The Last Karta

Samuel Fetz
Chapter #19

PERPISAHAN

“Waktu aku hampir tertabrak, Om kan nyuruh aku naik motor … awalnya aku takut, bingung … antara dikejar-kejar makluk berlendir tapi aku juga tidak mudah percaya orang lain. Setelah melihat tante Lilly aku ada sedikit kelegaan, berarti aku aman. Ditambah lagi setelah bangun tidur aku bertemu Jessie, artinya aku akan baik-baik saja,” Myra mencoba menjelaskan secara rinci, apa yang ia alami hingga sampai dirumah Freed.

“Aku sangat paham, apa kamu rasakan … sangat paham,” ucap Lilly berusaha menyamakan frekwensi. Memang kebetulan Lilly juga seorang Chindo sama seperti Myra.

“Didepan mata aku kehilangan orang-orang yang aku cintai, padahal aku masih butuh-butuhnya mereka,” timpal Myra sambil menyeka air mata.

“Kalau kamu ga keberatan … boleh kok panggil Mama, iyakan sayang?” kata Lilly sambil melirik ke arah Freed. Saat itu Freed hanya mengangguk tanpa berkata-kata.

“Mam … kakak Myra tinggal disini terus?” tanya Jessie antusias.

“Kakak Myra ga punya siapa-siapa lagi sayang, kamu seneng ga kakak Myra disini?” tanya balik Lilly.

“Seneng Mam … Jessie ga kesepian lagi,” timpal Jessie sambil kegirangan.

“Terima kasih banyak,” ucap Myra sambil menunduk.

“Udah kamu ga usah berlebihan, semua ini tidak ada yang namanya kebetulan. Kamu percaya ga kalau semesta itu hidup?” kata Freed sambil mengelus kepala Myra tepat di ubun-ubun. Myra pun hanya mengangguk.

“Tapi satu hal yang harus kita lakukan … kita ga bisa disini terus, pagar rumah ga sekuat otot tanos, pasti suatu saat akan roboh,” kata Freed serius.

“Lalu?” tanya Lilly.

“Kita harus bergerak … namun menunggu waktu yang tepat,” jawab Freed.

“Nanti aku mau keluar mencari logistik,” timpal Freed.

“Aku boleh bantu Om … eh Pap,” ucap Myra canggung.

“Hmm … gimana ya?” Freed bingung, karena takut Myra malah akan menjadi beban.

“Please … aku ga mau kalau hanya numpang hidup,” ucap Myra memohon.

“Ga gitu sayang konsepnya,” tukas Lilly kepada Myra.

“Tapi aku mau bantu … logstik yang dicari juga ga akan seperti yang sudah-sudah, karena tambah satu lagi mulut yang harus diberi makan,” timpal Myra sambil tertunduk malu.

“Jadi rencana kita rubah, bagaimana kita mencari logistik sambil bergerak?” Freed berkata sambil melirik ke Lilly, seakan-akan meminta pendapat.

“Maksudnya?” tanya Lilly singkat.

“Seperti yang pernah aku bilang, kita ga bisa disini terus,” jawab Freed.

“Apa kamu sudah ada tujuan, kita mau kemana?” tanya Lilly.

Lihat selengkapnya