The Legend Of A Fairymaid

Anggia Nayanika
Chapter #19

Chapter 18 - Masa lalu Raizel

"Aku akan pergi berburu sebentar, kau jangan pergi ke mana-mana. Ok?"

Arion menatap Celine dengan perasaan was-was. Rasanya ingin ia membawa Celine bersamanya, namun di tempat perburuan akan ada banyak sekali vampire yang lain dan itu bisa membahayakan gadis tersebut. Satu-satunya tempat teraman saat ini adalah rumahnya.

Celine mengangguk lucu. "Kau hanya pergi sebentar, kan? Tidak lama, kan?"

"Aku tidak akan lama." Arion memeluk tubuh Celine dengan erat, "Aku ingin sekali membawamu ke sana, sungguh! Tapi terlalu berbahaya untukmu."

"Aku tidak apa-apa. Cepat sana pergi! Semakin cepat kau pergi, semakin cepat kau kembali." Celine melepaskan pelukan Arion dengan segera.

Lelaki itu mengembuskan napas berat, sebelum akhirnya berteleportasi. Meninggalkan Celine yang kini mulai menjelajahi area rumah milik Arion. Rumah yang terlihat sederhana dari luar. Seluruh dindingnya adalah kayu yang dicat cokelat tua. Dikelilingi oleh ribuan mawar merah yang tertata rapi mengelilingi rumah tersebut. Benar-benar memanjakan matanya.

Tepat di depan pagar, ada sebuah pohon Ek yang nampak sudah tua. Pohon itulah yang menghubungkan antara rumah Arion dengan dunia manusia.

"Sedang apa kau?" Satu suara menyentakkan Celine yang telah berada sekitar setengah jam di taman, membuat gadis itu menoleh dengan cepat ke arah suara itu berasal.

"Raizel? Kau membuatku kaget." Menurut ujaran Arion kemarin, hanya Raizel satu-satunya makhluk yang bisa datang ke rumahnya.

Lelaki berambut perak itu mengangkat sudut bibirnya. "Ini. Aira menitipkannya untukmu. Dia bilang mungkin kau akan merasa bosan karena pergi begitu saja." Ia mengulurkan sebuah paper bag berisi dua buah novel baru.

Celine tersenyum lebar. "Dia memang sangat pengertian. Terima kasih, Raizel. Ngomong-ngomong, kau sudah memastikan dia sampai di rumah dengan selamat, kan?"

"Iya. Jangan khawatir. Aku sudah mengantarkan dia sampai ke dalam kamarnya."

"Ke dalam kamar? Kau tidak berbuat macam-macam dengannya, kan?" Mata Celine membulat begitu mendengar kata 'kamar' keluar dari mulut Raizel.

Raizel tersentak, menyadari bahwa ia telah salah bicara. "Jangan salah paham! Aku hanya mengantarnya dengan berteleportasi, setelah itu aku langsung pulang!"

Celine mengernyitkan dahi. "Kalau kau langsung pulang, bagaimana bisa kau mendapatkan novel-novel ini?"

Raizel menelan salivanya gugup. "Errr..." Ia gelagapan dan seketika semburat merah menjalari wajahnya. "Oh, apakah Arion pergi berburu? Aku tidak melihatnya dimanapun." Dengan segera lelaki itu mengganti topik pembicaraan.

Celine mencebikkan bibirnya. "Ya sudah kalau kau tidak mau memberitahuku. Tapi ingat ini, "Raizel ... kalau kau sampai menyakiti sahabatku, aku pasti akan mencongkel jantungmu!" Dengan mendengkus ia berlalu meninggalkan Raizel.

Sepuluh menit sudah berlalu. Celine masih melangkah menyusuri taman mawar itu dengan Raizel berjalan di sisinya. Lelaki itu nampak tampan dengan kemeja putih. Rambut peraknya bak bercahaya tatkala tertimpa cahaya sang surya. Celine memandang Raizel, sekelumit pertanyaan memenuhi benaknya.

"Tanyakan saja apa yang ingin kau ketahui. Kalau hanya memandangku seperti itu bagaimana aku bisa menjawabmu?" Raizel berkata tanpa memandang Celine.

Lihat selengkapnya