"Apakah semua manusia yang ada di sekitar sini telah dipindahkan?" Riaghladair bertanya kepada Fabian.
Lelaki itu mengangguk. "Sudah, Ayah. Para maid, supir, dan pengawal kuliburkan hari ini."
Riagh berjalan ke tengah taman yang terletak tepat di belakang rumah keluarga Bradley. "Baiklah. Sepertinya di sini cukup." Setelah berkata begitu, Riagh lantas menengadahkan tangannya, membuat sebuah dinding tak kasat mata berwarna biru seperti lautan. "Kalian berdua, kemari," ujarnya seraya menunjuk Celine dan Arion.
"Karena kalian telah mengikat kontrak, maka kalian berdua adalah satu kesatuan. Karena itu, kalian harus bahu-membahu dalam melawan musuh-musuh kalian." Ia menatap keduanya bergantian. "Celine ... pasti saat awal mula mengikat kontrak dengan Arion, kau kebingungan karena tak bisa menggunakan kekuatanmu jika berada di dekatnya, bukan?"
Celine menganggukkan kepala dengan bersemangat. "Mengapa begitu, Kek? Padahal aku bisa menggunakan kekuatanku jika Arion jauh dariku. Aku baru bisa menggunakan kekuatanku dihadapannya baru-baru ini."
"Itu karena Arion memiliki Dragon Hole."
Arion tersentak mendengar penuturan Riagh. "Anda tahu tentang cincin ini?" Lelaki itu memandang Riaghladair penuh taunya, menunjukkan cincin berbentuk naga melingkar dimana kepala naga itu menggigit ekornya sendiri yang dijadikan bandul kalungnya. Sudah sejak lama ia mencari tahu tentang asal usul Dragon Hole, namun tak pernah mendapatkan jawaban.
"Tentu saja. Cincin ini, adalah cincin yang diberikan oleh Kakek moyangku, Islan, kepada sesosok vampire bernama Xavier ribuan tahun yang lalu. Xavier adalah teman baik Islan. Suatu hari, ada seekor naga yang datang untuk memporak-porandakan laut timur, wilayah kekuasaan Islan. Islan sedikit kerepotan karena naga itu juga memborbardir dari udara. Akhirnya ia meminta bantuan Xavier. Bersama-sama mereka mengalahkan naga itu. Islan lantas mengurung naga tersebut ke dalam sebuah cincin. Namun, karena kekuatannya terlalu besar, maka Islan memindahkan sebagian kekuatan dari cincin itu ke dalam pedang milik Xavier. Dan membuat Xavier bisa memanggil naga itu jika menggunakan cincin dan pedangnya bersamaan. Xavier adalah leluhurmu, Arion."
Arion terdiam sesaat, ia tak pernah mendengar cerita ini dari kedua orangtuanya. "Lalu ... di mana pedang itu, Kek? Aku tak pernah melihatnya."
Riagh nampak berpikir seraya mengelus-janggutnya yang putih. "Menurut cerita yang kudengar, ayahmu telah meminjamkan pedang itu kepada sahabatnya. Aku juga tidak tahu jelas bagaimana ia bisa meminjamkan pedangnya."
"Jangan-jangan ... Arion, apakah mungkin pedang yang dimiliki Raizel adalah pasangan dari cincinmu? Aku juga selalu merasa kekuatanku tidak bisa keluar saat ada di dekatnya."
Arion mengangguk. "Kurasa juga begitu. Karena pedangnya juga berwarna perak dan ada ukiran naga yang melingkar di pegangannya." Terlintas sekilas pedang yang dilihatnya tempoh hari saat mereka melawan Kaala. "Tapi, Kek ... jika cincin ini begitu hebat, mengapa Ayah dan Ibuku tidak bisa melawan asosiasi vampire itu? Mengapa mereka harus mati ditangan Achlys?" Kalau betul cincin ini seperti yang dikatakan Riagh, sudah tentu orang tuanya bisa melawan Achlys dan antek-anteknya.