THE LEA'KING

Widi Martha Magdalena
Chapter #7

7. Pulang Kampung

Kabar berita tentang dipecatnya Putri oleh pihak management sudah tersebar dikalangan anak buahnya. Berita itu juga tidak luput dari pendengaran Prama. JIka mencelakai seseorang itu tidak dosa, Prama pasti sudah melakukannya pada Sonya dan Rahardi, walau masuk ke dalam tahanan ia tidak masalah, hanya dosa yang ia takutkan.

Putri yang sedang sibuk mengemasi barang-barangnya, dikejutkan oleh dering ponselnya yang lagi-lagi dalam volume maksimal.

"Astagfirullah,,, mas Kris ngagetin mulu kerjaannya," gumam Putri pada ponselnya. Gadis aneh, dia sendiri yang mengatur nada deringnya, dia sendiri yang merasa kaget.

Tercantum nama Prama pada layar ponselnya, Putri menggeser tombol berwarna hijau pada layar ponselnya.

"Assalamu'alaikum," salam Putri pada pria di seberangnya sana.

"Wa'alaikumsallam, kenapa kamu gak bilang ke aku Put," sembur Prama langsung setelah membalas salam Putri.

"Bilang apa?"

"Ckkk,,, pura-pura bloon," geram Prama, "kenapa kamu gak bilang ke aku kalau si nenek sihir itu mecat kamu?!"

"Sudahlah Pram,, aku gak pa-apa kok."

"Please deh untuk sekali ini aja, kamu jangan jadi ibu peri untuk orang jahat kayak Rahardi dan keponakannya itu! Mereka gak bisa mecat karyawan seenaknya Put."

""Sudahlah Pram,, lagian aku juga sudah tidak bisa bekerja dengan atasan yang bertindak semaunya sendiri. Itu semua di luar prinsip aku Pram."

"Atasan kita bukan mereka berdua Put, atasan kita itu G.Charlos, Jadi, yang berhak mecat kamu ya hanya G.Charlos. Ehm,,, sebenarnya aku gak mau ngomong begini, tapi ini memang harus dilakukan. Kamu harus minta bantuan G.Charlos, dia pasti juga akan melindungi kamu jika tahu kalau kamu diperlakukan semena-mena seperti ini."

"Tumben, kamu mau nyebut nama G.Charlos?" tanya Putri sambil terkekeh.

"Kan tadi aku juga ngomong kalau sebenarnya gak mau bahas dia. Tapi, realistis aja, hanya dia yang bisa bantu kamu. Tuh iblis dua pasti kicep kalau yang ngasih perintah G.Charlos langsung."

"Enggak Pram,,, aku gak mau melibatkan G.Charlos. Selama ini yang dia berikan ke aku sudah terlalu banyak, aku gak mau merepotkannya lagi. Aku gak mau memanfaatkan kebaikannya Pram. Lagian, aku belum pernah bertemu secara langsung dengan G.Charlos. Bagaimana aku bisa punya muka untuk menyusahkannya lagi. Aku merasa gak enak Pram,,,"

"Kalau gak enak, kasih kucing! Ckkk,, lagian nih ya, paling sebentar lagi tuh pemuja rahasia kamu itu juga tahu masalah ini. Dia kan selalu tahu apapun tentang kamu, masalah Cantika aja dia bisa tahu."

Putri terdiam sejenak, memikirkan perkataan sahabatnya itu. Benar juga apa yang dikatakan Prama, selama ini G. Charlos selalu tahu apa yang terjadi dengannya.

"Tapi tetap saja Pram,,, aku tidak mengenalnya dan aku tidak mau merepotkannya. Semoga kamu paham dengan keputusanku."

"Iya Put, apapun keputusan kamu, aku akan mendukung. Terus, setelah ini apa yang rencana kamu ke depannya?"

"Aku mau pulang kampung dulu Pram, kangen sama bapak dan ibu."

"Berapa lama kamu di sana?"

"Gak tahu juga, agak lama mungkin, sekalian melepas rasa rinduku dengan kampung halamanku Pram."

"Aku bakal tanya teman-temanku, siapa tahu di tempat mereka bekerja ada lowongan buat kamu."

"Iya Pram, terimakasih." jawab Putri tulus, ia bahagia memiliki teman-teman yang peduli padanya.

"Aku tutup teleponnya dulu ya Put, ada yang parkir sembarangan."

"Iya Pram, selamat bekerja. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsallam."

Setelah sambungan telepon dari Prama terputus. Putri meletakkan ponsel itu di ranjang tidurnya. Baru saja ia memasukkan barang-barangnya lagi, ada yang mengetuk pintu kamar kosnya.

Begitu membuka pintu, ia melihat tetangga kamarnya ada di sana.

"Ada apa Ratna?"

"Di depan ada yang nyari mbak Putri," jawab Ratna, tetangga kamarnya. "Cowok ganteng yang juga satu tempat kerja sama mbak Putri itu lho. Siapa ya,,, Put,, Putri,,,eh kalau Putri kan namanya embak ya..." Gadis itu mengetuk kepalanya sendiri.

"Putra,,"

"Nah,,, itu dia mbak. Iya mbak, mas Putra," jawab Ratna sambil menjentikkan jarinya.

"Ya udah, terimakasih ya Ratna," ucap Putri sambil tersenyum.

"Kembali kasih mbak Putri," jawab Ratna sambil melangkah kembali ke dalam kamarnya.

"Putra,," sapa Valerie, begitu gadis itu sampai di teras kosnya.

Putra hanya tersenyum tanpa menjawab. Pria itu menepuk kursi di sebelahnya, agar Putri duduk di sana.

"Tumben main ke kos ku? Malam-malam pula."

"Gimana keadaan kamu?"

"Keadaanku? Baik-baik saja, aku sehat Tra."

"Aku bukan bertanya tentang fisikmu, aku tahu kalau fisikmu itu sekuat Hulk," ujar Putra sambil terkekeh, Putri menjadi cemberut karena Putra menyamakannya dengan makhluk hijau itu. "Aku bertanya tentang hatimu, tentang perasaanmu. Aku takut jika hatimu masih belum bisa menerima kejadian tadi."

"Bisa atau tidak bisa hatiku menerimanya, aku harus tetap bisa menerima keputusan pihak management Tra," jawab Putri sambil tersenyum,. Namun, Putra mengerti jika senyum itu bukanlah senyum tulus yang biasanya Putri tunjukkan, itu adalah senyum terpaksa. Agar Putra tidak merasa khawatir dengan gadis itu.

"Itu bukan keputusan dari pihak management Put, itu keputusan pribadi pak Rahardi dan Sonya. Tidak mungkin pihak management mengambil keputusan tanpa persetujuan pemilik mall ini."

Lihat selengkapnya