"Apa yang kau bicarakan dengan Raizel sampai harus menjauhi kami, Celine?" Aira bertanya dengan suara yang begitu antusias. "Apakah? Apakah sebetulnya dia itu kekasihmu?"
Celine menatap Aira sebal. "Bukan! Dalam mimpipun aku tak mau berkencan dengannya!"
"Kenapa kau terlihat sangat membencinya? Sepertinya ia lelaki yang baik," ujar Bianca. Biasanya kau hanya membenci lelaki hidung belang. batinnya.
Celine yang mendengar suara pikiran Bianca hanya berdecak kesal. Dia lebih berbahaya daripada lelaki hidung belang. "Pokoknya dia bukan lelaki baik. Kalian berdua jangan tertipu dengan penampilannya itu! Terutama kau, Aira. Gadis polos sepertimu harus jauh-jauh darinya!" kata Celine bersungguh-sungguh. Ia takut jika Aira sampai jatuh hati kepada Raizel dan lelaki itu memanfaatkan sahabatnya tersebut.
Aira hanya tertawa kecil begitu mendengar celoteh Celine. Ia jadi mengenang masa lalunya yang bodoh karena tertipu dengan penampilan mantan kekasihnya yang terlihat seperti lelaki baik-baik, namun merupakan salah satu dari spesies buaya darat. "Akan kuingat baik-baik peringatanmu ini, Celine."
Kelas mereka telah selesai lima menit yang lalu dan kini ketiganya sedang berjalan beriringan menuju gerbang kampus mereka. Raizel yang entah darimana tiba-tiba saja muncul di sebelah Celine. Membuat gadis itu merasa kesal.
"Mau kuantar pulang?" tanya lelaki itu sembari tersenyum manis.
"Tidak perlu. Arion menjemputku. Kau pergi sana, jangan sampai kalian berdua membuat keributan di kampus tercintaku ini."
Aira dan Bianca yang memang berjalan di sebelah Celine turut mendengar obrolan keduanya. "Arion? Siapa itu?" tanya mereka bersamaan.
"Itu ... pengawalku yang baru. Kalian berdua kan sudah melihatnya."
Tiba-tiba Raizel tertawa geli. "Jadi, Arion hanyalah seorang pengawal bagimu? Wah, sepertinya harus kuberitahu dia."
"Jangan!" Celine berkata panik. "Kau! Jangan pernah ikut campur urusanku dengan Arion! Cepat pergi sana!" Gadis itu sudah menendang kaki Raizel jengkel. Namun lelaki itu hanya terkekeh.
Kepanikan Celine mau tak mau membuat kedua sahabatnya merasa heran. Baik Aira maupun Bianca memandang Celine dengan senyum lebar. "Jadi ... Arion itu bukan pengawalmu, kan?" goda Aira.
"Benar dia itu kekasihmu, kan?" timpal Bianca.