The Liar and His Flower

Sf_Anastasia
Chapter #7

#TLAHF 5 - Cobalah untuk Tersenyum

***

"Kesan pertama? 

Cowok egois dengan segala titahnya. Memangnya dia raja?"

Ana

***

"Kirain Ana kita makan dirumah kak."

Ana menoleh pada Ivan yang berjalan di sampingnya. Kedua tangannya masuk ke saku celananya. Terlihat cool dan tampan seperti biasa. Lihat saja para gadis dan ibu-ibu yang berpapasan dengan mereka tidak bisa menahan senyum dan terpesona akan aura Ivan.

"Disini aja. Ada tempat makan bagus disini. Enak," jawab Ivan singkat sambil menggandeng tangan Ana untuk menaiki eskalator.

Saat ini mereka ada di salah satu mall yang jujur saja Ana baru pertama kalinya kesini. Dekat dengan sekolahnya dan Ana beberapa kali melihat siswa dan siswi berseragam SMA Nusantara. Tentu saja mereka semua berbisik. Ivan lama tidak terdengar punya hubungan dengan seorang gadis. Tapi tiba-tiba terlihat menggandeng gadis manis. Mereka cemburu walaupun berita Ana adalah Adiknya Ivan sudah tersebar luas hari ini. Ana terlalu beruntung.

Langkah mereka berhenti dan Ivan mendengus kesal.

"Lah kenapa kak?"

"Lihat tuh," kata Ivan yang sebelah tangannya menunjuk ke arah sebuah restoran bergaya Japanese, bisa ditebak bahwa disana menjual ramen. Mie khas Jepang kesukaan Abang Narto dari seri anime ninja yang terkenal itu. Bahkan aroma harum supnya sudah tercium dari tempat mereka berdiri sekarang.

"Yah, rame banget," ucap Ana dengan kecewa. Antriannya sangat luar biasa. Bahkan yang sudah mendapat makanan harus bergantian menunggu tempat duduk yang kosong. Perut Ana tidak akan sanggup jika harus seperti itu.

"Itu tempat Kakak biasa makan ramen,"

"Hoo, jadi disini ya," Ana mengangguk-anggukan kepalanya. Otaknya sempat mengingat foto-foto yang pernah Ivan tunjukkan di ponselnya.

"Mau yang lain?"

"Em apa ya Kak."

Mata Ana mengedar. Tidak ada yang diinginkannya saat ini. Aroma dari ramen tadi sudah menarik hatinya dan tentu saja perutnya. Kepala Ana menggeleng. Ivan tahu jika Ana pasti tidak ingin yang lain.

Bibir Ivan bergerak ke atas

"Kita ke outlet yang jual cheesetart saja."

"Cheesetart?"

"Iya. Disebelahnya juga ada outlet Ice Cappucino enak."

"Oke kita kesana kak," seru Ana yang nyengir.

Senyum Ivan mengembang. Tentu saja Ia langsung menggandeng tangan Ana dan mengajaknya pergi dari sana. Lain waktu saja pikir Ivan untuk mengajak Ana makan disini.

Ana terlihat tertarik dengan arsitektur bangunan mall ini. Untuk area yang terdiri dari outlet-outlet pakaian, sepatu dan yang lainnya bernuasa putih dan elegan, serta mewah.

Sedangkan area dining alias foodcourt, bernuasa bak di Eropa. Lebih identik berwarna cokelat dan lantainya di desain menggunakan keramik bergambar kayu.

Ana suka tempat ini. Berbeda dengan mall lainnya yang pernah dikunjunginya. Mall ini menawarkan hal yang berbeda.

Mereka sampai di outlet yang Ivan sebutkan tadi, Ana membaca nama outletnya.

"Bablo*."

Ivan menggandengnya untuk duduk di salah satu kursi dengan meja bundar berwarna cokelat disana. Ana menurutinya.

"Kamu tunggu sini. Kakak yang pesan." kata Ivan sambil tersenyum. Lalu bergegas memesan ke kasir yang tidak terlalu jauh dari tempat duduk Ana sekarang.

Ana duduk dan melepas tasnya. Meletakkanya di kursi di hadapannya. Dari jauh jika orang-orang melihat Ana, pasti mereka akan senyum-senyum sendiri. Ia terlihat lucu dengan coatnya dan sekarang dalam keadaan melamun seorang diri.

Lihat selengkapnya