Mobil hi-ace bertuliskan ambulance masih jadi tempat teraman bagi Freed, sudah dua puluh menit mesin mobil menyala untuk memberikan supplay oksigen karena AC mobil akan memberikan bantuan nafas untuk Freed yang terperangkap dalam mobil.
“Apa aku harus mengambil keputusan yang beresiko?” gumam Freed. Saat itu para infected masih mengerumuni dan berusaha untuk meraih Freed, meskipun terhalang kaca mobil setebal 5 mm.
“Tidak bisa begini terus, aku harus bergerak,” kata Freed sembari tanganya memegang erat stir kemudi. Lalu di injaknya kopling dan ia menarik tuas presneling ke kode R.
Mobil berjalan mundur dengan perlahan karena para infected masih menahan laju mobil.
“Setan sialan!” umpat Freed.
Beberapa infected tumbang karena tertabrak mobil, infected yang tumbang semakin menghalangi laju mobil, mau tidak mau Freed mengganti presneling ke angka 1. Saling dorong pun terjadi antara mobil dan infected yang jumlahnya semakin banyak karena terpancing suara deru mobil.
“Rooaarrkk … Arrkkkhhh ….“ Suara riuh para infected sampai terdengar dalam mobil bersaing dengan jeritan mesin diesel berkapasitas 2.5 turbo diesel, telapak kaki kanan Freed masih konsisten bertengger di pedal gas, memacu mobil untuk dapat maju dan melawan dorongan para infected yang haus darah.
“Sedikit lagi sampai ... Haaaahhhh bangsaaattttt!” teriak kesal Freed menggema didalam mobil, entah para infected mendengarkan atau tidak. Moncong kap depan mobil pun menghimpit beberapa infected diantara moncong kap mobil dan pagar yang terikat cableties tebal. Keputusan untuk menabrakan mobil ke pagar supaya terbuka pun gagal karena mobil tidak bisa melaju kencang untuk syarat merobohkan pagar. Para infected yang tergencet di antara pagar dan moncong mobil masih gergerak beringas walau pun separo badanya sudah gepeng. Freed menarik tuas hand-rem dalam-dalam supaya mobil tetap dalam keadaan konstan dan tidak bergerak maju atau mundur, dimatikanya mesin mobil untuk membuat keadaan menjadi lebih sunyi. Para infected masih mendorong-dorong mobil hingga mobil bergoyang-goyang, Freed menyiapkan equip yang tersisa untuk bekal meloloskan diri.
“Sudah waktunya,” kata Freed lirih. Di arahkanya moncong pistol Baretta ke arah kaca depan mobil.
“Dhhar!” suara tembakan menggema didalam mobil membuat Freed sedikit keliyengan, kaca depan mobil mulai memburam karena retakan-retakan yang masih tertahan oleh kaca film.
“Ayo kita mulai!” Freed bersiap-siap untuk keluar melalui retakan kaca didepanya.
“Prak … prak … prak!” sepatu boots Freed menghantam retakan kaca mobil yang masih tertahan, akhirnya ia menghirup udara luar dengan pemandangan lautan infected. Freed sudah berdiri di atas kap mobil bersiap untuk rencana selanjutnya. Tangan para infected berusaha meraih kaki Freed, namun mereka tidak berhasil untuk menariknya.
Rencana selajutnya adalah memanjat pagar Rumah Sakit untuk keluar dari area itu, tidak sulit bagi Freed untuk melakukan hal itu. Dengan segera Freed memanjat pagar setinggi dua meter, dan akhirnya sampai juga Freed di luar pagar. Freed masih kesal dengan para infected yang selalu menghalangi dia dan ia pun dengan emosi mengarahkan moncong senapan laras panjangnya ke arah infected, tapi ia mengurungkan niat untuk menembakanya, karena ia pikir akan membuang-buang peluru dan hasilnya tidak merubah keadaan.