Sacrifice
Do you know why there are sacrifices? Because you are struggling.
***
Normal kalo lo gampang suka sama seseorang. Karna hati emang gitu. Suka seenaknya.
Gilang Edlardo.
Gue kenal dia dari pertama masuk sekolah. Nama pertama yang gue denger sejak masuk sekolah ini adalah nama dia. Banyak yang kagum dan suka gila sama dia.
Meski pun gue tau namanya, gue gak pernah tau mukanya. Dan gue gak mau tau. Karna saat itu gue lagi berat pikiran karna kesepian.
Waktu itu hari pertama gue resmi jadi murid di sekolah ini. Gue lagi jalan gak tentu arah di koridor sekolah. Gue jalan, melamun, dan makan lolipop.
Sampai tiba-tiba ada segerombolan cewek yang menabrak gue kenceng banget sampai lolipop gue jatuh. Gue juga jatuh.
Tapi segerombolan cewek itu masih lanjut lari, mungkin dia gak sadar kalo nabrak gue tadi. Gue mendengus dan mencoba untuk berdiri. Tapi kemudian ada sebuah tangan yang menyodorkan lolipop gue yang udah pecah.
Gue mengernyit dan mendongak, kemudian mematung. Gila. Ada cowok super ganteng yang lagi nautin alis tebalnya menatap gue.
"Nih, punya lo."
Gue segera mengambil lolipop gue yang pastinya udah kotor itu. Gue melirik ke name tag dia. 'Gilang Edlardo'
Cowok itu pergi gitu aja tanpa menoleh ke belakang. Gue tersenyum. Oh, jadi itu yang namanya Gilang Edlardo. Cowok yang katanya ganteng parah, friendly abis, dan manis gila.
Sejak saat itu, kejadian tersebut adalah salah satu hal yang gak akan pernah gue lupain sampai sekarang. Karna seorang pentolan yang biasanya sengak, tapi dia enggak. Dia beda.
***
Gue masih kepikiran tentang perkataannya kemarin. Asli sih, masih percaya gak percaya gue. Seorang Gilang Edlardo bilang suka sama gue yang jelas jauh banget levelnya dengan dia?
Wagelaseh.
"Ciie, yang masih kepikiran."
Gue menahan senyum mendengar ledekan Bintang. Sedangkan Katty sibuk mengipas wajahnya dengan pikiran yang, entah mikirin apa. Rara ya, biasa. Dia cuma sibuk main Hp.
Kita lagi ada di kantin sekarang. Dan gue, gue bisa melihat dia dari sini. Duduk di bangku paling pojok kantin, bercanda sama temen-temennya, dan sesekali mata kita bertemu. Dan itu akan berakhir gue yang menutus mata duluan. Karna, yaa gimana. Perasaan gue, gue gak bisa mendeskripsikan.
"Seriusan deh, Del. Gue punya feeling Kak Gilang mutusin cewek-ceweknya itu karna lo. Serius, Del! Gue yang ngomong sendiri aja ini masih percaya gak percaya Kak Gilang bakal gitu. Tapi, ini nyata banget buat dibilang gak nyata," ujar Katty bersungguh-sungguh.
Gue cuma senyum. Ya, gue cerita semuanya ke mereka. Tentang kemarin yang tiba-tiba Kak Gilang bilang kayak gitu. Tentang kemarin yang berakhir dengan suasana canggung yang nyiksa banget.
"Hai, Adelia!"
Gue langsung terperanjat kaget dan menoleh ke belakang. Kak Gilang lagi senyum manis banget ke gue.
Gue langsung membalas senyumnya. "Hai, Kak!"
"Pulang sekolah gue anter, ya."