Setelah mereka makan dan menyanyikan beberapa lagu lagi, akhirnya Gio, Daniel, Nadhira dan Hanna tidur ketenda masing-masing.
Sudah menunjukan pukul 01.00 pagi, tetapi Nadhira tidak bisa tidur. "Han ... Han ...," panggil Nadhira.
Tetapi orang yang dipanggil Nadhira tidak menyaut, ia tertidur pulas sekali memakai sleeping bag-nya. Akhirnya Nadhira tidak ingin menganggu Hanna kembali. Karena tidak isa tidur, akhirnya Nadhira keluar tenda mencari udara segar.
Saat ia keluar tenda terlihat Daniel sedang duduk sambil mengerjakan proyek di laptopnya dan membuat api unggun kecil di depan.
"Lu belum tidur, Niel? Masih ngerjain kerjaan?" Daniel mengangguk.
"Lu juga kenapa nggak tidur?" tanya balik Daniel.
"Nggak bisa tidur." Daniel hanya mengangguk mengerti.
Nadhira langsung duduk di samping Daniel, menghirup udara dingin, merasakan angin menerpa kulitnya, sejuk.
"By the way, lu masuk kerja kapan, Ra?"
"Senin depan."
"Di daerah mana si?" tanya Daniel.
"Di daerah XX, perusahaan PT Maxime Tech," jawab Nadhira.
"Oh disitu, oke-oke." Daniel memfokuskan kembali ke laptopnya.
Setelah beberapa menit terdiam tanpa suara.
"Niel," panggil Nadhira.
"Hm?" jawab Daniel, padangannya masih di depan laptop.
"Dingin banget udaranya," sahut Nadhira sambil mengusap usap lengannya.
"Namanya juga di gunung, Ra," santai Daniel, ia manaruh laptop dan membalikkan badannya dan masuk ke tenda.
"Dih kok masuk ke tenda," kesal Nadhira, bisa-bisa Daniel meninggalkan Nadhira dan laptopnya begitu saja.
Sesaat, Daniel keluar kembali membawa selimut dan memakaikan langsung kebadan Nadhira. "Nih, biar nggak dingin."
Seketika Nadhira mematung, kenapa Daniel bersikap kadang bersikap manis dan tidak jarang juga tidak peduli, membuat Nadhira bingung.
"Tumben ... Ada angin apa?" tanya Nadhira menyelidik.
"Gaada apa-apa," jawab Daniel.
"Waktu di theme park gua kedinginan lu nggak kasih," sindir Nadhira, kembali mengingat kejadian yang membuat ia kesal.
"Ya, itu kan karena gua kedinginan juga," jujur Daniel.
"Hm."
Daniel berhenti mengalihkan pandangan yang semula ke laptop sekarang menatap Nadhira. "Kenapa? Lu berharap gua kasih perhatian kaya pacaran beneran ya?" ledek Daniel menyelidik, ia menggerakkan alisnya tersenyum jahil.
"Nggak."
"Masa?"
"Iya."
"Jangan-jangan lu mulai--" belum sempat Daniel meneruskan omongannya tapi sudah dipotong oleh Nadhira.