Kilat menyambar-nyambar. Menciptakan pola-pola pantulan ritmis di dinding kamar. Gelap diwarnai cahaya keperakan. Tiba-tiba, angin bertiup kencang, mengempaskan jendela kaca hingga terbuka. Tirai tersibak. Dalam kondisi jendela terbuka, suara gelegar itu kian terdengar nyata. Memekakkan telinga.
Gadis itu terjaga. Sesaat ia diam di tempatnya, memandang sekitar. Gelap gulita. Hanya cahaya kilat yang sesekali mengilaskan terang di kamarnya. Ia selalu menyalakan lampu tidur di meja samping pembaringannya, tapi kini lampu itu mati. Tangannya terjulur mencari-cari saklarnya. Memencet-mencet. Tapi, lampu itu tak juga menyala.
Gadis itu mengalihkan perhatiannya ke jendela yang terbuka. Bulu kuduknya tiba-tiba meremang. Ia harus kembali menutupnya, meski dengan itu ia harus mengerahkan seluruh keberaniannya. Ia beringsut lalu bangun dari posisi tidurnya. Diusapnya wajahnya yang mengantuk dengan kedua belah tangan. Lalu, ketika gadis itu membukanya, ia terkesiap. Bersamaan dengan kilat yang menyambar, ia melihat sesosok makhluk di jendela! Gadis itu menajamkan pandangannya. Sesosok makhluk berwarna tembaga, dengan bentuknya yang sangat mengerikan, mata berkilat kekuningan, menyeringai dalam kegelapan.
Dalam hitungan detik, makhluk itu melesat ke arahnya. Mencengkeram lehernya dengan satu tangannya yang serupa capit raksasa. Kulitnya yang bertekstur kasar, tampak mengilap dalam gelap.
Makhluk itu mengeluarkan suara mendesis dan menggeram.