— 2018.
Para murid berlomba-lomba untuk pergi ke kantin beberapa detik setelah bel berbunyi. Biasanya, Abimanyu-lah yang pertama keluar dari kelas dan berlari ke kantin untuk mengantri ayam geprek bu Ros. Namun, hari ini tidak. Abimanyu berada di kantin dalam yang disebut ‘Kantin Bu Rumpi’ karena disitulah para murid berumpi saat jam pelajaran kosong atau skip kelas. Abimanyu telah berada di sana 15 menit sebelum bel istirahat berbunyi. Ia dan ketiga temannya (Hugo, Rajendra, dan Genta) berbisik-bisik kepada Bu Rumpi dan terkekeh-kekeh, terutama Abimanyu. Wajahnya memerah, ceria, dan antusias.
“Nah, ini. Cepetan sebelum neng Aesha keluar,” ujarnya dengan ramah sambil memberikan kue tart kecil titipan Abimanyu.
Hari ini adalah hari ulangtahun Aesha dan Abimanyu telah menyiapkannya jauh-jauh hari. Abimanyu buru-buru menyalakan lilin dan berjalan ke arah kelas. Sedangkan, Genta bagian memantau apakah Aesha keluar dari kelas atau guru BK yang sedang berkeliling. Hugo membantu mengecek jam dan menghitung sisa waktu yang mereka miliki. Serta Rajendra yang sibuk menjaga lilin supaya tidak mati.
Satu menit sebelum bel, Abimanyu dan kawan-kawannya sudah berada di samping kelas Aesha. Dan, benar saja murid-murid berhamburan keluar dan lilin-lilin kue hampir mati namun tangan Rajendra mampu menjaganya dengan baik. Tak lama kemudian, di tengah-tengah siswa, keluarlah sang dewi di mata Abimanyu, Aesha. Rambut panjangnya dan tawanya terlihat sangat surgawi. Aesha lalu menoleh ke arah Abimanyu yang berada di depannya dengan membawa kue di tengah-tengah para siswa yang berlomba-lomba pergi ke kantin. Aesha terkejut dan mulai terharu sambil berjalan mendekati Abimanyu.
“Happy birthday Aesha. Happy birthday Aesha. Happy birthday to you.” Itulah nyanyian ulangtahun dari teman-temannya. Aesha tersenyum lebar melihat Kayshila, Hugo, Genta, dan Rajendra di sampingnya. Dan, senyuman itu semakin lebar ketika ia melihat Abimanyu. Aesha pun dengan senang hati meniup lilin tersebut dan menerima kue pemberian Abimanyu.
“Happy eighteen years old, Aesha. I hope to see you too in nineteen or even one hundred ninty years old,” ucap Abimanyu sedikit pelan sehingga hanya Aesha yang dapat mendengarnya. Aesha tersenyum malu dan mengangguk.
— 2022.
Kini, berdirilah Abimanyu berusia 22 tahun di tempat di mana dirinya dan Aesha masih berusia 18 tahun itu. Senyuman gadis itu tak pernah pudar dari ingatannya. Tak ada yang hilang dari memori-memori mereka. Bahkan setiap kata yang Aesha ucapkan. Ajaibnya, gadis itu kini juga berdiri di tempatnya saat itu. Aesha yang juga kini berusia 22 tahun.
Abimanyu terpaku di sana. Memandang perempuan itu yang sedang tersenyum melihat kelasnya dulu. Lalu, sedetik kemudian ia memalingkan wajahnya dan disitulah mereka berkontak mata. Aesha terkesiap, ia pasti ingat. Aesha tersenyum, tentu saja ia tersenyum karena ia mengingat lelaki muda itulah yang menatapnya di stasiun MRT kemarin. Aesha melewati Abimanyu dan semerbak aroma tubuh Aesha pun terhirup oleh Abimanyu. Tak ada yang berubah sedikitpun dari Aesha, bahkan aroma tubuhnya.
“Tunggu!” seru Abimanyu dengan canggung, Aesha berhenti dan berbalik namun Abimanyu tak kunjung melanjutkan perkataannya. Ia terlalu kaku dan senang dapat bertemu dengan Aesha lagi setelah empat tahun yang lalu. Aesha terkekeh lalu berdeham.
“Kamu… alumni sini juga?” tanyanya dengan polos. Abimanyu hampir menangis mendengar pertanyaannya. Aesha sungguh tak ingat lagi dengan dirinya. Abimanyu mengangguk pelan sambil sedikit menunduk, berusaha untuk tidak menangis atau terlihat sedih. Aesha tersenyum lebar. “Aesha. Angkatan 2016,” sambungnya sambil mengulurkan tangannya. Abimanyu pun menjabat tangan mungil itu seperti baru pertama kali bertemu.
“Abimanyu. Angkatan 2016,” ujarnya dengan nada suara yang sedikit ceria. Aesha tersenyum namun sedetik kemudian ia terpaku dan menatap kosong ke depan. Abimanyu kebingungan sehingga ia berusaha memanggil nama Aesha.
Aesha melihat bayang-bayang itu lagi dalam memorinya setelah berjabat tangan dengan Abimanyu. Sosok yang dulu Aesha yakin selalu ada namun kini menghilang entah kemana. Ia melihat memori baru. Memori ulangtahun ke-18 itu. Ia berdiri di sana sambil memegang kue bertuliskan ‘Aesha is 18 today!’. Aesha juga melihat kotak dari kardus kecil dari orang itu. Kepalanya pusing dan hampir jatuh pingsan. Aesha kembali ke masa kini setelah merasakan tangan Abimanyu menangkap tubuhnya yang tak stabil.
“Maaf!” serunya dengan cepat lalu menjauhkan diri. Ia menundukkan kepalanya dan memijit pelan pelipisnya.
“Kamu gapapa? Ada teh di kantin bu Rumpi, kalau kamu bersedia,” jawab Abimanyu sambil menundukkan kepalanya sedikit. Aesha mendongak dan tersenyum manis lalu mengangguk.