"Jadi kan kita menjodohkan mereka?" tanya Dito sangat antusias.
"Saya tidak bisa memaksa, semua keputusan ada di anak kita masing-masing, To."
"It's Fine," ujar Dito. "Daniel gimana ? Setuju kan kalau dijodohin sama anak Om?" tawar Dito.
"Daniel sama Liliana juga baru kenal, jadi nggak bisa di putuskan saat ini juga," ucap Daniel beri pengertian.
"Kamu gimana Lili, mau kan sama Daniel?" tanya Dito kepada anaknya.
"Benar kata Daniel, Pah. Lili baru kenal, jadi nggak bisa mutusin apa-apa," ucap Lili. "Keputusan ada di tangan Lili dan Daniel."
"Oke, terserah kalian berdua. Kalaupun memang mereka berjodoh kita akan jadi besan, Dan," sahut Dito.
"Kalau mereka tidak berjodoh, persahabatan kita nggak akan retak kan, To?" tanya Dani dengan was-was, pasalnya mereka sudah berteman dari jaman SMP, masa putus hubungan gara-gara tidak jadi besanan.
"Tentu saja tidak, Dan. Kita akan jadi sahabat selamanya," seru Dito, ketawanya hampir menggema di seluruh restaurant, untung saja mereka di ruangan VVIP jadi suara mereka tak akan mengganggu pengunjung lain.
Dani, Karina dan istrinya Dito ikut tertawa, sedangkan Daniel dan Liliana hanya tersenyum. Daniel sebenarnya sudah ingin menolak sekarang juga apalagi setelah lihat Liliana dari penampilan serta sikapnya yang sombong dan angkuh membuat Daniel ilfieel, tidak seperti Nadhira yang pendiam dan ramah, membuat Daniel betah berlama-lama mengobrol dengannya.
Sementara orang tua mereka mengobrol, Daniel dan Liliana keluar sebentar ketaman belakang restaurant. Mereka duduk di bangku panjang taman ditemani lampu taman yang menguning serta gemerlap lampu pijar kecil-kecil.
Sesaat keheningan tercipta baik Daniel ataupun Liliana tidak membuka suara. Hanya suara jangkrik serta bisingan obrolan pengunjung di sekitar mereka.
"Sepertinya kita tidak cocok," ucap Liliana membuka suara. "Saya sudah punya pacar," tambahnya.
"Saya juga sudah punya pacar dan saya tidak tertarik dengan perjodohan ini," ucap Daniel dengan tegas.
Liliana menengok ke arah Daniel, manik mata mereka bertemu dan saling bertatap. Sesaat terjadi keheningan, ada gemuruh di hati gadis itu melihat paras tampan Daniel yang menyejukkan mata. Tetapi rasa angkuh dan sombongnya Liliana tak mungkin terlena hanya dengan wajah tampannya, ia belum tahu bagaimana sifat Daniel, lagipula pacarnya yang sekarang sudah jauh lebih sempurna.
Setelah beberapa saat manik mata mereka terlepas, keduanya sama-sama mengalihkan pandanganya kearah depan. "Oke, kita akan ngomong ke orang tua masing-masing, bahwa kamu dan saya sepakat menolak perjodohan ini."
"Deal?" Daniel mengulurkan tangannya untuk berjabat, bahwa mereka sepakat dengan keputusan ini
"Deal."
***
Hari ini adalah permintaan 1 Nadhira sebelum ia mulai bekerja lagi juga ia tidak ada freelance hari ini. Mereka ke theme park di daerah Jakarta. Nadhira sudah bersiap-siap memakai baju kaus putih dan memakai celana jeans dengan sepatu putih. Nadhira menata rambut pendek sebahunya dengan rapi, wajah dengan sentuhan makeup tipis, membuatnya semakin cantik.
Suara mobil terparkir di depan rumah Nadhira, pasti itu Daniel. Nadhira segera keluar kamar dan benar saja Daniel sedang memakirkan mobilnya.
"Daniel," panggil neneknya Nadhira, ia segera keluar dari mobil.
Rima sudah kenal dengan Daniel, karena beberapa kali saat Hanna dan Gio main ke rumahnya, Daniel ikut serta dalam kunjungan mereka ke rumah Nadhira.