Raizel duduk di salah satu bangku di kursi yang ada di taman universitas. Matanya jauh menerawang. Mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Saat Jian mendatangi rumahnya tepat ketika ia baru saja sampai setelah melawan monster-monster banteng bersama Arion dan Celine.
"Ketua memanggilmu sekarang juga." Vampire bermata kecil itu pergi begitu saja setelah menyampaikan pesannya.
Raizel yang masih merasa lelah langsung berteleportasi, mengikuti Jian menuju singgasana milik Achlys.
"Menghadap ketua asosiasi. Ada perlu apa Anda memanggil saya, Ketua?" tanya Raizel seraya berlutut dengan satu kaki.
Melihat kedatangan Raizel, Achlys terus bangkit dari singgasananya, berteleportasi tepat ke hadapan vampire berambut perak tersebut.
"Raizel, katakan padaku, benarkah kau telah menolong fairymaid dan juga Arion dalam menghadapi Kaala?"
Raizel mengangguk, masih dalam posisi berlutut. "Bukankah Anda memerintahkan saya unruk melindungi Fairymaid? Anda bahkan menyuruh saya untuk berada di sekitar kampusnya agar tak ada makhluk yang bisa menyakitinya."
Achlys terbahak. Tawanya terdengar begitu menyeramkan. "Ah .... tentu saja. Aku lupa kalau aku mengatakan hal itu padamu." Mata Achlys berkilat marah. "Sekarang bangunlah! Aku akan memberikan titahku yang baru."
Raizel bangun sesuai perintah Achlys. Entah mengapa kali ini ia merasa merinding begitu melihat tatapan si ketua asosiasi.
"Sekarang kau, Raizel, aku perintahkan untuk menangkap fairymaid itu! Apa kau tahu apa yang akan terjadi jika ia bebas berkeliaran? Dia akan menjadi mimpi buruk untuk kaum vampire!"
"Apa maksud Anda?" tanya Raizel kebingungan.
"Raizel ... aku melihat sebuah ramalan belum lama ini. Aku melihat Fairymaid itu membinasakan seluruh isi bumi karena tidak bisa mengendalikan kekuatannya! Karena itu ... kita harus menangkapnya sebelum ulang tahunnya tiba. Kita harus menjaga kedamaian dunia kita, bukan? Karena itu kau harus membawanya ke sini secepatnya!"
"Tapi, Ketua. Itu tidak masuk akal! Celine adalah gadis yang baik, dia tidak mungkin memporak-po--."
"DIAM DAN IKUTI SAJA PERINTAHKU!" Suara Achlys menggema di seluruh ruangan.
Raizel menjadi ciut. Untuk pertama kalinya ia merasa takut kepada Achlys. Akhirnya ia mengangguk. "Baik Ketua. Kalau begitu saya undur diri."
Raizel tersadar dari lamunannya. Diembuskan napasnya dengan berat. Ia tersentak begitu ada tangan yang memegang bahunya. Senyum terlintas di wajahnya begitu melihat Aira yang hari itu nampak sendirian.
"Apa Celine dan Bianca tidak ada kuliah?"
Aira menggeleng. "Mereka berdua tidak ada mata kuliah hari ini. Celine bilang kalau dia akan menyambut kedatangan pamannya. Sementara Bianca mengantar neneknya ke rumah sakit untuk check-up." Gadis itu lantas melabuhkan punggungnya di kursi yang berada di hadapan Raizel dan mengeluarkan sebuah kotak bekal. Diletakkannya kotak itu di atas meja yang memisahkan mereka berdua dan membukanya.
"Apa kau sudah makan? Ayo kita makan!" Aira memberikan sendok dan garpu kepada Raizel kemudian membuka kotak bekal yang meniupkan aroma lezat.
Raizel menatap makanan yang terhidang di hadapannya beberapa saat. Bukan karena makanan itu tidak menyelerakan, melainkan karena ia jarang mengkonsumsi makanan manusia. Tapi demi menghormati Aira, dia akhirnya melahap makanan yang ada di kotak bekal tersebut.
"Enak. Apa kau memasaknya sendiri?" Raizel bertanya seraya menatap Aira yang ternyata sedang memandang dirinya dengan raut wajah yang sulit untuk dimengerti. "Kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku?"
Aira spontan menggeleng. "Tidak. Tidak ada apa-apa. Apa yang kau tanyakan tadi?" tanyanya gelagapan.
Raizel hanya tersenyum. "Masakanmu enak."