Kini, kelima monster yang berdiri dengan kedua kaki namun berkepala banteng itu berdiri bersebelahan. Menatap ganas ke arah Arion, Celine, dan juga Raizel.
"Dasar Raizel bodoh. Lihat, kau membuatnya memanggil kawan-kawannya!" Arion menatap Raizel kesal.
Raizel hanya mengangkat bahu. "Toh, dengan atau tanpa aku, dia tetap akan melakukan hal itu."
Tanpa aba-aba, kelima banteng itu menyerbu Arion, Celine, dan Raizel.
"Celine, terbang!" Jeritan Arion membuat Celine langsung mengeluarkan sayap, dan mengepakkannya, menuju tempat yang lebih tinggi.
Arion dengan cepat memasukkan cincin berbentuk naga itu ke jari telunjuknya dan tiba-tiba angin berhembus dengan kuat di tengah heningnya malam. Gerakannya bertambah cepat, dengan gesit ia menghindari serangan salah satu banteng itu.
Raizel juga turut melawan dua banteng yang terdekat darinya. Ia mencoba menebaskan pedangnya ke banteng-banteng itu, namun tiba-tiba ia menjerit saat bahunya mendadak terasa panas yang teramat. Ternyata banteng di belakangnya menyemburnya. Menyebabkan lubang sebesar dua kepalan tangan menganga di bahunya, menampakkan tulang.
"Jangan lengah, Bodoh!" Arion kini telah menumpas banteng yang menyembur Raizel dengan menancapkan kuku-kukunya dengan sekuat tenaga hingga akhirnya leher sang banteng terlepas dari tubuh. Darahnya yang merah pekat telah membanjiri wajah Arion. "Huek! Darahnya sama sekali tidak enak!"
Vampire itu kembali berteleportasi ketika menyadari ada banteng yang sedang berusaha menyemburnya. Sementara Raizel telah sukses membelah salah satu banteng menjadi dua bagian, sementara banteng yang satu lagi menyembur wajahnya.
"Ha-ha-ha. Lucu sekali wajahmu!" Arion tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah Raizel yang telah hancur separuh.
Dua ekor banteng yang tersisa berlari mundur. Membuat Arion heran, karena setahunya ada lima banteng yang mereka hadapi. Dengan cemas ia mencari kelibat Celine. Nampak gadis itu sedang menghadapi banteng yang lainnya di udara. Arion membelalakkan matanya begitu melihat bahwa banteng itu terbang dengan kedua telinganya.
Celine terus menerus menghindari serangan si banteng. Ia berusaha untuk tetap tenang, mencoba berpikir bagaimana bisa ia mengeluarkan sebuah perisai ketika Arion hendak disembur banteng itu.
Mungkinkah? Hatinya membatin. Sebisa mungkin Celine berkonsentrasi, mengumpulkan kekuatannya. Tiba-tiba cahaya biru shappire keluar dari kedua telapak tangannya. Ia tersenyum bangga. Baiklah! Ayo kita habisi makhluk menjengkelkan ini!
Arion turut tersenyum melihat Celine yang bisa mengeluarkan kekuatannya. Lupa seketika bahwa masih ada dua ekor banteng yang harus mereka hadapi. Seketika perutnya terasa sakit dan ia melihat banyak darah yang mengalir dari ujung tanduk yang menembus perutnya.
"Kau juga jangan lengah, Bodoh!" Raizel terlihat berteleportasi, menghindari serangan banteng yang menyerangnya membabi buta. Sementara banteng yang menancapkan tanduknya di perut Arion terkekeh.
"He-he-he. Sudah saatnya kau mati, vampire!"