THE LAST SEASON

Nasrani Lumban Gaol
Chapter #1

Selamat Tinggal Kamar 3861

Suara tonggeret di musim panas adalah hal yang paling ku benci. Bagaimana aku mendeskripsikannya? Suara yang begitu nyaring dan mengganggu, suara yang seakan menambah kebisingan di panasnya bulan Juni. Tetapi anehnya, kendati suara riang tonggeret jantan untuk memanggil betina pada musim kawin begitu memenuhi musim panas, aku tetap merasa sangat sunyi. Itukah sebabnya sampai sekarang aku masih merasa sunyi jika mendengarkan suara tonggeret?

Aku tidak tahu.

Asrama yang kutempati perlahan sunyi. Libur musim panas telah berlangsung selama beberapa hari. Asrama yang tadinya hiruk pikuk menjadi lengang, hanya ada beberapa mahasiswa internasional sepertiku atau mungkin beberapa mahasiswa lokal yang menunda kepulangannya ke kampung halaman yang masih bertahan disini. Kamarku sudah kosong. Ada 5 mahasiswa yang menempati kamar ini, 2 sudah kembali ke Indonesia, sementara 2 mahasiswa lokal lainnya sudah menyelesaikan studi mereka. Kami sudah mengadakan perpisahan sederhana dan beberapa hari kemudian kamar ini sudah ditinggalkan penghuninya. Tanpa ada kata selamat tinggal atau kata sampai bertemu lagi.

Aku sudah tinggal di kota kecil ini selama 2 tahun. Menyusuri jalanan dengan sepeda butut pemberian satpam kampus tempatku belajar. Aku sering menghabiskan waktu menyusuri bentangan sawah di sisi kiri dan kanan jalan. Aku sengaja memilih rute jalan kecil yang melewati persawahan dibandingkan jalan besar yang melewati kota Minxiong. Aku mengenali lekuk-lekuk yang selalu kulalui setiap kali aku ingin ke stasiun kereta atau membeli makan malamku. Jika nanti aku pulang, apakah kota ini juga merasakan ada penghuni sementara yang sudah pergi?

Mungkin tidak.

Aku tidak tahu.

Jendela kamarku mengarah tepat ke pintu utama bangunan asrama. Dari kamar aku bisa melihat satu per satu mereka meninggalkan asrama, terkadang menggunakan taksi dan terkadang mereka dijemput oleh orangtuanya.

Aku iri.

Angin di musim panas membawa dedaunan pohon beringin yang berdiri kokoh di depan asrama. Tepat di depannya adalah minimarket berwarna merah tempat aku biasa membeli mochi kacang tanah atau teh kotak seharga 20 NTD.

Kamar yang kutempati kini lengang. Jenny dan Lily, mahasiswa Taiwan yang selama 2 tahun tinggal bersamaku sudah kembali. Mereka sudah menyelesaikan kuliahnya. Temanku yang berasal dari Indonesia juga sudah kembali beberapa bulan yang lalu.

Hanya aku yang berada disini.

Lengang dan linglung.

Lihat selengkapnya