THE LOST GOBLET OF FIRE

Bie Farida
Chapter #6

KANVAS KOSONG

Berita tentang hilangnya piala api telah menyebar, namun para guru tetap berusaha tenang menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan para murid, seakan tidak terjadi apapun. Hal itu tidak berpengaruh apa-apa pada kegiatan belajar-mengajar di sana, hanya saja sekarang pegawai kementrian sering terlihat di Hogwarts. Bahkan Harry Potter, selebriti yang paling terkenal di dunia sihir pun sering terlihat di Hogwarts, begitu pula sahabatnya, Hermione Granger-Weasley, pegawai kementrian yang kemungkinan besar akan dicalonkan sebagai Menteri Sihir berikutnya.


"Aku merasa ada yang aneh," bisik Soobin di tengah pelajaran Herbology. Kali ini asramanya dengan Slytherin. Dan sudah bisa dipastikan, Soobin akan berkumpul dengan Hyuka, Yeonjun, Yeji, dan Lia.


"Aku lebih ke penasaran, untuk apa piala api dicuri?" balas Yeji.


"Untuk menggagalkan Turnamen," sahut Yeonjun.


"Ya tapi untuk apa?" Yeji hilang kesabaran.


"Entahlah. Tapi aku merasa ada hubungannya dengan kepala sekolah Durmstrang," Yeonjun mengambil Gillyweed dengan jijik. Gillyweed adalah tanaman menyerupai setumpuk ekor tikus berlendir berwarna abu-abu kehijauan.


"Apa?" Lia langsung menoleh.


"Kurasa ada sihir hitam yang menyembunyikan piala api. Kau tahu kan Durmstang seperti apa? Dan kepala sekolahnya mantan pelahap maut," Yeonjun merendahkan suaranya karena Profesor Longbottom melirik ke arah mereka.


"Wah, itu tuduhan yang cukup serius," celetuk Hyuka.


"Hati-hati kalau ingin menuduh orang." Mereka menoleh dan mendapati Profesor Longbottom telah berdiri di belakang mereka.


***


Di tengah pergantian pelajaran maupun di sepanjang koridor, pembahasan masih sama, hilangnya piala api. Mereka sudah tidak membahasnya secara diam-diam, bahkan mereka mulai berani bertanya pada guru tentang hal ini.


Soobin dan Hyuka berpisah dengan sahabat-sahabatnya di Slytherin. Keduanya akan menuju ke kelas Ramalan, namun Soobin lupa membawa bukunya. Jadi ia menyuruh Hyuka untuk tidak perlu menunggunya. Saat akan menuju asrama, ia melihat jubah yang melambai baru saja menghilang di ujung koridor. Soobin pun tanpa sadar mengikuti sosok itu, mengabaikan Peeves, si hantu jail yang berusaha melemparinya bom kotoran. Sosok itu menuju koridor terlarang dan menghilang di balik pintu ruangan, dimana pernah dipelihara anjing berkepala tiga di sana untuk menjaga batu bertuah.


"Apa yang kau lakukan di sana?" suara Mr. Filch tiba-tiba terdengar. Dan dengan enggan Soobin pun berbalik, kemudian berlari tanpa memperlihatkan wajahnya pada Mr. Filch.


"Berburu sesuatu?" Tanya Jimin, yang sama kagetnya dengan Soobin begitu keduanya berpapasan.


'Hanya penasaran,' batin Soobin. Ia masih mengatur nafasnya.


"Apa yang membuatmu penasaran?"


"Uhm...." Soobin menyeka keringatnya. 'Seseorang menuju ke koridor terlarang. Tempat dulu anjing berkepala tiga menjaga batu bertuah.'


"Kau yakin?"


Soobin mengangguk. "Hyung, beritahu McGonagall tentang ini," pinta Soobin. Kemudian menatap Jimin lekat-lekat. 'Aku takut ini ada hubungannya dengan piala api,' ucap Soobin dalam hati.


"Baiklah. Tapi lebih baik sekarang kau ke kelasmu." Jimin menepuk bahu Soobin pelan, berusaha setenang mungkin sebelum akhirnya ia pun berlari menjauh.


Soobin kembali ke rencana awal, kembali ke asramanya untuk mengambil buku, kemudian menuju ke kelas ramalan. Namun di tengah koridor, ia bertemu dengan Lia yang ternyata sedari tadi mencarinya. Lia menyerahkan beberapa perkamen kosong pada Soobin.


"Kau meninggalkannya tadi di kelas Herbology."


"Ah, baiklah. Terima kasih. Aku buru-buru, sepertinya aku terlambat ke kelas ramalan."


"Sepertinya aku juga terlambat ke kelas ramuan. Kalau begitu sampai jumpa."


"Ya. Sampai jumpa."


Tepat setelah Soobin mengatakan itu dan berbalik untuk pergi, ia terdiam. Tiba-tiba ia mendengar jeritan Lia. Soobin kembali menoleh ke tempatnya berdiri tadi. Lia telah terjatuh, merintih. Tubuhnya dipenuhi luka sayatan dengan darah segar yang terus mengalir. Soobin shock, tubuhnya kaku sekarang. Namun ia tersadar kembali begitu sebuah lukisan berteriak padanya, "Lakukan sesuatu nak! Temanmu sekarat."


Soobin berlari menghampiri Lia yang darahnya terus keluar. Luka sayatan juga terus muncul seakan ia tengah disayat dengan pedang tak kasat mata. "Apa yang harus kulakukan? Mantra apa ini?"


"Siapa di sana? Bukankah harusnya kau di kelas sekarang? Pergilah sebelum asramamu kehilangan poin!" Ucap sebuah suara di ujung lorong.


"TOLONG! TOLONG! TEMANKU TERLUKA!" teriak Soobin.


Dengan sigap, sosok itu berlari mendekat, dan akhirnya Soobin pun mengenalinya. Harry Potter. Harry terkejut dengan pemandangan di depannya. Gadis itu masih merintih. Sejenak ia ingat ia pernah melihat pemandangan seperti itu. Saat itu ia menyerang Draco Malfoy dengan mantra, "Sectumsempra?"


"Apa?"


"Aku tahu mantra ini. Aku ingat mantra penangkalnya." Harry mengacungkan tongkatnya pada luka-luka di tubuh Lia. "Vulnera Sanentur." Darah yang sebelumnya merembes keluar kini mengalir kembali ke tubuh Lia. "Vulnera Sanentur." Luka sayatan-sayatan yang sebelumnya terlihat dengan jelas perlahan menutup. "Vulnera Sanentur." Kini Lia telah berhenti merintih. "Ayo bawa dia ke Madam Pomfrey. Dia tetap harus mendapat perawatan," ucapnya pada Soobin.


Keduanya pun memapah Lia yang tidak sadarkan diri menuju ke bangsal rumah sakit. Disana mereka disambut Madam Pomfrey yang terkejut dengan kehadiran Harry Potter.


"Potter?"


"Dia harus mendapat perawatan. Seseorang merapalkan Sectumsempra, menyerangnya. Dittany mungkin bisa membantu. Kau bisa menyembuhkannya kan?"


"Oh tentu saja. Apa yang tidak bisa kulakukan? Aku bahkan bisa menumbuhkan kembali tulangmu saat tahun keduamu di sini, kau ingat?'


"Tentu saja. Aku tidak akan melupakan hari itu. Aku kehilangan tulangku gara-gara si Profesor ceroboh Lockhart," terangnya seraya membantu Soobin membaringkan tubuh Lia di ranjang rumah sakit yang paling ujung.

Lihat selengkapnya