The Last Wanderer

Rifkira
Chapter #1

(Prolog) Seorang Pengembara (Part 1)

Hari-hari menempuh perjalanan jauh dan penuh dengan halang rintang dalam hutan. Myta seorang pengembara menemukan titik terang setelah melihat tembok kayu besar di hadapannya.

Ia pun pergi, berharap ada seseorang dibalik tembok itu, mungkin saja sebuah peradaban ataupun kota yang ada dibaliknya.

Grraarrhhh.... 

Suara rauman mahluk buas terdengar keras dari arah belakang, semakin keras dan tanah pun bergetar seperti terjadi gempa bumi.

Ia melihat ke depan. Terdapat sebuah batu besar yang diselimuti api mengarah kepadanya, Myta yang bingung sekaligus panik berlari ke sumber pelontaran batu besar itu.

Dengan batu yang terus berjatuhan membuat tanah bergetar, langkah kaki pun semakin berat dengan guncangan yang terus menerus terjadi.

"Entah objek apa itu, sepertinya ada sesuatu yang besar hingga mengguncang hutan ini." Pikirnya sambil berlari melewati batu-batu yang terbakar terjatuh di hadapannya.

Myta pun berhasil melewati hutan tersebut. Namun ia terkejut melihat barisan prajurit dan sebuah pelontar raksasa yang ada di hadapannya.

Apakah terjadi perang di sini? Pikirnya dalam hati.

Ia pun menghampiri mereka, ada di antara mereka yang menaiki kuda mendekat kearah Myta berniat untuk menjemputnya.

Setelah tiba, pria yang menaiki kuda itu mengulurkan tangannya, Myta yang masih bingung memilih untuk menurut karena daerah yang di pijakinya mungkin saja berbahaya.

"Siapa kau? Kenapa ada di desa kami?" Tanya pria itu dengan sedikit berteriak kearah Myta.

"Aku pengembara, sebenarnya apa yang terjadi disini?" Tanya Myta melihat barisan pasukan yang ada di hadapannya.

"Kami sedang berperang, kau akan mengetahuinya sebentar lagi." Pungkasnya.

Abu dari kayu yang terbakar mulai menghujani mereka, Myta menelan ludahnya dalam-dalam, apa yang sedang mereka hadapi sepertinya sangatlah kuat.

Rauman mahluk itu kembali terdengar, gemuruh suara terdengar di telinga mereka. Seketika prajurit yang bersiap untuk menghalau serangan tiba-tiba gemetar dan takut, ada pula yang panik dan langsung berlari ke barisan belakang.

Sesuatu bergerak cepat menghampiri mereka, para pemanah pun bersiap dengan ujung panahnya yang sudah dibakar nyala api.

"Tembak!"

Mereka pun melepas panah api itu ke target yang bergerak cepat dan sulit diikuti oleh mata, Myta memperhatikan keadaan sekitar yang nampak mencekam. Prajurit terlihat gemetar karena takut, mereka sangat putus asa melawan mahluk itu.

Crakk.... crakk.... 

Darah mengucur dimana-mana, baris pasukan yang bersiaga pun berhamburan dan tumbang satu persatu. Para pasukan itu berlari ke arah gerbang yang hendak menutup rapat.

Myta bergegas berlari, namun beberapa orang yang tumbang membuatnya tersandung jatuh. Hal yang mengerikan terjadi di hadapannya ketika seorang prajurit yang berlari tertusuk oleh benda yang terlihat seperti lidah yang memanjang dan penuh dengan duri.

Ia menutup mulutnya untuk menenangkan dirinya. Tempat itu berubah menjadi danau darah berwarna merah, beberapa organ tubuh yang terpisah berserakan di depannya membuat dirinya takut bukan main.

Lihat selengkapnya