Rumah Freed 04:45
Suasana lingkungan sekitar rumah Freed hening, hampir mendekati tidak ada tanda-tanda kehidupan. Lilly terbangun dari tidurnya dan ia melihat jam digital yang menempel didinding, waktu menunjukan pukul 04:45. Memang seperti kebiasaan ibu rumah tangga yang pada umumnya, ia selalu terbangun pagi-pagi buta untuk menyiapkan bekal dan air hangat untuk Jessie mandi.
“Kenapa aku tidak mendengar Adzan Subuh ya? Apa pak Faisal lupa?” gumam Lilly sembari ia berjalan menuruni anak tangga.
“Sepi sekali, tidak seperti biasaanya?” gumamnya lagi.
Kali ini ia melihat ke luar rumah dengan mengintip di sela-sela gorden hitam yang masih terurai menutupi kaca jendela. Pagi hari ini sangat aneh, tapi Lilly tidak ambil pusing karena sebentar lagi ia harus melakukan aktivitas pagi seperti biasanya, yang ia tahu adalah hari ini ia harus mengantar Jessie ke sekolah karena Freed belum juga kembali.
Lilly mengisi panci dengan air, seakan-akan suara gemercik air keran yang tumpah kedalam panci adalah suara satu-satunya pada saat itu. Setelah kompor dinyalakan, ia bergegas ke lantai dua menuju kamar Jessie untuk membangunkanya.
Sebelum ia menuju kamar Jessie ia mengambil telepon selularnya di meja kamar untuk mengecek apakah ada kabar dari Freed, tetapi singnal selular pagi itu offline. dan tidak ada kabar berita apapun.
“Sayang bangun yuk, siap-siap untuk mandi,” kata Lilly sambil mengguncang-gundang punggung putrinya yang cantik itu.
“Emmhh, jam berapa ini mam? Apa Papa sudah bangun juga?”Jessie sepertinya tidak tahu jika Papanya pergi dari semalam dan belum kembali.
“Bangun gih! Mama tunggu di bawah ya,” timpal Lilly.
RS dr. Swardjita 04:45
Tom, Sean, Leon, Brian, Luis. Sudah berkumpul di depan UGD, mereka berdiskusi bagaimana cara menyelamatkan Freed, tetapi Leon menceritakan dengan lengkap apa yang baru saja ia hadapi.
“Aku percaya Freed cukup tangguh, beberapa kali hampir kehilangan nyawa tetapi dia selalu selamat, tetapi yang kita hadapi adalah semacam iblis yang haus darah,” ungkap Leon.