The Law Of Psychology

Pramdigdya Sasliandri Priantama
Chapter #2

Chapter 2 - Asal Ayah Bahagia

“Pokoknya Kau harus kuliah di Jakarta!”

“Tapi, Yah. Liany berhasil diterima di perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Lihat!” Aku menunjukkan surat pengumuman hasil seleksi yang baru diantar oleh petugas pos pagi ini.

Ayah membaca isi surat dengan cepat, lalu merobeknya. “Keputusan Ayah sudah bulat.”

Aku tidak mengatakan apapun. Lantas aku berlari keluar, meninggalkan rumah. Tidak ada perbekalan yang aku bawa, hanya kesedihan yang bersamaku. Entah kapan aku akan kembali. Aku pun tak tahu.

Hatiku telah hancur bersama dengan surat itu, bersama dengan segudang impian lama yang telah memudar. Tempat itu bukanlah rumah. Kau tahu, rumah adalah tempat dimana orang-orang yang berada di dalamnya saling berbagi cinta dan kasih sayang. Aku tidak melihat adanya cinta dan kasih sayang di tempat itu. Yang aku rasakan selama ini hanyalah duka dan luka, tidak lebih dari itu. Sebesar apapun usaha yang telah aku lakukan tidak-lah berarti di mata Ayah. Mungkin dengan kematian baru dapat membuka matanya lebar-lebar. Menyadarkan-Nya bahwa selama ini ia telah bersikap tidak adil kepadaku.

***

 “Astaga. Sejak tadi aku terus berteriak memanggil-manggil kau!”

Lamunanku memudar oleh suara lantang yang datang dari arah sebelahku.

Ternyata itu Ivana, sahabatku sekaligus seseorang yang telah membujukku untuk mendaftarkan diri di fakultas Psikologi. Berbeda denganku, Ivana merupakan kakak tingkat ku di fakultas. Saat ini ia menempuh semester tiga.

“Biar aku tebak. Pasti kau sudah mulai belajar mata kuliah filsafat, deh. Makanya saat ini kau sedang berada di alam bayang-bayang imajiner,” ujarnya sambil mengangkat kedua tangan, melambai-lambai di udara.

“Dasar sok tahu! Aku baru akan mempelajarinya besok. Barusan aku belajar statistika dasar. Kau kan tahu, aku membenci hal-hal yang berbau angka.”

Lihat selengkapnya