Dua puluh tahun yang lalu...
Arion yang masih berusia enam tahun menghampiri ibunya yang sedang membaca sebuah buku kuno. Ia begitu tertarik saat melihat seorang gadis yang duduk di atas batu karang menghadap ke arah laut dengan ekor yang berwarna kebiruan serta sepasang sayap berwarna senada yang menghiasi punggungnya.
"Siapa dia, Ibu?" Mata abu-abunya berbinar.
Ibunya yang masih tekun membaca setiap kata demi kata menoleh ke arahnya kemudian tersenyum. "fairymaid."
"Apa itu fairymaid?"
"Fairymaid adalah gadis yang dikatakan dalam legenda memiliki kekuatan yang tak terbatas. Karena ia merupakan keturunan peri dan juga mermaid. Konon kabarnya, setetes darah fairymaid bisa membuat siapa saja hidup abadi."
"Benarkah? Kalau begitu, aku akan memburunya jika sudah besar nanti! Aku akan membuat Ayah, Ibu, dan juga diriku sendiri abadi. Dengan begitu, kita akan hidup bahagia selamanya." "Arion kecil berujar dengan semangat.
Ibunya menggeleng tegas. "Tidak, Nak. Kau tidak boleh melakukan hal itu. Sebaliknya, kau harus melindunginya. Pihak asosiasi sedang mencarinya sekarang ini setelah mereka mendengar tentang ramalan yang mengatakan bahwa seorang Fairymaid telah lahir."
"Tapi, bukankah asosiasi adalah pihak yang baik? Mereka juga akan melindungi fairymaid itu, kan?"
"Kau tahu bahwa ibu juga bisa melihat masa depan, kan?"
Arion mengangguk. "Ya. Tapi Ibu selalu menyuruhku untuk tidak memberitahu siapapun."
"Itu benar. Sekarang dengarkan Ibu. Pihak asosiasi punya rencana yang mengerikan jika mereka sampai mendapatkan darah fairymaid itu. Anakku, sebagai seorang lelaki, kau harus berjanji pada Ibu. Jika kau menemukannya lebih dulu, ikatlah kontrak dengannya."
"Kontrak?"
Sang ibu mengangguk. "Iya. Dalam masa depan yang ibu lihat, fairymaid membutuhkan seorang kontraktor untuk melindunginya. Hal ini dikarenakan akan ada banyak makhluk-makhluk jahat yang memburunya dan ia tak bisa melindungi dirinya sendiri."
"Bukankah ibu bilang bahwa fairymaid adalah makhluk legenda yang sangat kuat?" Keningnya berkerut heran.
"Dia memang hebat. Tapi sebelum mencapai umur dua puluh satu tahun, hanya sedikit dari kekuatannya yang bisa ia pakai. Sementara kekuatannya yang lain akan tersegel dalam tubuhnya. Karena itu, berjanjilah pada ibu. Jika kau menemukan dia lebih dulu, jauhkan dia dari pihak asosiasi. Terutama ketua mereka, Achlys."
Arion mengangguk dengan bersungguh-sungguh. Tiba-tiba, pintu rumah mereka terbuka dengan kuat. Nampak ayah dari Arion menatap mereka dengan pandangan cemas.
"Cepat kemaskan barang-barang kalian! Sekarang!"
Ibu Arion yang mengetahui kemana arah pembicaraan suaminya mulai mengemasi barang-barang mereka. Namun tak lama, ia memegangi kepalanya yang terasa sakit. Suaminya menghampirinya dengan gelisah. Matanya terlihat berkaca-kaca saat istrinya itu menggeleng lemah. Kemudian lelaki itu berjongkok di hadapan Arion yang sedang sibuk memasukkan mainan ke dalam tasnya. Sang ayah lalu melepaskan cincin dari telunjuk kanannya.
"Apapun yang akan terjadi setelah ini, jangan melakukan apapun! Ayah dan ibu menyayangimu," ujarnya sembari memakaikan cincin itu di jari telunjuk Arion.
Sesaat setelahnya pintu berhembus dengan kuat. Para anggota asosiasi bergerak mendekati kedua orangtua Arion dan mencekik mereka lalu menusuk jantung keduanya dengan paku perak. Arion menangis tanpa suara di hadapan mereka. Ia menatap orangtuanya dengan nanar.