Kapan bisa kabur dari situasi paling menjengkelkan ini? Dari tempat duduk paling belakang, sepasang mata terus memperhatikan pergerakan jarum jam dinding di atas papan tulis. Suara guru yang masih sibuk menerangkan pelajaran, bagaikan suara angin yang melewati telinganya. Murid yang lain tampak masih antusias mendengarkan pelajaran. Sementara dirinya sudah bersiap untuk segera pulang. Waktu semakin terasa membosankan. Kemudian ia menggambar suatu objek di luar kelas secara acak di halaman belakang buku. Sebagaimana buku tulisnya yang lain, selalu diisi dengan gambar-gambar hasil coretannya yang tak berkaitan sama sekali dengan pelajaran.
Bunyi lonceng pertanda berakhirnya pelajaran terakhir. Kelegaan dan kegembiraan menyambutnya. Arya Fajar pulang dari sekolahnya dengan motor butut peninggalan orang tuanya yang kini sedang bekerja di luar kota. Semester akhir di kelas 3 SMA memang lebih berat. Hari-harinya terasa lebih panjang juga melelahkan.
Kemudian, ia segera mampir ke rental komputer untuk menjemput adiknya, Kanara Lestari yang menyambut kedatangannya dengan riang gembira. Setelah membayar biaya rental komputer selama beberapa jam, Fajar segera membonceng adiknya. Kanara yang masih duduk di bangku SD, selalu ceria dan cerewet, sepanjang perjalanan pulang hampir selalu menceritakan bagaimana menjalani hari harinya disekolah atau bagaimana impiannya kelak dimasa depan. Meskipun melewati jalan terjal dan berliku juga persawahan yang sempit. Dengan perbincangan dan canda tawa kakak beradik yang seru di atas motor, perjalanan pulang yang lebih dari setengah jam tak terasa.
Ketika mereka berdua sampai. Beberapa mobil mewah telah terparkir di depan halaman rumah. Fajar terkejut dengan pemandangan baru didepan rumahnya. Apa ada sesuatu yang terjadi? Tampak kumpulan orang berseragam dengan ekspresi wajah ramah penuh senyuman bergerombolan berdiri sesak didepan pintu rumahnya. Setiap dari mereka telah bersiap memegang gadget yang tampak keluaran terbaru. Kedatangan mereka berdua disambut begitu ramah seperti kedatangan orang penting.
Nenek Sumiyati menyuruh kedua cucunya agar segera masuk. Fajar diikuti adiknya memasuki halaman rumah berjalan kearah mereka dengan ekspresi wajah bingung dan penuh tanda tanya.
Wanita berhijab merah berpakaian dengan corak warna serba abu-abu itu semakin tersenyum lebar ketika Fajar dan Kanara menghampirinya. “Perkenalkan saya Dr. Dwi Tika Maya Cahyadewi Indah Kusuma S.Kom, MBA, MM, M,Si, ICPM, CBA. Panggil saja Bu Dwi. Mereka yang dibelakang dan disamping ini adalah pegawai saya semua.” katanya ramah sambil mengulurkan tangan
Sejenak Fajar bengong dengan apa yang baru saja didengarnya. Apa tadi itu adalah nama serta gelar untuk satu orang? Dengan kaku dan masih diliputi kebingungan, Kanara dengan sopan segera menjabat tangan Bu Dwi.
Nenek mendekat di samping kedua cucunya. “Mereka semua bermaksud datang kesini untuk memberikan kita bantuan” ujar Nenek bersemangat “karena kemaren katanya bantuan terkirim ke alamat yang salah. Masa paket bantuan kemaren terkirim ke keluarga Pak Kusuma?”
Fajar dan Kanara tersenyum tipis pada mereka yang semuanya kelihatan masih terus tetap tersenyum.
Bu Dwi menyerahkan kotak besar sambil semakin tersenyum lebar pada mereka semua, sementara pegawainya yang lain sibuk mengeluarkan handphone satu per satu, mengabadikan setiap momen, dari berfoto dan memvideokan keseluruhannya. Disaat Nenek akan menerima bantuan juga harus difoto dengan berbagai angle dan sisi, dan harus disuruh sesuai dengan ekspresi yang mereka inginkan. Lalu Fajar dan Kanara dipanggil cepat untuk juga ikutan berfoto bersama.
Saat Fajar dan Nenek sedang menerima bantuan kotak besar tersebut, mereka bertiga diharuskan menghadap ke kamera sambil harus terus tersenyum. Nenek dan Kanara tersenyum senang, sedangkan Fajar dengan ekspresi datar menghadap kamera. Disaat Bu Dwi ingin melihat semua hasil foto dan tak merasa puas dengan keseluruhan hasil fotonya, maka proses serah terima bantuan harus diulang dari awal kembali. Mereka bertiga harus kembali berfoto dengan senyum paling lebar sampai Bu Dwi menemukan hasil foto terbaik. Fajar sama sekali tak bisa menerimanya dan tidak mau lagi terlibat lebih lama. Tanpa sepatah katapun, dia langsung menyelonong masuk kedalam rumah, dan hanya mengintip melalui jendela paling depan. Setelah menemukan hasil terbaik, salah satu pegawai Bu Dwi berkata dengan sangat ramah untuk menyuruh Nenek dan Kanara harus mengungkapkan rasa terima kasih telah menerima paket bantuan di depan kamera.
Kamera ditujukan pertama kepada Nenek. Dengan wajah gugup dan suara serak dia berkata “Terima kasih sekali telah membantu keluarga kami. Ini semua sangat berarti untuk kehidupan sehari hari”
Salah satu pegawai Bu Dwi berbisik dibelakang kamera “Jangan lupa sebutkan nama yang lebih lengkap Dr. Dwi Tika Maya Cahyadewi Indah Kusuma S.Kom, MBA, MM, M,Si, ICPM, CBA”
“Ya Terima kasih Bu Dwi Tika..” lanjut nenek yang seketika lupa
Pegawai kembali membisikkan nama bu Dwi secara lengkap beserta gelarnya. Tapi Nenek kembali lupa.