Rumah di samping kanan tampak besar dan luas. Satu rumah yang paling besar dan mewah di lingkungan sekitarnya. Bangunan bertingkat tiga bergaya modern minimalis klasik bertiang putih itu semakin terlihat unik dengan cat gelap dihiasi batu alam. Ada satu mobil terparkir di garasi yang sedang terbuka. Pekarangan hijau tampak semakin luas karena tanpa pagar yang menutupi halaman depan. Sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan rumahnya. Hanya petak rumah sederhana dari kayu hampir reot yang mungkin sebentar lagi akan segera roboh. Dengan tiga orang yang menghuninya terasa begitu sempit. Ada Nenek yang sudah begitu tua yang terkadang masih memaksakan diri bekerja dan tinggal bersama dua cucunya yang masih sekolah.
Fajar begitu iri dengan tetangganya yang punya keluarga lengkap dan serba berkecukupan. Ada orang tua dengan pekerjaan mapan beserta dua anak mereka yang masih kecil belum sekolah. Pastilah tidak ada beban dan tekanan hidup yang berat bagi keluarga mereka. Mereka selalu bisa bersama setiap harinya, selalu tampak bahagia dan ceria. Bisa membeli apa pun dan pergi kemana saja dengan segala fasilitas kemewahannya. Selalu menghabiskan waktu bersama tanpa perlu rasa khawatir tentang bagaimana hari esok akan makan apa atau untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Fajar mengetahuinya karena sering menonton sembunyi-sembunyi channel youtube tetangganya sendiri The Kusuma Darmawan Hartawan Majujaya‘s Family. Terlihat jelas di youtube mereka tentang keluarga yang tampak serba sempurna, harmonis, bahagia dan kaya raya. Dan ia bisa puas menontonnya karena bisa menumpang wi fi tetangganya yang dia ketahui password-nya saat pernah bekerja mencat dinding rumah mereka.
Dalam lamunan kesedihannya, Fajar terus berpikir. Kapan ya dia juga bisa mempunyai keluarga yang kaya raya seperti tetangganya? Kalau mau apa atau sedang butuh apa tinggal panggil asisten rumah tangga. Dan kalau sedang tidak membutuhkan apa-apa juga selalu mendapatkan banyak product sample gratis atau berbagai kiriman barang hasil endorse. Tidak perlu repot lagi bekerja keras banting tulang penuh keringat demi mengharapkan penghasilan yang tidak seberapa seperti keluarganya. Fajar kembali mengingat tentang stiker yang dipasang Bu Dwi di depan pintu rumahnya kemaren. Begitu sangat memalukan. Tak tahu bahan dan lem jenis apa yang digunakan, hingga berapa kalipun dia telah berusaha melepas stiker tersebut. Tetap tidak bisa terlepas juga. Fajar tak bisa tenang kalau stiker itu masih terpampang di depan rumahnya. Perbandingan rumahnya dengan tetangga sebelah sangatlah kontras dan berbanding terbalik. Dan sekarang harus ditambah lagi stiker yang tertempel di pintu rumahnya itu. Kenapa juga harus keluarga Pak Kusuma yang membeli lahan kosong seluas itu di sebelah rumahnya?
Pak Kusuma dan Bu Evi keluar dari pintu rumahnya dengan pakaian yang selalu tampak baru dan rapi, membawa tas dan memakai jam tangan bermerek. Ekspresi penuh kesombongan dan sedikit jijik terlihat jelas dalam kedua wajah mereka ketika melihat Fajar dengan seragam lusuh dan sepatu kotornya yang hampir robek dibagian depan sedang duduk bengong diatas motor bututnya. Tanpa menyapa dan senyum sedikitpun, mobil mewah mereka melaju kencang melewati Fajar yang berusaha tampak ramah ketika baru menyadari kedua tetangganya lewat.
Astaga. Mereka emang selalu sombong kalau tidak ada keperluan. Kekaguman Fajar atas rumah tetangganya seketika berubah disaat menyadari sikap tetangganya yang tak pernah berubah.
Disamping menyimpan rasa irinya, Fajar juga merasa heran. Kenapa dengan keluarga tetangganya yang sudah kaya raya tapi masih merasa tidak cukup? Seperti ketika paket bantuan yang seharusnya diberikan untuk keluarganya waktu itu malah harus terus didiamkan dan masih disimpan saja? Kenapa mereka masih serakah dengan hak orang lain? Kenapa bisa paket bantuan bisa salah sasaran? Kalau Bu Dwi kemaren tidak datang, mungkin tidak akan pernah ada kejelasan atau klarifikasi, dan paket bantuan tidak akan tersalurkan kepada pihak yang seharusnya lebih membutuhkan. Penghasilan Pak Kusuma sebagai pebisnis sukses dan Bu Evi sebagai manager sebuah brand fashion international ternama apa masih belum cukup? Apa dengan kondisi keluarga mereka yang selalu tampak mewah tapi masih belum merasa cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidup? Apa gengsi mereka terlalu tinggi sehingga terus menyimpan paket bantuan tetangganya yang kurang mampu ini?
Sudah dari lama Fajar memimpikan untuk menjadi orang kaya. Kalau suatu saat menjadi kaya. Tentu saja tanpa harus lagi berharap dengan belas kasihan dan pertolongan orang lain. Tanpa harus perlu ditempelkan stiker keluarga miskin di depan pintu rumah. Semuanya pastilah akan terlihat lebih indah dan berbeda. Paket bantuan yang diantarkan Bu Dwi langsung kemaren memang sangat membantu persediaan makanan dirumahnya untuk beberapa minggu kedepan. Apalagi dengan tambahan bantuan perlengkapan sekolah berupa alat tulis dan banyak buku. Lebih sangat membantu sekali. Kanara tampak yang paling senang kemaren saat mendapatkan bantuan perlengkapan sekolah dan begitu banyak buku. Fajar ikut senang melihat pancaran kebahagiaan di wajah adiknya dan juga Nenek yang makan lebih lahap ketika lebih banyak pilihan makanan di hadapannya. Tapi, Fajar merasa ia tidak harus terus-terusan mengharap bantuan orang lain.
“Ayo Kak, cepat. Nanti kita terlambat ke sekolah” teriak Kanara yang berjalan tergesa-gesa ke arah motor Fajar dengan memakai tas baru dan membawa setumpuk buku yang dirangkulnya.
“Kenapa lama sekali? Sudah menunggu lama nih”
“Maaf, tadi harus ada yang dikerjakan dulu. Inspirasi datang begitu saja saat tadi sarapan jadi harus segera ditulis supaya nanti tidak lupa. Buku-buku ini juga harus diberi sampul setelah dibersihkan dan dirapikan tadi malam” jawab Kanara dengan penuh semangat
Fajar sebenarnya salut dengan tekad dan mimpi adiknya untuk menjadi penulis yang sukses, walaupun jenis cerita yang ditulis adiknya membuatnya garuk-garuk kepala. Tentang little princess, peri baik hati, dongeng antar kerajaan, persahabatan kancil dan harimau, kuas ajaib. Kalau hanya ingin menjadi penulis buku saja, apa bisa menjadi cepat kaya? Apa penghasilan sebagai penulis bisa segera merubah status sosial keluarga ? Bisa merubah sikap dan cara pandang orang lain terhadap keluarganya? Kenapa adiknya masih tetap terus semangat menjadi penulis sukses sampai sekarang? Tapi, mungkin waktu SD dia tidak akan terlalu memikirkan tentang berapa besar jumlah penghasilan untuk masa depannya. Fajar tidak begitu peduli selama hobi dan mimpi adiknya tidak menghabiskan banyak uang. Hanya memerlukan pensil dan kertas, juga sedikit uang untuk mengetik 2 jam di rental komputer hampir setiap harinya.
Meskipun motornya telah semakin tampak usang dengan banyak goresan, tapi mesin motornya masih bagus dengan bunyi knalpot yang nyaring memekakkan telinga. Motor Fajar masih bisa berhasil melewati mobil mewah tetangganya, juga menyapa Ratna yang terlihat sedang berdiri di halte bus sambil membawa rantang makanan. Ketika terhenti bersamaan di lampu merah persimpangan jalan dengan mobil Pak Kusuma. Dengan sengaja, Fajar menghidupkan mesin motornya agar terdengar lebih berisik. Kanara yang memegang erat pinggang kakaknya, mengalihkan pandangan dan mencoba menyapa Pak Kusuma dan Bu Evi sambil melambaikan tangan. Tapi, tetangganya tampak diam saja meskipun jendela mobil mereka terbuka lebar. Melihat adiknya terus dihiraukan. Fajar menghidupkan klakson beberapa kali dan tetangganya masih terus diam saja, duduk mematung dengan ekspresi wajah sinis terus menghadap ke arah depan.
Apa mereka benar tidak tahu atau memang pura-pura sedang tidak mendengar?Apakah ada larangan untuk saling menyapa antar tetangga yang berbeda status sosial? Sebegitu hinakah keluarganya?
Ketika lampu jalan berubah hijau. Dengan semakin kesal, Fajar semakin ngebut membawa motornya. Meninggalkan mobil tetangganya dengan asap tebal knalpot motornya. Mengantarkan adiknya ke sekolah dengan tepat waktu.
Kanara bersenandung riang, dia semakin bersemangat kesekolah. Perlengkapan alat tulis dan banyak buku cerita yang diberikan Bu Dwi kemaren sangat bermanfaat baginya. Dia membawa beberapa buku dan berniat akan meminjamkan ke teman-teman sekolahnya. Siapa tahu nanti ada peminatnya kalau buku bukunya masih baru dan lebih banyak pilihan cerita seperti yang sedang dibawakannya sekarang? Kanara segera memasukkan beberapa buku yang dipegangnya kedalam tasnya yang kini telah baru dan tidak ada robek lagi. Semua paket bantuan yang telah diberikan Bu Dwi sangat bermanfaat. Tas berwarna pink barunya sekarang lebih kuat membawa lebih banyak beban buku dan alat tulis lainnya.
Ketika sampai depan gerbang sekolah. Kanara telah ditunggu sahabatnya Navi.
“Wah kamu sekarang punya tas baru ya? Bagus sekali. Warna pink dan bergambar hello kitty” sahut Navi bersorak kegirangan
Kanara tersenyum “Tapi yang lebih bagus lagi adalah isi dalam tasnya. Banyak sekali pilihan buku bacaan dari buku cerita, sejarah, motivasi, dan buku tentang contoh soal ujian masuk SMP nanti. Baru sebagian bisa dibawa, selebihnya masih dirumah”
“Boleh langsung dipinjam kan nanti sepulang sekolah?”
“Tentu saja”
Mendengar sahabatnya ingin segera meminjam bukunya. Semangat dalam diri Kanara semakin berkibar. Teringat disaat pustaka berjalan keliling sepeda dengan keranjang besar yang dikelolanya bersama sahabatnya, sangat kurang peminat bagi teman-teman lain yang lebih memilih main gadget dan game online. Dulu mungkin, masih banyak yang kurang berminat karena pilihan buku yang terbatas. Tapi, mungkin nanti akan berbeda. Kanara mengikuti pelajaran dengan tekun. Ketika jam istirahat dan setelah guru keluar kelas. Dia segera mengeluarkan satu persatu buku dalam tasnya.