“Halo selamat siang, saya Fatimah dari Abimantrana Media ingin menanyakan, apakah novel selanjutnya sudah bisa di presentasikan kepada kami? Supaya tim editor bisa bekerja dengan tepat waktu untuk peluncuran novel yang selanjutnya akan release. Karena publik sudah menunggu season 2-nya,” kata orang di dalam telepon.
“Bagaimana kalau Minggu depan? Karena masih belum selesai menentukan endingnya,” jawab Lilly menawar.
Tak Lama kemudian ....
“Bruuuuuummm…,” suara motor Freed memasuki garasi rumah.
Jessie turun dari motor, melepas sepatunya, meletakan sepatu pada tempatnya dan berlari menghampiri Mamanya.
“Mamaaa…,” teriak Jessie kangen.
“Sebentar ya sayang, mama sedang menerima telepon,” sela Lilly sambil mengusap kepala Jessie dengan sayang.
Freed memarkirkan motornya di garasi bersebelahan dengan minibus warna merah marun peninggalan ayah Freed, tidak menunda-nunda, Freed langsung masuk kedalam rumah dan menuju ke dapur, dengan segera mengambil satu kaleng pocari dan menenggaknya tanpa jeda. Hingga cairan dalam kaleng itu habis tak bersisa.
“Ahhh ... lega akhirnya, gila haus banget rasanya mau pingsan! Mau sampai kapan ya cuaca yang panas banget, gilaa!” gumam Freed.
“Iya, makasih ya Fatimah ... nanti pasti di segerakan kok, dadah…," terdengar Lilly mengakhiri pembicaraan telepon
“Freed ...,“ panggil Lilly.
Freed tak merespon panggilan Lilly, dia masih memikirkan panggilan telepon dengan nomor pribadi, Freed hapal betul dengan ciri khas Legium jika menghubungi pasti menggunakan nomor pribadi, yang artinya Freed di panggil untuk bertugas. Sisi lain, ada keluarga yang membutuhkanya, karena setelah menikah dan Jessie lahir kedunia. Freed memutus kan untuk tidak intens menjadi bagian dari Legium dan atasanya selalu tidak memberikan izin Freed untuk hal satu itu.
“Freed!” Lilly lagi untuk yang kedua kalinya sambil menepuk pundak Freed. Hingga Freed kaget dan tersadar dari lamunanya.
“Eh … iya …,” jawab Freed seperti orang kebingungan.
“Mikirin apa?” tanya lilly.
“Ahh ... ga kok,” jawab Freed dengan gesture menyembunyikan sesuatu.
“Kamu ga bisa bohong kalau sama aku,” cecar Lilly.
“Nanti saja kita bicara setelah makan malam.” Freed lalu meninggalkan dapur dan bergegas ke kamar mandi, karena hari itu cuaca sangat lembab dan panas yang tak terelakan, membuat seluruh badan terasa lengket.
Rumah Freed Pukul17:40
Matahari pun hampir tenggelam, pertanda hari akan memasuki waktu petang. Tak ketinggalan Adzan magrib berkumandang. Sudah tersedia sup telur dan tempe goreng di meja makan.
“Mama mana sayang?” tanya Freed kepada Jessie.
“Mama tadi bilang mau mandi dulu, Papa mau kerja lagi nanti setelah makan malam?” jawab Jessie dan lanjutkan dengan pertanyaan.
“Hmmm ... kayanya ga deh,” jawab Freed sembari menyalakan televisi.
“Jreng … jreng … jreng … deeenkkk …! Pemirsa bersama dengan saya Amelia Chan di Reportase Enam. Masih mengenai Univeresitas Dirgasanakarta. Kejadian yang masih belum di ketahui di karenakan belum ada pernyataan resmi dari perwakilan Universitas Dirgasanakarta ataupun kepolisian ….”
“Freed makan malam yuk!” Lilly yang setelah selesai mandi langsung menuju meja makan.
“Oke sayang,” jawab Freed sembari beranjak dari sofa.