The Last Karta

Samuel Fetz
Chapter #10

ESCAPE

Infeksi virus Ferox ternyata sudah menyebar diseluruh Provinsi Iswarakarta, yang terdiri dari empat kota kabupaten dan satu kota Madya. Sebelah utara Sailendrakarta, sebelah barat Nawasenakarta, sebelah timur Girikarta, sebelah selatan Daksinakarta dan kota madya yang menjadi Ibukota provinsi Iswarakarta yaitu Dirgasanakarta. Beberapa orang yang selamat juga masih berada dirumah masing-masing termasuk keluarga Putra, ayah Alexandria teman Jessie. Hanya saja kendala jangka panjangnya adalah masalah logistik, jika wabah ini tidak kunjung berakhir. Provinsi Iswarakarta adalah provinsi yang menerapkan teknologi hijau, hampir delapan puluh persen SPBU sudah menggunakan PLTS untuk sistem kelistrikanya. Atap-atapnya terpasang panel-panel surya. Lampu lalu lintas juga sudah menggunakan panel surya, sedangkan perumahan dan pemukiman penduduk belum menggunakan secara menyeluruh.

….

“Nguung…,” suara baling-baling drone yang memecah heningnya pagi. Memantau setiap sudut-sudut jalan raya dan gang-gang kecil. Seorang bocah SMP mengoperasikan dari atap rumahnya yang berlantai dua. Anak itu bernama Aaron yang biasa di panggil Harun. Ia memantau sekeliling hanya untuk memastikan bahwa kondisi sekeliling rumahnya dengan radius dua ratus meter clear dari makhluk berlendir.

“Harun …,” panggil seorang perempuan mengenakan hotpan jeans dan kaos sport warna hitam.

“Apa sih kakak, Harun … Harun …, nama ku Aaron!” sebal Aaron.

“Cepat turun! Awas ya kalau gara-gara kamu rumah kita jadi rame para infected!” ucap kakaknya dengan ketus.

“Iya sebentar lagi kak, masih mantau-mantau keadaan sekitar … kakak cerewet banget sih!” tukas Aaron.

Kakak beradik ini hanya tinggal berdua rumah mewah bergaya Spanyol. Yang berada di area Blue River Resident. Ayah mereka adalah pengusaha yang bergerak dibidang bioteknologi atau biasa disebut ilmuwan atau Scientist dan ibunya adalah seorang notaris. Ayah dan ibu mereka tinggal di kota Jayakarta yang saat ini masih sebagai Ibukota negara, walaupun rencananya Ibukota akan dipindah ke pulau Wanakarta Dwipa meskipun banyak penolakan dari beberapa pihak pemerhati kelestarian lingkungan. Alasan terbesar penolakan pemindahan Ibukota negara ke Wanakarta Dwipa karena kerusakan alam yang semakin meradang. Dan ibukota negara adalah penyumbang terbesar polusi udara dan polusi mental. Masyarakat Dirgasanakarta pun sudah menolak dari jauh-jauh sebelum Ibukota negara yang direncanakan dipindahkan ke Dirgasanakarta, jauh sebelum terbesit ide untuk memindahkan ke Wanakarta Dwipa. Karena biasanya ibukota akan melahirkan manusia-manusia hypokrite, kultur yang serampangan serta toxic mental health. Maka dari itu Dirgasanakarta dengan kearifan lokal yang masih menganut monarki didalam sebuah negara republik tidak ingin masyarakatnya tercemar. Pada intinya Dirgasanakarta dipimpin oleh seorang Raja dalam sebuah negara Republik Presidential. Terdengar aneh sih, ... namun itulah kenyataanya.

Sekilas tentang Wanakarta Dwipa yang sejatinya adalah hutan belantara dan juga hutan terbesar di negara ini. Keanekaragaman hayati dan ekosistem yang masih terjaga serta penduduknya yang masih tradisional yang sangat menjaga kebudayaan dan kearifan lokal adalah aset seluruh dunia. Karena Wanakarta Dwipa juga termasuk paru-paru untuk wilayah asia tenggara. Entah mengapa pemerintah tetap bersikeras untuk memindahkan ibu kota ke Wanakarta Dwipa. Keseriusan ini, direalisasikan dengan mulai menebangi pepohonan dan meratakan tanah 324.332 hektare menggunakan alat berat.

….

“Nguuung … clep!” drone mendarat ditelapak tangan dan digenggamnya segera.

“Cepat turun Haruun!” perintah kakaknya.

“Iya … iya … o-te-we, kak Ria cerewet banget sih!” kata Aaron sebal sembari mengendap-endap diatap rumahnya yang kemiringanya enam puluh derajat.

….

Lihat selengkapnya