipasi. Walau sebenarnya suasana kantin ini masih tergolong berisik dan ramai.
“Nih,” seorang pelayan kantin menyodorkanku semangkuk kecil chicken popcorn.
“Delapan ribu ya, Kak.” Aku memberikan bayarannya lalu asik memperhatikan chicken popcorn yang masih hangat dan wangi ini. Mungkin efek lapar, aku jadi mengamati makanan di tanganku ini begitu dalam dan lebay. Aku senyam senyum gak jelas sendiri. Seolah baru saja menemukan barang yang selama ini kucari-cari, padahal aku makan chicken popcorn ini hamper setiap hari.
“ADUH!” pekikku kaget. Kejadiannya terlalu cepat, tapi yang kusadari ada air yang tumpah di sepanjang seragam putihku ini. Gila nya lagi, chicken popcorn-ku itu sudah tumpah berserakan di lantai. Jatuh semuanya. Aku meringis.
“Sori-sori.” ujar seseorang yang di tangannya ada botol air mineral yang tersisa setengah. Aku menegakkan kepalaku. Dia anak seangkatanku, aku tahu. Anak kelasku, aku tahu. Tapi, namanya, aku lupa. “Sori, gue bener-bener gak sengaja.” Bel tanda istirahat selesai berbunyi. Sialan. Seragamku malah basah begini.
Aku menghela napas berusaha sabar. “Yaudahlah, gak pa-pa. Udah terlanjur.”
“Chicken popcorn lu gue gantiin ya.”
Aku menggeleng singkat, “gak usah. Udah jam nya masuk kelas.” kataku jutek. “Gue mau ganti seragam aja di UKS.” Aku langsung pergi meninggalkan dia. Aku berdecak kesal. Perutku sudah keroncongan tidak jelas, tapi chicken popcorn berhargaku itu malah ditumpahkan. Entahlah siapa yang menabrak duluan. Tapi air mineral ketimbang chicken popcorn, ya tidak sepadan lah!
Aku mengancingkan kancing-kancing pada kemejaku. Sial, aku baru ingat habis ini pelajaran Biologi yang gurunya killer no debat. “Ck, gue ketemu lagi sama itu orang di kelas.” gumamku, atau lebih tepatnya gerutuku.
Aku menutup loker tempat seragam diletakkan. Lalu berjalan keluar dari ruang UKS putri. Mana jarak dari kelas ke UKS ini cukup jauh lagi. Aku benar-benar tidak mood masuk ke kelas seperti ini. Satu, aku malas menghadapi guru Biologi-ku itu. Kedua, aku malas menemui cowok yang menabrakku itu. Dan ketiga, aku sudah telat lima belas menit dan yang akan kuterima jika masuk kelas hanyalah marahan yang tak kunjung habis pastinya.
Tapi mau apa? Emangnya aku bisa bolos? Tentu saja, tidak. Bulu di seluruh tanganku sudah berdiri ketika suara cempreng Bu Rina sudah terdengar dari luar kelasku. Aku meringis. Kenapa harus sesial ini nasibku siang ini?
Aku mengetuk pintu dengan suara yang kecil. “Permisi, Bu.” Mata Bu Rina sudah melototiku. “Maaf, saya telat. Tadi, seragam saya ketumpahan air, makanya mau ganti dulu.”
“Ketumpahan air? Gimana ceritanya?!”
Aku melirik cowok yang sampai sekarang tidak kuketahui namanya itu. Dia hanya menatapiku datar, tidak ada kode yang menyuruhku untuk tidak mengatakan kejadian yang sebenarnya ataupun hal semacam itu. “Ehm…aku gak sengaja aja sih, Bu.”
“Ceroboh!” Bu Rina berdecak kesal. “Perempuan kok ceroboh.” sindirnya yang sukses membuat moodku semakin hancur. “Perempuan itu jangan ceroboh! Liat, kecerobohanmu itu bikin diri kamu susah sendiri. Kamu kelewat banyak materi siang ini.”
“Iya, maaf, Bu.” lirihku hampir muak dengan ceramahannya ini.
“Ibu gak ikut campur ya kalau kamu gak ngerti materi siang ini. Kamu urus sendiri kesalahanmu sendiri itu! Gak usah juga ngerepotin temen-temen kamu nanti.” Ceramahnya mulai melenceng kemana-mana. Dan kalau boleh jujur, aku pun tidak peduli dengan materi Biologi itu! Aku tidak pernah tertarik dengan Biologi.
Aku mengangguk sekali lagi. Darahku sudah mendidih. Urat maluku sudah beteriak-terik sedari tadi. Dimarahi di depan satu kelas yang bahkan beberapa diantaranya pun namanya tidak kuketahui ini sangatlah ironis dan memalukan.
4 Messages from +62 817-098-386
+62 817-098-386: Hey
+62 817-098-386: Elo victoria kan?
+62 817-098-386: Gue Max, cowok yg tadi numpahin air
+62 817-098-386: Sori ya, lo jd kena omel Bu Rina
“Oh, namanya Max,” gumamku ketika sedang membalas beberapa pesan yang masuk. Aku membalas pesannya itu.
Victoria T Adiwangsa
Hey, Max
Iya, gapapa. Tadi gue emang kesel, tapi sekarang udah all good
Thank you for asking by the way :)
***