Deserve to Die
Seisi kota geger, orang tua berusaha menjauhkan remote televisi dari anak-anak, sedang tanpa sepengetahuan mereka sendiri pun anak-anak terlepas dari tingkat kedewasaannya, mempergunjingkan hal ini di sekolah atau bersama teman-teman di tempat bermain. Scary yet magnificent. Siapa di kota yang tidak terlampau besar ini yang tidak mengenal keluarga Minhalf? Manester Minhalf telah dinanti-nanti untuk menjadi kepala dewan selanjutnya. Tahun ini adalah akhir masa jabatannya sebagai dewan-pengelola di bidang industri, Minhalf menunjukkan kharisma yang memikat, sering blusukan dan ramah terhadap pekerja rendahan, dia mudah dicintai. Usaha keluarga Minhalf sendiri tumbuh dan berkembang bersamaan dengan usia sebagian besar warga kota, industri konveksi dan wewangian, usaha ini memberdayakan cukup banyak orang (atau lebih spesifiknya, keluarga) di kota.
Para pengrajin dan rekan bisnis Minhalf melakukan libur mendadak keesokan harinya setelah berita tragis itu dirilis. Beberapa diantaranya melakukan hal tersebut murni sebab terpukul atas meninggalnya pria yang berjasa itu, sedang lainnya adalah golongan yang bingung akan probabilitas akibat yang ditimbulkan dari kepergian tiba-tiba dari seorang pemimpin tunggal salah satu kerajaan industri terkuat di kota. Hari yang sama, tokoh industri lain, Elesias Jonkee muncul di layar kaca dan surat kabar, menunjukkan belasungkawa yang sebesar-besarnya seraya mengumumkan, sementara, dewan industri memintanya menjadi salah satu orang non-surat-kerja (staf ahli) yang akan menangani dan memberikan saran-saran teknis di kantor dewan industri. Singkatnya, Elesias mengerjakan tugas Minhalf untuk sementara, meski dalam tameng swasta.
Di tempat yang lain, diantara luasnya kampus D’Arvelious Institute of Technology, Liam bertandang ke ruangan Mr Kharim. Untuk sesaat, keduanya memperhatikan televisi, “Lihat bagaimana kita tergantikan begitu cepat.” canda pria keturunan India berlogat british itu kepadanya, Liam tersenyum kecil di ujung bibirnya. “Aku hampir tidak dapat menyalakan televisi, mendengarkan penyiar mengabarkan ceritanya membuat aku dan istriku hampir tidak tidur semalam” lanjutnya “Tapi, luka yang dialaminya, beberapa penyidik curiga itu hewan” sahut Liam, yang berkemeja sangat bagus dan terlihat terlalu segar dan tampan untuk berada di ruangan Mr. Kharim yang berantakan dan berbau minyak kayu putih. “Hail! Tidak mungkin! Mana ada beruang menjemput seseorang dengan hati-hati dari pintu kamarnya dan membunuh di tempat terpilih. Ah! Sudah! Jangan membicarakan hal ini” Mr. Kharim menggerutu seraya berpaling ke tumpukan buku dan map di samping salah satu lemarinya.
“Garis besarnya, apa yang kau butuhkan?” katanya “Mahasiswa ku sedang mengerjakan karya tulis” sahut Liam yang matanya masih terpaku pada siaran berulang-ulang di televisi “Ya lalu apa hubunganku dengan itu” canda pria paruh baya itu, “Jadi kebetulan ada yang iseng menulis tentang bagaimana memproduksi racun dari tumbuh-tumbuhan” “Ya dibusukkan saja” Liam dan Mr Kharim tertawa berbarengan, “Betul, lagi pula kan beberapa tanaman memang memproduksi zat toksin alami” lanjut Liam “Namun dia ini iseng untuk mengekstrak sari racun itu kemudian mengelompokkan serta mungkin mengkombinasikannya dalam suatu bentuk yang dapat menimbulkan… katanya, ‘efek yang diharapkan’..” Mr Kharim memandangnya “Boy, pula kau mengajar teknik memasak, bukan ilmu kimia atau toxicity” “Ya aku pun bingung, tapi topiknya menarik juga, berbeda” “Heheh..kalau mendengar yang seperti ini aku akan ragu datang ke festival memasak kalian, takut-takut aku dijadikan kelinci percobaan” Liam tertawa kecil mendengar itu “Tapi ini kupikir-pikir topik yang dekat dengan food technology, jadi ya sudahlah...ada reference-nya?” Liam mendekati Mr Kharim yang hampir tenggelam dalam harta karunnya sendiri, “Oy, beberapa buku ‘kecil’, serta; kau tahu bahwa tidak ada yang mengecewakan jika melibatkan aku; aku akan mencatatkan beberapa nama yang mungkin membantu.” “Penulis buku?” “Hell yea, penulis dan hantu”.
_______
Gelas anggur basah di hadapannya, Isabella masih menangis akan hal yang sama. Tidak mungkin dia muncul ke apapun itu, dia masih belum kuasa. Banyaknya ucapan belasungkawa dari penjuru negeri dan orang-orang yang datang berkunjung. Mereka diberi jawaban bahwa sang ibu merasa sakit, yang tidak salah, dia merasa kehilangan nyawa. Jas terakhir yang dipakai Manester, potongan pas berwarna abu-abu perak yang terlihat mahal dan jam saku indah buatan tangan. Manester setiap pagi akan terlihat anggun dalam balutan segala sesuatu ini, bukan semata-mata oleh busana, lebih-lebih karena kharisma dan suaranya yang dalam. Namun itu kini bergantung di sana, dipampangkan di depan matanya atas permintaan, dia ingin melupakan apa yang dia lihat. Mendengar raungan yang setengah hewan, Isabela berlari setelah melihat darah yang dahsyat, nyaris tanpa takut dia menghambur keluar sebelum dihentikan anaknya sendiri. Dia sudah berfirasat, ini mimpi buruk. Harusnya dia mendengarkan ibunya, atau kepala pelayan mereka, bahwa melihat mayat itu bukanlah sesuatu yang mau dia kenangkan selanjutnya. Apa yang dia lihat adalah gambaran rusak dan sobekan yang sadis. Tapi dia dapat mengenali, itulah suaminya. Dia pingsan di tempat. Kepanikan kedua yang terjadi di rumah itu. Sang ibu madu hampir-hampir terkena serangan jantung, medis bilang dia selama sepersekian detik kehilangan denyut jantungnya sendiri, dia pun hampir mati.
Pintu terbuka pelan dan dia rasanya hendak menggertak dengan seluruh tenaga nya agar semua orang bisa meninggalkannya sekali ini saja, namun suaranya tenggelam di kerongkongan yang getir. Sebuah kedatangan suara halus dari gadis cantik ber-sutra merah muda menenangkan emosinya, “Mama..” gadis itu, 15 tahun, cantik, kurus namun kokoh, lebih teguh dari dia. “Sudah tidak ada yang datang” katanya, kemudian duduk di ujung kasur besar di ruangan serba putih itu. Ia menatap jas ayahnya, menggenggam tangan ibunya dan mengajaknya pergi melangkah ke luar. Isabella tidak mungkin melakukannya jika itu bukan untuk putri ini, atau jika dia masih di rumah yang sama. ‘Kastil’ mereka yang lama, begitu disebutkan orang-orang, dia tidak sanggup melangkahkan kaki di tempat itu lagi. Ia meninggalkan semua segera kecuali badannya sendiri.
_______