Jakarta, 2009
"Selamat ulang tahun, Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, Dhira... selamat ulang tahun." Nyanyian ulang tahun, tepukan tangan meriah sang ibunda dan teman-teman yang menghadiri acara ulang tahun Nadhira ke 10 tahun.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga ... sekarang juga ... sekarang juga ....," sorak teman-temannya.
"Make a wish dulu, Sayang," peringat Dinda, ibunda Nadhira.
Nadhira langsung memejamkan matanya dan berdoa agar ia bisa selalu bersama ayah serta bundanya untuk selamanya. Saat Nadhira ingin meniupkan lilin di atas kue, ia menghentikannya.
"Ayah mana bunda? Kok belum datang?" tanya Nadhira. "Dhira nggak mau tiup lilin, kalo ayah belum datang."
"Ayah sebentar lagi datang, Sayang." Nadhira yang mendengar ucapan dari bundanya langsung mengangguk dan meniup lilin yang berada di kue tartnya.
Seruan tepuk tangan dari teman-temannya membuat Nadhira sedikit terhibur karena sang ayah belum datang sampai saat ini. Suasana meriah ulang tahun Nadhira dengan konsep outdoor berselimut tema princess, dengan dekorasi berwarna putih dan merah jambu. Ditanam, terdapat bunga-bunga disetiap sudutnya. Kini Nadhira memakai pakaian Princess Aurora yang sangat ia sukai saat itu. Semakin cantik dengan piara diatas kepalanya berwarna putih mengkilap.
Waktupun berjalan sangat cepat, acara sebentar lagi selesai, tetapi sang Ayah sampai saat ini belum datang ke acara anak kesayangannya. "Bunda, ayah mana?" rengek Nadhira.
"Ayah mungkin sedang ada kerjaan yang tidak bisa di tinggal, Sayang. Tapi Ayah pasti datang." Dinda mencoba menenangkan anak kesayangannya, ia tidak tega melihat Nadhira yang matanya sudah bekaca-kaca menunggu ayahnya datang.
"Tapi ayah beneran kesini kan, Bunda?" tanya Nadhira memastikan.
"Pasti, Sayang." Dinda langsung memeluk ⅞pputri kesayangannya, ia juga khawatir dari sejam yang lalu Nino tidak memberinya kabar dan ditelpon pun tidak diangkat.
30 menit berlalu, acara ulang tahun Nadhira akhirnya selesai. Teman-teman Nadhira pun pulang kerumah masing-masing dan tempat acara dibersihkan kembali dengan petugas cafe. Tetapi, sampai saat ini Nino belum ada kabar.
"Ayah mana, Bunda? Sampai acara selesai Ayah belum datang kesini? Ayah bohong, katanya mau temenin Dhira, tapi sampai sekarang nggak dateng," lirih Nadhira, mata kecilnya sudah memerah, air matanya sudah mengenang dipelupuknya.
Dinda yang melihat Nadhira kecewa, ia merasa bersalah dan segera menenangkan anaknya. "Sayang, maafkan ayah ya, nanti dirumah kita rayakan lagi ya ulang tahun Nadhira sama ayah ya?"
Nadhira lantas mengangguk, Dinda segera menghapus air matanya dipipi Nadhira dan memeluknya. "Nadhira jangan nangis lagi ya, Sayang. Nanti bunda sedih."
Deringan dari ponsel Dinda berbunyi, segera ia melepaskan pelukan Nadhira dan mengambil ponsel dari saku celana, Saat di lihat tertera sekertaris Nino yang menelponnya, segera ia mengangkatnya.
"Iya, Mil. Ada apa?"
"...."
"Saya segera kesana."