RS dr. Swardjita pukul 04:00
“Hah … hah … hah …,” nafas Leon tersengal-sengal, bahu kirinya menahan pintu, tangan kananya mencari sesuatu untuk mengganjal handel pintu, supaya tidak ada yang dapat meringsek masuk.
Namun di balik pintu, ada beberapa lusin gerombolan sesuatu yang ingin masuk melalui pintu itu. Kurang lebih ratusan manusia dengan wajah pucat dengan mulut yang terbuka seakan-akan lapar dan haus darah, mencoba mendorong pintu yang ditahan oleh bahu kiri Leon.
“Apa-apan ini sialan aku sudah tidak kuat lagi,” Leon kuwalahan menahan dorongan mereka.
“Arrkkk … roooaarr … arkkkk,” suara riuh infected dibalik pintu, seperti paduan suara malaikat maut. Leon mengambil cableties disakunya,dengan susah payah mencoba mengaitkan ke handle pintu yang hendak di ikatnya.
“Sreeeeeetttttt …,” akhirnya Leon berhasil mengikat handle pintu dengan cabelties ukuran7.6 mm, nafasnya masih tersengal-sengal berantakan.
“Huuuufftt … benar-benar di luar akal sehat, untung giginya tidak menembus handband ku.” Leon masih terduduk lemas bersandar di pintu mengatur nafasnya.
Para infected masih berusaha meringsek masuk tetapi cableties yang di ikatkan di handle pintu menahanya dengan sempurna.
“Team, sepertinya aku terjebak, tetapi tak perlu hiraukan aku, kalian tetap waspada, yang kita hadapi bukan lagi manusia tetapi semacam manusia yang sudah kehilangan akal sehatnya dan mereka berusaha memakan ku,” Leon menginformasikan kondisinya pada teamnya melalui radio.
“Posisi?” tanya Tom.
“Ruang radiology, sementara aku aman, kalian tetaplah waspada jangan pedulikan aku,” kata Leon sembari memikirkan jalan keluar. Leon berpikir jika melawan tidak akan mungkin, peluru di dalam magazine ada 33 butir, jikalau mengenai semua akan menumbangkan 33 infected, tetapi di luar mereka berjumlah ratusan dan tidak ada waktu untuk mengisi ulang magazine, dan jalan satu-satunya hanyalah melarikan diri.
Taman gelap rumah sakit 04:00
“Halo … siapa disitu? Tolong jawab! Saya petugas Freed datang untuk misi penyelamatan,” Freed mencoba menyapa siapa yang dibalik semak pepohonan.
“Krauk ... sluurpp ... krauk ... krauk…,” suara itu masih terdengar renyah. Tidak ada jawaban suara manusia pada umunya jika ada manusia lain ada yang sedang meyapa, hanya ada suara beberapa orang sedang mengunyah sesuatu.
“Halo…, “ sapa freed lagi. Perlahan Freed mendekati sumber suara tersebut, langkah demi langkah dengan waspada penuh Freed menyibak pepohonan yang ada di depanya. Terlihat 3 anak-anak usia kira-kira 8 tahun menunduk sambil memakan sesuatu,
Freed ingin memastikan apa yang sedang mereka lakukan, di nyalakanya head lamp yang selalu terpasang di helmnya.
“Splazzzzzzz!” Head lamp menyala dan terlihat satu anak laki-laki dan dua anak perempuan sedang memakan isi perut seorang suster yang sudah terbujur kaku.