"Apa kau yakin bahwa dia adalah fairymaid?" tanya seorang lelaki berjubah hitam dengan tudung yang hampir menutupi sebagian wajahnya. Bibirnya terlihat hitam kelam. Ia nampak duduk di sebuah singgasana berlapiskan emas dalam sebuah gedung yang didominasi oleh warna hitam.
Raizel yang sedang berlutut mengangguk. "Iya, Tuan Achlys. Saya yakin bahwa ia adalah fairymaid. Karena baunya sama seperti yang Anda ceritakan kepada saya."
Lelaki yang dipanggil Achlys itu menyentuh dagunya dan tersenyum. "Kalau begitu, bawa dia padaku, Raizel! Bukankah kau juga tahu bahwa sebagai asosiasi, kita harus melindungi makhluk langka sepertinya?"
"Baik, Tuan. Saya akan berusaha berbincang dengannya dan mengajaknya untuk menemui Anda. Saya permisi dulu."
Selepas kepergian Raizel, ketua asosiasi itu memanggil asistennya, Jian.
"Menurutmu, apakah yang dikatakan oleh Raizel itu benar?"
Sang asisten terlihat berpikir sebentar sebelum menjawab. "Sepertinya Raizel benar-benar bertemu dengan fairymaid itu, Tuan. Karena selama ini dia juga tak pernah membicarakannya."
"Kalau begitu Jian, bantulah Raizel membawa fairymaid itu ke sini. Aku sangat ingin bertemu dengan makhluk yang dikatakan dalam legenda itu." Lelaki itu menyeringai lebar dibalik tudungnya.
Jian mengangguk kemudian berlalu dari hadapan Achlys, ketua asosiasi kaum vampire.
***
"Apa kau sudah tidak apa-apa?" Celine menatap Arion khawatir, lelaki itu masih berbaring sementara dirinya duduk di tepi ranjang. Walau bagaimanapun ia tidak ingin ada orang lain yang kehilangan nyawa karena melindunginya.
Arion menggeleng. "Aku sudah baik-baik saja. Ayo pulang!" Ia kini telah duduk dengan tegak dan meregangkan tubuhnya.
"Apa kau yakin? Kau baru saja terluka parah!" Nampak kekhawatiran dimata Celine.
Arion tertawa kecil. "Apa sekarang kau sedang mengkhawatirkanku? Sudah kubilang tidak apa-apa, yang tadi kuminum itu darah."
Celine terbelalak. "Darah? Apakah itu darah manusia??"
"Tentu saja bukan. Aku hanya menghisap darah manusia dalam keadaan terdesak. Itu darah hewan."
Celine mengembuskan napas lega. Namun kelegaannya hilang saat teringat bahwa Arion juga menghisap darah manusia. "Apa kau bisa berjanji padaku?"
"Janji apa?"
"Jangan menghisap darah manusia lagi! Bukankah mereka akan mati jika kau menghisap darah mereka?"
Arion mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya kini sejajar dengan wajah Celine. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu. "Baiklah, aku berjanji. Tapi kau harus menyerahkan seluruh darahmu untukku."
Celine memukul lengannya ke bahu Arion. "Apa kau gila? Aku bisa mati jika begitu!"