The Light Within Your Heart

Raihan Hilmy
Chapter #3

Pertemuan Denganmu #3

“Kamu habis disengat lebah, Ri?” tanya Shizuka, teman satu divisi Airi yang melihat matanya membengkak. Malam itu, Airi lanjut menangis setibanya di rumah.

Ia mengambil bedak dan berusaha menutupi mata bengkaknya. Tak lama, manajer divisi datang dan berdiri di tengah tengah ruangan.

“Pagi semuanya, apa kabar kalian?” tanya Yamamoto-san3, manajer divisi Public Relation itu.

“Kita kedatangan anak baru hari ini. Dia adalah orang Indonesia yang sebelumnya sempat magang di salah satu cabang kita di sana. Karena prestasinya yang bagus, perusahaan pun merekomendasikannya untuk bekerja disini.” Seluruh ruangan riuh mendengar karyawan baru yang akan masuk merupakan orang Indonesia. Wajah penasaran terukir di setiap ekspresi mereka.

“Dia bisa bahasa Jepang?” tanya seseorang.

"Bisa. Kebetulan ibunya adalah orang Jepang yang menikah dengan warga Indonesia. Jadi kalian tidak perlu khawatir soal bahasa," balas Yamamoto-san.

Karyawan baru itu pun dipersilakan masuk. Berperawakan tinggi dengan wajah tampan, pria itu masuk diikuti gumaman kecil dari karyawan wanita yang melihatnya.

“Baik, silakan perkenalkan diri!”

“Perkenalkan nama Saya Dimas Hirumi. Kalian bisa memanggil Saya Dimas. Saya berasal dari Indonesia, dan sebelumnya pernah magang di perusahaan cabang di Jakarta. Mohon kerjasamanya semua.”

“Hirumi? Seperti nama Jepang, ya?” tanya seorang karyawan yang mengenakan headphone di lehernya.

“Setengah betul! Karena di Indonesia tidak banyak yang menggunakan nama keluarga setelah nama asli mereka, ibu Saya menyerapnya dari nama belakang ayah Saya. Firman Hilmy. Hilmy menjadi Hirumi,” Dimas menjelaskan.

“Hirumi dari kanji ‘Hiru4’ yang artinya siang, dan kanji ‘Mi5’ yang artinya indah! Siang hari yang cerah adalah waktu dimana mereka bertemu.” Suasana ruangan jadi cukup meriah saat mendengar percampuran budaya yang diceritakan oleh Dimas.

“Kombinasi yang menarik,” ucap salah satu karyawan.

Suara tepuk tangan terdengar menyambut Dimas. Airi, yang bertepuk tangan paling kecil, memandangi Dimas lamat-lamat. “Kayak pernah lihat?” gumamnya.

“EHHH!!!” Airi terkaget saat menyadari Dimas adalah orang yang ia temui kemarin di stasiun. Ekspresi itu membuat pandangan seisi ruangan melirik Airi seketika.

“Kenapa Shimizu-san?6” tanya Yamamoto-san kepada Airi.

“Ah, tidak apa-apa,” balasnya, menyembunyikan keterkejutannya.

“Sebenarnya, kita sempat bertemu kemarin di stasiun,” sambung Dimas menerangkan.

“Oh, kebetulan sekali! Kalau sudah saling kenal maka jadinya gampang. Shimizu-san, Saya minta kamu jadi pembimbing Dimas selama beradaptasi di kantor ini.” Airi terperangah mendengar permintaan Yamamoto-san. Rasanya ia sedang tidak ingin berbicara dengan pria sementara ini.

“Bagaimana, keberatan?”

“Oh, tidak masalah, Yamamoto-san. Bisa bisa.” Airi menyanggupi permintaan tersebut meski dengan berat hati.

“Mungkin Shimizu-san sedikit kikuk, tapi dia sangat bisa diandalkan. Semoga kamu cepat beradaptasi ya, Dimas,” ungkap Yamamoto-san.

“Baik! Terima kasih, Yamamoto-san.” Dimas pun diarahkan ke tempat duduk di samping Airi.

“Nah, untuk menyambut karyawan baru dan merayakan keberhasilan proyek drama dari buku Senyuman di Bawah Daun Gugur, malam ini kita makan-makan!” Seluruh karyawan divisi itu menyambut dengan senang ajakan Yamamoto-san.

“Hai, kita ketemu lagi!” sapa Dimas pada Airi, yang kemudian hanya dibalas senyuman tipis.

“Kamu habis nangis?” tanya Dimas melihat mata Airi yang bengkak.

Lihat selengkapnya