"Aku tidak bisa menyetujuinya, bagaimanapun dia seorang vampire." Arianna menatap suaminya cemas. Terbayang dalam mindanya kenangan mengerikan saat para vampire memporak-porandakan tempat tinggalnya.
"Tapi, Arianna ... bulan kelahirannya semakin dekat dan kita belum juga mendapatkan kontraktor, kita tidak punya pilihan lain. Bahkan jika ia hanya berdiam diri di rumah sekalipun ... Makhluk-makhluk itu sudah bisa mencium baunya ..." Fabian memberikan pengertian kepada istrinya itu. "Aku yakin Arion adalah vampire yang baik. Kulihat dia bukan jenis vampire yang meminum darah manusia," tambahnya lagi.
"Tapi kita tidak tahu apa dia akan berkhianat atau tidak, kau juga ingat kan bahwa kaumnyalah yang telah membantai seluruh penghuni desaku?" Arianna berkaca-kaca. Kaum vampire juga yang membuatnya kehilangan sayap, hingga ia tak dapat lagi terbang selamanya. "Bagaimana ... bagaimana jika ia juga akan melakukan hal itu terhadap putri kita?"
Fabian menggenggam tangannya erat, "Sayang ... kita tidak bisa membiarkan nyawa Celine terancam bahaya seperti ini. Kita harus mempercayainya jika ingin Celine tetap selamat sampai hari ulang tahunnya. Aku tahu kau sangat takut dan membenci para vampire, tapi hanya dia satu-satunya harapan kita. Demi putri kita."
Arianna menitikkan airmatanya perlahan. "Kenapa ... kenapa nasib putriku harus seperti ini?" Ia menangis dipelukan suaminya. Fabian hanya mengusap-usap bahu Arianna menenangkannya.
***
Setelah berdiskusi beberapa lama, Fabian dan Arianna kembali ke ruang tamu.
"Celine akan mengikat kontrak denganmu, tapi ada satu syarat." Fabian menatap mata abu-abu Arion dengan tajam. "Jangan pernah menghisap darahnya sebelum waktu yang ditentukan."
"Tenang saja Tuan Bradley. Aku selalu memegang teguh janjiku. Aku berjanji tidak akan menghisap darah putrimu, hingga hari ulang tahunnya tiba."
"Baiklah, kemarikan tangan kalian." Arianna akhirnya bersuara, berusaha melupakan semua dendamnya kepada kaum vampire demi anak semata wayangnya. Ia menyatukan tangan Celine dan Arion. "Dengan ini, Celine sang fairymaid telah mengikat kontrak dengan Arion sang origin." Setelah Arianna berkata, tiba-tiba tanda berbentuk airmata di leher Celine memancarkan cahaya kebiruan yang menyilaukan, menyelubungi tubuhnya dan Arion. Setelah beberapa saat, cahaya itu menghilang.
***
"Kenapa kau ada di sini?" Celine memandang Arion yang sedang bersandar di samping sebuah mobil sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana di depan pintu rumahnya.
"Menjemputmu, tentu saja." Lelaki itu lantas membukakan pintu untuk Celine.
Meski masih nampak heran, Celine tetap masuk ke dalam mobil. Setelahnya, Arion kembali menutup pintu mobil dan turut masuk ke kursi pengemudi.
"Aku tidak tahu bahwa kau bisa mengemudikan mobil. Apa kau bahkan punya SIM?" tanya gadis itu seraya memasang seatbelt.
Arion terkekeh. "Jangan cemas, Nona. Selain SIM, aku bahkan punya kartu identitas yang dimiliki oleh manusia. Kedua orangtuaku sejak lama telah berbaur dengan manusia, karena itu aku tahu cara hidup seperti manusia."
Celine mengangguk paham. "Apa aku boleh bertanya? Kenapa kau harus repot-repot mengikat kontrak denganku? Bukankah itu bisa membahayakan nyawamu?"