“Prank …!” suara gelas jatuh dari arah kamar Niko. Pak Zhang kaget bukan kepalang melihat istrinya sudah berlumuran darah dibagian leher.
“Pappii …,” rintih Ibu Anne. Niko menyusul dari belakang Ibu Anne dengan wajah yang beringas serta mulut yang sudah meneteskan lendir yang bercampur darah.
“Arrrk … rooaar!” erangan Niko menggema memenuhi seluruh ruangan rumah. Myra terhenyak dengan suara yang terdengar anomali dirumahnya. Ia pun bergegas menuju ke arah sumber suara tersebut. Namun sesampainya dilantai dua, ia melihat Ayahnya sedang mencoba melawan Niko yang hendak menggigitnya.
“Myra … lariii!” teriak Pak Zhang. Myra masih belum bisa berpikir jernih atas apa yang disaksikanya saat itu. Tak lama kemudia Ibu Anne pun dengan cepat menerkam Pak Zhang dengan beringas. Myra menyaksikan Ayahnya dijadikan malan malam oleh Ibu dan kakaknya.
Sesaat Myra tersadar bahwa dia dalam bahaya. Tidak berpikir panjang Myra mengambil tas dan berusaha lari secepatnya keluar dari rumahnya. Namun ia tak luput dijadikan target makan malam yang saat itu kakaknya lah yang mengejarnya. Suasana menjadi mencekam tinggal dua meter lagi jari-jari niko yang bersimbah darah Ibu Anne dan Pak Zhang, hampir meraih pundak Myra. Namun semesta berkehendak Myra untuk lolos dari terkaman kakaknya yang sudah benjadi kanibal.
“Brak … brak … brak ...! suara pintu yang hendak didibrak dari dalam.
“Hah … hah … tadi itu apa? Aku takut,” Myra mengatur nafasnya sambil meneteskan air mata. Ia melihat keluarganya saling bantai dan ini seperti akhir dari dunianya. Semua kunci kontak kendaraan ada didalam rumah. Ia bingung harus pergi kemana.
Myra akhirnya pergi dengan jalan kaki entah dia bingung mau kemana, sesaat terlintas dia hendak ke toko obat ayahnya yang berada dua kilometer dari rumah. Namun hal yang tidak masuk akal bila ia harus mendobrak toko seperti penjarah, karena ia tidak membawa kuncinya.
Dalam perjalanan Myra menyaksikan kali kedua, insiden seperti yang ia saksikan di rumahnya, orang-orang memakan satu sama lain. Ia hanya bisa sembunyi serta mengendap-endap supaya tidak ketahuan keberadaanya.
“Hei!” seseorang menepuk pundaknya ditengah-tengah ia bersembunyi. Ia adalah seorang pria dengan kulit kecoklatan. Myra kaget ia berpikir bahwa ini manusia atau bagian dari makluk kanibal.
“Ayo ikut aku, bersama orang-orang yang selamat,” orang itu menawarkan tumpangan. Mau tidak mau Myra mengikuti orang itu, lalu ia masuk kedalam mobil sedan warna silver yang didalamnya sudah terdapat tiga pria.
Myra tidak berbicara pada mereka, walau mereka berusaha mengajak Myra ngobrol dan sekedar basa-basi. Tibalah mereka dirumah warna putih berlantai dua.
“Ini rumah kalian?” tanya Myra.
“Iya ini rumah kami, masuklah dan pilih kamarmu sendiri,” kata salah satu dari orang itu.
Yang orang-orang itu tidak tahu adalah, rumah itu adalah milik keluarga Zhang kemudian disewa oleh Pak Soleh. Myra berpikir kemana Sak Soleh bukanya tahun ini masih dalam sewa. Myra pun mencoba berpikir positif, namun ia memilih kamar yang dulu adalah kamarnya.