"Iya, Ra."
Aidan yang terus mengotak-atik file memakai mouse yang ia ingin tunjukkan ke Nadhira. "Ini ya, Ra. Menurut kamu untuk Brand XX yang akan rilis minggu depan memakai yang mana?"
Nadhira mulai memfokuskan ke layar computer, melihat hasil jepretan produk serum untuk client. "Menurut aku si baris kedua nomor 4 dan 7."
Aidan melihat detail gambar yang di pilih Nadhira. "Tadi juga abang pilih antar 2 itu, menurut kamu ada yang kurang nggak? Biar kamu enak desainnya," ucap Aidan.
"Udah si bang, mungkin nanti aku tambahin pencahayaan aja, sama aku kasih efek kilap sedikit," sahut Nadhira.
"Oke sip, aku udah kirim semua ya gambarnya."
"Oke bang, sisa nya biar aku terusin aja bang."
"Oke sip, abang ke studio lagi masih harus foto produk lain."
Setelah mengancungkan jempol ia langsung kembali ke studio untuk menyelesaikan pekerjaannya.
"Padahal bisa gua pilih sendiri, ngapain dia repot-repot ngurusin apa yang mau gua edit," gumam Nadhira.
"Ada apa si ka?" Tanya Dilla , ia mendengar Nadhira gerutu sendiri. setelah menlihat Aidan pergi dari mejanya, Dilla menyadari akan sesuatu dan mengangguk-mengangguk bahwa ia mengerti kenapa Nadhira bisa gerutu seperti itu.
"Gapapa kok, Kak."
"Bang Aidan emang gitu kak, tp tp sama karyawan-karyawan yang cantik," ujar Dilla.
"Tp apa ?"
"Itu loh, tebar pesona kesemua wanita," canda Dilla sambil mempraktekan gaya tebar pesona ala Dilla, membuat Nadhira tertawa.
"Lagi pada bahas apa si kalian seru banget, " samber Yogi yang baru saja dari studio berjalan menuju meja kerjanya.
"Gapapa bang, tadi ada kucing pake daster," ucap asal Dilla.
"Mana?" tanya Yogi, nyatanya candaan Dilla dianggap serius oleh Yogi.
"Nggak bang, Kak Dilla mah bercanda aja," jujur Nadhira, membuat Dilla dan Yogi tertawa.
"By the way, umur kakak berapa?" tanya Dilla.
"Tahun ini umur aku 23 kak ," jawab Nadhira.
"Wah, sekarang aku bukan termuda lagi disini," takjub Dilla.
"Umur kakak berapa?" tanya Nadhira peanasaran.
"Aku 25."
Hanya beda 2 tahun dengan Nadhira. "Jangan panggil aku kak, Kak. Panggil aja Dhira."
"Siap, Dek Dhira," ucap Dilla. "Udah kerja lagi, oiya nanti editan produk XX yang kamu buat, kirim ke aku dulu ya."
"Oke siap, Kak Dil," ucap Nadhira, ia langsung mengerjakan pekerjaannya.
Sampai di sore hari pukul 16.00 saat pulang, Daniel tidak mengabarinya sama sekali mungkin dia nggak jemput atau emang nggak mau jemput, namanya juga Daniel suka-suka hatinya.
Saat Nadhira berjalan keluar dari kantor Aidan menghampirinya, tepat di samping Nadhira, menghentikan mesih motornya tetapi ia tidak turun dari motor.
"Dhira, Ayo abang anter aja," ajak Aidan.