The Last Episode

queenara valerie
Chapter #10

"how are you, Max?"

(Stream 'Komang' by Raim Laode for a Better Reading Experience)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Max

Siang itu, kami sedang jam istirahat, dan hal yang selalu dilakukan selama setahun terakhir ini adalah tanding basket atau voli setiap jam istirahat. Yang tanding gonta-ganti, bisa dari angkatan kelas sembilan, atau adik kelas, atau bisa juga kakak kelas di SMA. Tapi hari ini adalah hariku bermain dengan teman-temanku.

Aku bertanding melawan kelas sebelah. Seluruh murid dari berbagai angkatan sudah berdiri di pinggir lapangan. Semuanya tampak tak tertarik untuk pergi ke kantin. Mereka hanya tertarik menonton kami.

Rutinitas yang nyaris setiap hari dilakukan ini cukup asik menurutku. Jadi, setidaknya ada kegiatan berguna selama istirahat. Walau nantinya menyisahkan rasa lelah dan keringat yang terus mengucur, aku selalu merasa fresh setiap kali sehabis bermain.

Aku meneguk segelas air dingin sebelum akhirnya masuk ke area lapangan. Kris, si paling expert soal basket, kini berada di bagian paling depan, siap untuk melakukan jump ball. Bola berhasil direbut oleh timku, dan kami bermain.

Sekarang, tim lawan unggul 3 poin, maka dari itu ketika bola datang padaku, aku langsung berlari kencang menangkapnya berniat mengoper pada Farel si shooting guard. Tapi, aku tidak sadar ternyata ada orang lain tim lawan yang juga berlari kencang untuk mendapatkan bola itu. Tubuhnya lebih besar dariku, menyebabkan diriku terpental jauh.

Aku tidak begitu ingat bagaimana waktu berjalan ketika aku masih dalam proses “pelemparan” itu. Tapi satu hal yang kuingat adalah setelah tubuhku melayang, aku mendarat dalam tumpukan seng keras nan tajam. Samar-samar aku berasa tubuhku segera diangkat dan dibawa ke UKS. Aku mendengar banyak teriakan dan suara-suara heboh dari guru-guru yang berteriak meminta satpam memanggil ambulans.

Dan sudah, setelah itu aku tidak sadar lagi dengan apa yang terjadi. Pokoknya aku bangun-bangun, sudah ada diatas ranjang rumah sakit, dengan balutan kain kafan di kepala dan dadaku.

Tidak lama setelah aku sadar diri, Mama masuk. Ia bergegas memelukku. “Hai, sayang.” Suaranya menenangkan. “Mama glad you’re okay.” Matanya berkaca-kaca, namun ia berusaha sekeras mungkin untuk menahan air mata itu keluar.

Aku mengulum senyum, bertujuan membuat dirinya tenang. "I'm okay, kok, Ma." Aku memang sudah tidak begitu merasakan sakit apa-apa lagi. Hanya ada sedikit nyeri pada bagian punggung dan dadaku, selebihnya, I feel fine. "Tapi, ini aku kenapa aja ya, Ma?" Aku beneran bingung dengan apa yang terjadi with my whole body.

“Puji Tuhan, kepala kamu cuma berdarah aja, tapi nggak sampe pendarahan. Cuman berdarah di kulit aja,” Mama mengelus kain kafan yang ada di kepalaku. “Kalau dada kamu ini,” dan kini ia memandangi dadaku sembali mengelusnya halus, “tulang rusukmu patah. Dan punggung kamu," Mama melongok singkat pada punggungku,"kena gores pinggiran seng, jadi robek sedikit."

Lihat selengkapnya