The Last Z

Ambhita Dhyaningrum
Chapter #5

Znakharka

Dari dalam kotak kayu itu, muncul seberkas cahaya berwarna biru. Cahaya itu menyebar ke seluruh penjuru ruangan, serupa payung besar yang dikembangkan dalam keadaan terbalik. Terang dan menyilaukan. Beberapa saat, Ellen masih berusaha beradaptasi agar dapat melihatnya dengan jelas. Cahaya itu berasal dari sebuah bola kristal yang ada di dalam kotak. Tampak partikel-partikel debu putih seperti salju, melayang-layang di dalam ruang cahaya. Beberapa saat kemudian, muncul sesosok manusia dalam wujud hologram. Ellen terperanjat. Ia mengenali sosok itu.

Dada Ellen berdegup kencang. Bukankah dia…bukankah dia….

“Papa?”

“Ellen, ma chérie[1], saat mamamu membuka kotak ini, berarti sudah tiba saatnya kau tahu asal-usulmu,” sosok itu bersuara. “Kau mungkin tidak akan pernah mengira siapa dirimu yang sebenarnya. Tapi, begitulah adanya. Kita tidak akan bisa mengingkarinya, apalagi lari dari kenyataan.

Nenek moyangmu, berasal dari Ukraina. Nenek buyutmu, bernama Yevhenia. Dia seorang Z, alias znakharka, seorang shaman atau penyembuh. Yevhenia memiliki kemampuan menyembuhkan, sekaligus kekuatan magis yang didapatkannya secara turun-temurun dari garis ibunya. Ketika usia Yevhenia masih remaja, ia acap pergi ke bukit tak dekat dari desa tempat tinggalnya. Ia kerap bermimpi akan bertemu dengan jodohnya di sana. Pada saat itu, gadis-gadis menikah di usia belasan. Namun, bertahun-tahun menunggu, jodoh Yevhenia belum juga datang. Sampai usianya yang kedua puluh lima, ia belum juga mendapat kekasih. Sebagai seorang shaman, keluarga Yevhenia hidup terpisah dari masyarakat. Mereka hidup di pinggir hutan, dan Yevhenia jarang turun ke desa. Itulah mengapa ia tidak pernah bertemu dengan orang-orang, terutama yang sebaya dengannya.

Pada suatu malam, Yevhenia terbangun karena mimpi itu lagi. Ia pun pergi lagi ke bukit itu. Dari kejauhan, ia melihat sinar biru yang sangat terang. Saat Yevhenia mendekat, ia melihat sebentuk benda yang asing, terdampar di antara semak-semak. Benda itu adalah sebuah pesawat. Pada saat itu, tentu saja orang belum mengenal apa itu pesawat. Apalagi yang bentuknya serupa cakram raksasa berkilauan. Begitu pula Yevhenia yang takjub melihat pemandangan di hadapannya. Ia terus melangkah mendekat. Menyibak asap, menembus cahaya. Benda itu memiliki pintu, dan ia menarik gagang raksasanya sekuat tenaga. Tepat pada saat itu, sesosok tubuh tersungkur di kakinya.

Makhluk itu bertubuh biru. Biru berkilauan. Anatomi tubuhnya mirirp manusia. Ia punya sepasang mata yang lebih lebar melebihi rata-rata manusia, hidung panjang yang mencuat ke atas, bentuk wajah dengan dagu meruncing dan berbelah, telinga seperti telinga elf, serta kulit yang licin dan lembut. Jemari tangannya panjang dan ramping, begitu pula kakinya. Ia tak memiliki rambut di tubuhnya. Tak ada alis, rambut di kepala, maupun bulu di kulitnya. Yevhenia memutuskan untuk membawa makhluk itu pulang. Ia merawat makhluk itu sampai sembuh, lalu menikahinya, sebagai wujud penunaian janji. Mimpi-mimpi itu telah membuat ia berjanji pada para dewa untuk menikahi orang yang akan ditemuinya di bukit. Dan para dewa telah menunjukkan bahwa makhluk itulah jodohnya.

Makhluk itu bernama Zaur. Seorang prajurit bangsa Evgen yang melarikan diri dari peperangan yang berkecamuk di Planet Altair. Ia melarikan senjata musuh yang akan digunakan untuk menghancurkan Evgen. Malang, saat dikejar oleh musuh-musuhnya, ia tertembak dan jatuh di bukit tak jauh dari rumah Yevhenia.

Dari pernikahan Yevhenia dan Zaur, lahir lima orang anak. Dua lelaki dan tiga perempuan. Semuanya memiliki ciri yang sama, sebagian tubuhnya berwarna biru. Ada yang mendapat warna biru di kaki, ada yang di punggung, ada pula yang di leher hingga wajah. Tanda ini tak bisa dihilangkan. Pada suatu ketika, musuh Zaur dari bangsa oxr yang ingin menghancurkan Evgen, menemukan jejaknya di Ukraina dan membantai Zaur, Yevhenia, beserta empat orang anaknya. Seorang anak yang lain, yang pada saat itu tidak berada di rumah, selamat. Dialah Vadim, anak yang kemudian menurunkan anak-cucu Yevhenia dan Zaur. Pada generasi selanjutnya, warna biru dari Zaur masih selalu ditemukan, meski hanya sedikit di bagian tubuh tertentu. Bahkan, pada satu generasi terakhir, warna itu tidak muncul lagi setelah salah satu buyut kita berhasil menemukan ramuan untuk menghilangkan warna biru itu, agar tidak menurun secara genetis. Garis Zaur sudah berakhir.

Generasi Vadim kemudian hijrah ke Prancis untuk menyelamatkan diri. Dari Vadim, lahir anak cucunya, yang kemudian melahirkan Cedric—anak tertua, Papa, dan Leah—bibimu. Tak seorang pun dari kami yang mendapatkan tanda biru itu, tapi kami bertiga memiliki kekuatan Yevhenia. Kami semua hidup dengan tenang, hingga kau lahir ke dunia. Ya, warna biru Zaur kembali pada dirimu, bersamaan dengan kekuatan Yevhenia. Kau znakharka yang sempurna. Dan bangsa Oxr yang selama ribuan tahun memasang mata di bumi, mengendusnya.

Kami berusaha membuat ramuan penghilang pigmen biru yang pernah ditemukan oleh leluhur kami, dan berhasil. Papa memberikan ramuan itu padamu sewaktu kau masih kecil, dan warna biru itu lenyap dari tubuhmu. Itulah mengapa dulu Papa sering mengajakmu berhujan-hujan. Hujan, mengandung karbon, silika dan fly ash dalam bentuk abu ringan yang dibutuhkan untuk mengikat ramuan yang telah tercampur dalam darah. Dan itu akan membuat pigmen biru itu membeku selamanya. Tapi, takdir telah tertulis, pada suatu saat, warna biru itu akan kembali, dan hanya kau sendiri yang bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan dirimu. Dan bila masa itu sudah tiba, Cedric akan menjemputmu. Inilah saatnya. Jadi, jaga dirimu baik-baik, putriku. Papa tahu, kau bisa melakukannya.” Sesaat kemudian, hologram itu lenyap.

“Kenapa Cedric? Kenapa bukan Papa?” seru Ellen. Tapi cahaya biru itu telah menyusut, masuk kembali ke dalam bola kristal. Dan suasana kamar itu kembali seperti sedia kala. “Papa!” Ellen menjangkau bola kristal itu. Meraba, mengangkat, dan mengguncangnya, seakan ingin hologram itu muncul kembali. Ia sadar, papanya tidak benar-benar datang. Itu hanya wujud hologramnya yang dihadirkan melalui rekaman yang diputar ulang. Tapi ia ingin memeluk papanya.

Beberapa saat kemudian, Mama menarik lembut pundaknya.

“Sekarang, kau sudah tahu siapa dirimu,” ia berkata.

Ellen menggeleng-geleng. “Entahlah. Ini rasanya seperti…seperti mimpi.” Tiba-tiba ia teringat salah satu mimpi buruknya, didatangi oleh makhluk mengerikan dan kemudian diselamatkan oleh sosok berjubah. Cedric? Tiba-tiba nama itu melintas dalam benaknya. Ya, ia pernah berjumpa dengan orang bernama Cedric di dalam mimpinya. Lalu makhluk itu, apakah dia bangsa Oxr?

“Ma, apakah Cedric berambut perak dan memakai jubah?” Ellen bertanya kepada mamanya. Tiba-tiba ia merasa konyol telah menanyakannya. Tapi, kepalang tanggung. Ia harus memastikannya. “Aku pernah bertemu orang bernama Cedric dalam mimpiku.”

Lihat selengkapnya