The Legend Of A Fairymaid

Anggia Nayanika
Chapter #11

Chapter 10 - Awal Yang Baru

Celine merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Namun semakin ia berusaha untuk melelapkan mata, semakin matanya enggan untuk terpejam. Dasar Arion buaya! Bagaimana bisa kau mengatakan hal tentang pernikahan kepada gadis yang baru kau temui beberapa bulan ini? Dan lagi, kenapa aku malah semakin berdebar-debar setiap kali ia ada di dekatku? Bahkan, memikirkannya seperti ini saja bisa membuat wajahku memanas.

Gadis itu terus berguling ke kiri dan kanan. Memikirkan segala kemungkinan tentang apa yang sedang terjadi kepadanya. Mindanya sibuk bermonolog. Tidak mungkin ... apa aku benar-benar sudah jatuh hati kepadanya? Tidak! Dia itu mulutnya manis sekali, sepertinya sudah biasa berkata manis kepada banyak gadis!

Tiba-tiba saja Celine merasa kesal membayangkan Arion yang berdiri dan tersenyum manis sembari dikelilingi oleh gadis-gadis cantik. Dasar buaya!

"Aku bukan buaya!" Suara lembut milik Arion mengejutkan Celine yang masih sibuk berguling-guling di atas kasurnya. Matanya terbelalak begitu ia mendapati ternyata sang vampire yang nampak santai dengan piyama berwarna hijau sudah berdiri di sudut kamarnya. Arion mengucek matanya, menahan rasa kantuk.

"Kau! Bagaimana bisa kau menerobos kamar seorang gadis dengan sembarang?!" Gadis itu kini terduduk.

Arion menyipitkan matanya kesal. "Kau pikir gara-gara siapa aku terbangun di jam satu malam begini? Itu karena kau sangat berisik!"

"Aku berisik? Aku kan hanya bicara dalam pikiranku." Setelah mengucapkan kata terakhirnya, Celine menutup mulutnya kaget. Ia terlupa bahwa pikirannya dan pikiran Arion telah terhubung, jadi lelaki itu pasti bisa mendengar kegundahannya sedari tadi.

"Sekarang kau sudah mengerti mengapa aku terbangun di jam satu malam begini, kan?" Lelaki itu mulai menghampiri Celine dan duduk tepat di sebelahnya. "Aku hanya menyukai dirimu, Celine. Dan aku tak pernah merayu siapapun sebelumnya. Aku hanya akan merayumu seumur hidupku." Perkataan Arion kembali membuat wajah Celine merona merah.

"Jadi, sekarang aku akan kembali meminta hatimu. Maukah kau memberikannya kepadaku?" tanyanya lembut. Teduh mata abu-abunya menatap wajah Celine.

Perlahan Celine mengangguk. Tak ada gunanya terus menepis perasaan yang sudah berkecambah dalam hatinya itu. Arion tersenyum bahagia begitu melihat anggukan Celine. Ia meraih gadis itu ke dalam pelukan. "Aku berjanji akan membahagiakan dan melindungimu dengan segenap hatiku." Sebuah kecupan manis mendarat di kening Celine. Arion juga melabuhkan kecupan di pipi kanan gadis itu. "Baiklah, aku akan pulang sekarang. Kau harus segera tidur."

Celine merasa tidak rela jika Arion meninggalkannya, padahal sebelumnya ia juga tidak pernah mempermasalahkannya. Baru saja Arion berdiri, Celine menarik lengan piyamanya. "Apa kau mau tidur denganku malam ini?" Mata hazelnya memandang Arion penuh harap.

"Apa kau yakin dengan ucapanmu?" Suara Arion terdengar begitu menggoda.

Celine tersentak sendiri karena menyadari kalimatnya yang terdengar ambigu. "Hanya tidur. Berbaring dan menutup mata. Jangan bayangkan hal-hal yang aneh!"

Arion terkekeh. "Bukannya kau yang membayangkan hal yang aneh-aneh?"

"Ya, sudah! Pulang sana! Anggap aku tidak berkata apapun!" Celine cemberut. Dengan kesal ia mendorong-dorong tubuh Arion.

Arion mencubit pipi Celine gemas. "Walaupun permintaanmu sangat ingin kupenuhi, namun aku harus tetap memegang janjiku pada orangtuamu untuk menjagamu dengan sebaik mungkin. Jadi, jangan kecewa, ya, Sayang!" Lelaki itu mengacak rambut Celine sebelum akhirnya kembali berteleportasi ke kediamannya.

Meski dalam hati kecilnya Celine merasa kecewa, namun ia akur dengan pernyataan Arion. Gadis itu kembali membaringkan tubuh dan menarik selimut hingga menutupi kepalanya.

"Selamat malam, Sayang!" ucapnya sebelum menutup mata.

***

Lihat selengkapnya