Setelah mendapatkan kroto dan melinjo, mereka bertiga beralan beriringan menuju rumah Putri. Mereka berniat mengolah bahan masakannya di sana.
"Kita gak perlu ke pasar buat beli bumbu-bumbunya?" tanya Audry.
"Gak usah," sahut Putri,"di rumah, bumbu-bumbunya sudah komplit, tinggal masak aja."
"Sip," sahut si kembar bersamaan.
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Okta dan Arman.
"Hay cantik," goda Arman sambil mencolek dagu Putri. "Kita ketemu lagi sayang."
"Gak usah sentuh-sentuh," bentak Putri sambil menyentak tangan Arman dengan kasar.
"Gak usah kurang ajar!" geram Andro sambil menarik tubuh Putri dan menyembunyikan gadis itu di belakang tubuhnya.
"Emang kamu siapanya dia?!" tanya Arman dengan sikap yang tidak santai. "Jangan ikut campur!"
"Jelas harus ikut cmpur," sahut Andro sambil tersenyum miring, "yang berani menyentuh orang terdekatku, berurusan denganku."
"Woooo,,,," Arman menyeringai. "Enggak takut!"
"Ado udah," ucap Putri sambil mengusap lengan Andro, berusaha menenangkan sahabtnya itu. Putri tidak mau jika sahabatnya itu tersulut emosi. Andro sangat mahir dalam bela diri, bisa ambyar nanti Arman jika Andro sudah bertindak. "Kita balik aja yuk."
"Pria kurang ajar kayak gini gak bisa dibiarin Put," sahut Andro, "harus diberi pelajaran,biar tahu sopan santun. Kamu juga!" Pandangan Andro tertuju pada Okta. "Kamu cowok apa bukan? Diem aja ngelihat teman kamu dilecehkan. Jangan harap aku merestui hubunganmu dengan Udry."
"Kali ini aku benar-benar kecewa sama kamu" ucap Audry sambil memandang tajam wajah kekasihnya itu. "Lebih baik kita pikir-pikir ulang tentang hubungan kita."
Setelah mengatakan itu, Audry berlalu dari sana menyusul Andro dan Putri yang sudah mendahului.
Okta memandang sedih kekasihnya yang mulai berjalan menjauh itu. Bukannya ia tidak mau membela Putri. Namun, ayahnya bekerja pada orang tua Arman. Jika ia tidak patuh, Arman mengancam akan memecat ayahnya.
"Udah, jangan dipikirin," ucap Arman, "cewek cabai-cabaian kayak gitu gak usah dipikirin. Mending kamu cari lagi aja."
Okta menatap tajam pada Arman, tidak terima jika pujaan hatinya dihina seperti itu.
"Lebih baik kamu tutup mulutmu sebelum aku merobeknya," geram Okta.