Hari ini adalah hari yang tak pernahku harapkan akan terjadi namun, takdir berkata lain. Saat ini hujan mengguyur kota Glory, kota dimana aku dan dia bertemu untuk beberapa tahun lamanya berpisah. Awalnya aku sangat bahagia dapat bertemu dirinya namun, aku melupakan fakta antara aku dan dia. Fakta yang selama ini memisahkan kami hingga 3 tahun lamanya. dan aku menyesal akan hal itu. Harusnya aku tak usah bertemu dengannya. Aku terlalu egois dan tak pernah berpikir panjang. Dan kini, aku harus merasakan akibatnya. Aku tidak bisa bertemu dengannya lagi bahkan untuk selamanya.
“Arthur Calisto !” begitulah aku meneriakkan namanya berkali kali namun, aku tau dia takkan mendengarnya karena hujannya sangat deras. Bahkan aku dapat melihat genangan air yang kini berwarna merah.
Aku terus merangkul tubuhnya yang kini telah mendingin, nafas hangatnya yang dulu dapat kurasakan kini menghilang. Iris matanya yang berwarna merah terlihat indah saat aku memandangnya namun, matanya tertutup rapat dan takkan pernah terbuka.
Aku terus menangis walau aku tau itu perbuatan yang sia sia. Penyesalan terus saja membayang di pikiranku. Andai kita tak bertemu, andai aku tak pernah mengenalmu dan andai saja aku tak mencintaimu! Mungkin takkan seperti ini jadinya. Mungkin aku takkan bersedih karena kepergiamu dan kau juga takkan menderita karenaku.
“Maaf, seharusnya aku tak lahir dengan nama Claresta Clarabella de Avgarinsta La Canpel.” Aku merangkul dan mencium keningnya.
Claresta Clarabella de Avgarinsta La Canpel adalah namaku, nama dari seorang putri kerajaan Canpel yang merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Kerajaan Canpel adalah kerajaan terkuat di antara semua benua dengan rajanya bernama Triton Deluxa de Avgarinsa La Canpel, dia adalah ayahku Sang Iblis Salju. Ia sungguh raja yang sangat kejam, hanya karena perbedaan status saja, ia tak mengizinkanku berhubungan dengan Arthur. Aku sangat membencinya! Dan semua peristiwa ini terjadi karena dirinya. Bahkan ia juga tak memikirkan perasaanku, setelah mengusir Arthur dari ibu kota dan mengasingkannya ke kota terpencil, ia bahkan sempat sempatnya menjalin persetujuan pertunanganku dengan Pangeran Ganymade Ranzen de Priton dari kerajaan Priton. Aku tidak akan pernah menerimanya, lebih baik aku mati disini.
Segeralah aku ambil pedangku dan menancapkannya tepat di jantungku. Saat itulah aku merasa tenang, aku tidak perlu mengahadapi dunia yang begitu kejam sendirian. Biarpun aku harus membuang semuanya, gelar, kekayaan ataupun jabatanku sebagai kesatria perempuan, itu tidaklah masalah bagiku.
“Arthur aku akan menemanimu, kau takkan sendirian.” Saat itulah mataku mulai buram, rasa sakit terasa di sekujur tubuhku.
Bulan bersinar terang, ku lihat cahya yang indah
Ku lihat wajahmu tergambar
Kau tersenyum, membawaku pergi dari kegelapan
Membawaku melintasi dunia
Memberikan ku harapan
Kau ciptakan harmony baru saat yang lama hilang
Dan ku terus bernyanyi bersamamu
Menyaksikan kejamnya dunia
Namun aku bahagia dapat bersamamu
Nada yang dulunya tak pernah tersusun, menghilang bagai puzzel
Kini satu persatu kembali tersusun membentuk harmony yang indah
Bersamamu semuanya terjadi
Bersamamu………..
Aku akan terus mencintaimu
Kini mataku tertutup dan aku hanya melihat kegelapan dan tak mendengarkan apapun. Tidak ada suara, hening dan sangat dingin.
***
Cahaya yang terang menyilaukan mataku, membuatku terbangun dari tidur.
“Apakah aku sudah di surga?” gumamku.
Aku terus berpikir rasa sakit yang kualami saat detik detik kematianku, itu sungguh menyakitkan namun, kini akhirnya semua berakhir dan aku sudah tenang di surga.
“Nona, anda sudah bangun?” Suara itu, bukankah itu suara Yui? Aku segera bangkit dan terkejut melihat pelayanku bernama Yui tengah tersenyum lebar padaku.
“Yui, kenapa kau disini? Apa kau juga sudah mati?” wajah Yui tiba tiba kaget bahkan ia menatapku dengan bingung.
“Nona apa yang kau pikirkan? Apa kau sakit?” Yui bertanya dengan nada khawatir.
“ Bukankah aku sudah mati? Dan sekarang aku berada di surga.”
Tiba tiba Yui menatapku lama membuatku bergidik ngeri, “Nona, apa kemarin kau salah makan? Kau ada di Pavilium Lily kerajaan Canpel! Nona juga belum mati! Janagan pernah mengucapkan itu Nona, aku tak ingin Nona mati muda”