Seorang wanita dengan tubuh yang berwarna kehijauan dan bermata hitam keseluruhan keluar dari pusaran air. Hampir seluruh tubuhnya dihiasi oleh sisik. Dan mata Celine semakin membulat saat melihat bahwa pinggang hingga ke bawah wanita itu bukanlah kaki, melainkan ekor yang penuh dengan sisik.
Arion yang masih menggenggam jemari Celine kemudian menutup matanya, dan sepantas kilat melakukan teleportasi hingga ke tepi danau. Namun entah mengapa wanita ular itu juga sudah berada di dekat mereka.
"Kalian pikir kalian bisa lari dariku? Aku juga bisa melakukan hal yang serupa denganmu, jadi sebaiknya kau hadapi aku!" Ia menunjuk Arion dan menyeringai. Menampakkan barisan gigi yang juga berwarna hitam.
Arion membawa tubuh Celine ke belakangnya. Pandangannya waspada. Bagaimanapun, sosok yang dihadapinya ini lebih kuat dibandingkan dengan Denevier yang dihadapinya tempoh hari.
"Aku takkan membiarkanmu menyakitinya, Gellea!"
Wanita itu melata dengan cepat, menghampiri Arion dan juga Celine. Secepat kilat ia membelitkan ekornya ke tubuh Arion, membuat lelaki itu kekurangan napas. Mata Arion telah berubah merah. Kuku-kuku tangannya menjadi panjang dan tajam.
Dengan pantas ia menghujamkan kuku-kukunya itu pada ekor yang tengah membelitnya. Membuat wanita yang dipanggil Gellea itu menjerit kesakitan dan lilitannya melonggar. Saat Arion hendak melepaskan diri dari lilitan itu, Gellea kembali mengeratkan lilitannya. Tangannya bergerak ke leher Arion dan mencekiknya.
Celine melihat sekeliling, mencari sesuatu yang bisa dipakainya untuk mengalihkan perhatian wanita ular itu. Ia lantas melemparkan apa saja yang berada di dekatnya. Gellea marah saat batu besar yang dilempar Celine dengan susah payah mengenai kepalanya. Ia lantas mengejar Celine dan secara otomatis melepaskan lilitannya pada tubuh Arion.
Celine berlari secepat yang ia bisa. Wanita ular itu melata di belakangnya. Sementara Arion berusaha untuk berdiri. Ia berlari dengan sedikit terhuyung, memegangi dadanya yang terasa seperti terbakar. Ia terus berlari mengejar Gellea dan juga Celine meski pandangannya sesekali nampak kabur.
Gellea terkekeh saat Celine telah tersudut di sebuah gang buntu. "Kau takkan bisa lari lagi, fairymaid. Kekasihmu itu pasti sudah tak bisa menggunakan kekuatannya setelah kuhisap energinya saat melilitnya tadi. Ikutlah denganku ... aku akan merawatmu sebaik mungkin sampai ulangtahunmu yang ke dua puluh satu tiba. Saat itu, baru aku akan memakanmu."
Celine terlihat panik, di sekitarnya tak ada yang bisa ia gunakan untuk melawan wanita ular ini. Saat Gellea bersiap untuk menerkamnya, Arion telah berdiri di belakang mereka. Ia melepaskan cincin pemberian ayahnya dulu dari lehernya.
"Sudah kubilang, aku takkan membiarkanmu menyakitinya!" teriaknya sembari memasukkan cincin itu ke jari telunjuknya.
Tiba-tiba angin bertiup dengan kencang, dan awan gelap datang bergulung-gulung. Sekilas cahaya hitam menyelubungi tubuh Arion. Matanya terlihat semakin merah. Gellea memutar tubuhnya menghadap Arion.
"Tidak mungkin! Bagaimana bisa kau memiliki cincin itu!" Ia terbeliak tatkala melihat cincin yang melingkari telunjuk Arion.
Arion menyeringai, ia melesat menghampiri wanita ular yang berusaha menjauh itu. Kedua tangannya telah memegang leher Gellea kemudian mencekik wanita ular itu dengan begitu kuat.
"Ini akibatnya karena kau membuat gadisku ketakutan!" Ia memperkuat cekikannya.
Wanita ular itu meronta kesakitan. Ia berusaha menyingkirkan kedua lengan Arion dari lehernya. Ekornya berusaha membelit kembali tubuh lelaki itu. Namun terlambat, beberapa detik kemudian rontaannya semakin mengendur. Napasnya telah habis. Setelah meyakini bahwa wanita itu telah mati, Arion melepaskan cekikannya. Perlahan, wanita ular itu berubah menjadi serpihan debu kemudian lenyap tertiup belaian angin.
Arion jatuh berlutut. Matanya kembali menjadi abu-abu. Celine berlari menghampiri lelaki itu dan memeluknya.
"Maafkan aku, maafkan aku karena tidak bisa membantumu." Airmata sudah membasahi wajah Celine.